idaalfaqiehAvatar border
TS
idaalfaqieh
Sang Penakluk Jurit Malam
Cerpen Pramuka





Memasuki kilometer kedua, kelompok Merak yang beranggotakan delapan siswa mendadak berhenti di pertigaan. Ada dua tanda panah yang menunjukkan arah belok kiri dan kanan.

"Stop ... stop!"
Jafar sebagai ketua regu memberi perintah kepada anggotanya.

"Teman-teman, kita dalam masalah," lanjutnya lalu menghampiri pohon besar tempat di mana tanda arah itu di tempelkan.

"Lha, kenapa berhenti, Far?" tanya Beno dengan muka polosnya.

"Kamu nggak lihat, itu ada dua tanda panah?" ucap Jafar mengarahkan senter ke pohon besar yang ada tanda panah.

Ya, malam ini Jafar beserta teman-temannya melakukan jalan malam, lanjutan ritual persami tahun ini. Setelah dari pagi mengikuti berbagai rangkaian mulai dari baris berbaris, tali temali, kini tiba saatnya di puncak acara. Setelah upacara pembukaan jam dua belas malam, dilanjutkan dengan pencarian jejak.

Jafar terpilih menjadi ketua kelompok dari SMP Negeri 2 Purworejo. Bukan tanpa alasan, Jafar memang termasuk anak yang berprestasi. Dia selalu menorehkan namanya di barisan teratas sebagai juara kelas. Selain cerdas, Jafar juga tak pernah absen mengikuti ekstrakulikuler pramuka. Kegiatan favoritnya.

"Far, gimana ini? Kita pilih kanan atau kiri?" tanya Erik, anggota regu Merak.

"Bentar, aku mikir dulu," jawab Jafar.

"Udah, jangan kelamaan mikir Far. Nih, aku kasih tahu cara ampuh," ucap Beno. Dengan percaya dirinya dia berdiri di samping Jafar.

"Maksud kamu? Emang kamu tahu arah yang benar?" Jafar semakin dibuat pusing oleh satu temannya itu.

"Kanan, kiri, kanan, kiri, kanan." Dengan serius Beno menghitung kancing bajunya.

"Ke kanan, Far. Ayo teman-teman kita ke kanan!" perintah Beno berlagak bak pahlawan.

"Kamu yakin, Ben. Nanti kalau kita tersesat gimana?"

"Udah, percaya aja sama aku!"

"Teman-teman, gimana ini? Kita ikuti kata Beno atau ke kiri saja?"

"Ya udah, si, daripada kita kelamaan di sini. Mending ikut kata Beno aja, Far!" ucap Erik.

"Oke, kita ke kanan, ayo semangat regu Merak!"

Sementara di tempat lain, Kak Feri dan teman-temannya sedang mempersiapkan kejutan untuk peserta jurit malam. Feri menjadi kakak pembina sekaligus tim penguji nyali.

"Gimana, udah siap semua Do?" tanya Feri, kepada Edo teman satu timnya.

"Siap, semua aman, Fer!"

"Yakin, ini make up udah serem belum?"

"Udah Fer, kamu lebih serem kalau tanpa make up malahan." samber Hana, teman Feri yang merangkap tukang make up.

Setelah semua dirasa siap, Feri dan timya menyebar ke beberapa titik yang telah di sepakati.

****

"Far, ko' serem ya?" celetuk Beno.

"Ah, kamu Ben. Namanya juga malam ya pasti sepi lah. Apalagi lihat tuh, sekeliling kita kuburan!" ucap Jafar, memecah suasana hening malam itu.

Sebenarnya dalam hati, Jafar begitu ketakutan tapi dia mencoba menepis rasa takutnya.

"Malu dong, sama predikat ketua regu!"

Di tengah ketakutan yang coba Jafar dan rombongan sembunyikan, terdengar suara yang seketika membuat bulu kuduk berdiri.

"Hihihihiiiiiiiii ...."

"Far, gimana ini kita balik ke tenda saja yuk!" ajak Beno. Tubuh Beno gemetar dan telapak tangannya berubah dingin. Keringat pun mengucur dari dahinya.

"Ah kamu Ben, gitu aja takut. Ayo, kita lanjutkan!" sanggah Jafar menarik tangan Beno.

"Tapi Far, kalau itu suara Kunti beneran gimana? Aku nggak mau mati dimakan Mak Kunti."

"Elaah ... mana ada kunti yang doyan makan daging alot macam kau itu?" Ejek Jafar. Dia mencoba memecah ketegangan teman-temannya.

Dengan langkah yang kian cepat, Tim Merak pimpinan Jafar berjalan melewati kuburan. Satu pos menyeramkan sudah terlewati. Rasa lega seketika menghampiri Jafar dan teman-temannya. Untuk mengusir ketegangan, Jafar mengajak teman satu timnya untuk menyanyikan yel-yel.

"Kami dari regu Merak, tim yang gagah berani. Harus pantang menyerah, malam ini kita beraksi. Menaklukkan semua tantangan, kita pasti juara."

****

Memasuki pos kedua, setelah tikungan, Jafar dan tim harus melewati pohon mahoni yang besar. Itu membuat semuanya ketakutan. Daun yang rimbun, batang yang besar serta cabang-cabang yang banyak menambah kesan menyeramkan dan mengerikan. Semua tim saling menempel satu sama lain dengan menahan rasa takut yang semakin menjadi.

"Blug!"

Terdengar suara aneh yang membuat Jafar dan tim menoleh. Mereka melihat sesuatu terjatuh dari atas pohon.

"Po-Po .... Cooong!"

"Lariiiiiii....!"

Tim Merak terpecah belah. Semua anak mengambil langkah seribu setelah melihat penampakan sosok putih yang jatuh dengan posisi berbaring tepat di depan mereka.

"Ben, ayo lari! Ada pocong itu!" Jafar berlari menjauh dan bersiap meninggalkan tempat itu menyusul teman-temannya yang entah berada di mana.

"Far, tolongin! Aku nggak kuat lari, nih lihat kakiku!" ucap Beno lalu menunjuk kakinya yang gemetaran.

"Ben, kamu jangan bercanda deh. A-yo ki-ta la-ri!" ajak Jafar terbata. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Muka Jafar pucat pasi, keringat mengucur dari kening lalu ke leher. Tubuhnya pun bergetar hebat.

Ketakutannya semakin memuncak, saat melihat betapa malangnya nasib Beno. Ingin rasanya ia segera lari meninggalkan temannya itu. Namun di sisi lain, dia juga kasihan.

"Far, ini gimana? Kakiku nggak bisa digerakin," desah Beno yang sama sekali tak bergerak dari posisinya. Ia sungguh ketakutan hingga untuk lari pun, rasanya tak sanggup. Jantung Beno berdebar-debar dan seketika udara di sekitar seakan menghilang.

"Ben, ayo kita lari!"

"Ini pocong beneran apa bohongan sih, Far?"

"Saat genting gini, kamu masih sempat bercanda? Udah ayo cepat lari." Jafar meringis berdecak kesal seraya mengulurkan tangannya agar Beno meraihnya. Posisi Beno adalah yang paling dekat dengan pocong itu, hingga Jafar tak berani untuk mendekat sama sekali.

Bukannya menerima uluran tangan Jafar, tanpa rasa takut tangan Beno justru melangkah menghampiri lalu mencubit badan pocong yang tidak bisa bangkit dari posisinya itu.

"Aduh ....!" spontan suara mengaduh terdengar dari pocong.

"Tuh, kamu dengar 'kan, Far. Emang pocong bisa ngomong aduh?"

"Udah, bodo amat. Yang penting ayo cepat kita pergi dari sini. Keburu itu pocong bangun terus ngajak kita ke kuburan gimana? Aku masih mau pulang ketemu ibu."

"Far, ini bukan pocong beneran. Lihat, mana ada pocong, kok, pake sepatu?" ucap Beno. Jafar pun perlahan menghampiri Beno.

Bukannya takut, Beno justru makin penasaran. Diambilnya senter dari tangan Jafar lalu mengarahkannya ke wajah pocong yang tergeletak di depannya.

"Kak Feri!" kompak Beno dan Jafar menyebutkan satu nama. Walaupun sudah didandani sedemikian rupa, tetap saja kedua bocah itu masih bisa mengenali wajah Kakak pembinanya itu.

"Sial ... kenapa kalian masih bisa mengenali Kakak? Emang make-up nya nggak serem? Kok kalian nggak takut?" ucap Feri lalu membuka kain putih yang melilit tubuhnya. Jatuh dengan posisi seperti itu, selain sakit yang luar biasa juga sangat menyusahkan, karena ia tak bisa bangkit dari posisinya.

"Mana ada kita takut, kita 'kan pemberani. Iya 'kan Ben?" Dengan bangganya, Jafar menjawab pertanyaan Kakak pembinanya itu.

"Eh, bukannya tadi kamu ketakutan? Tuh lihat sampai celana kamu basah." ucap Kak Feri.

"Lho, ko' Kakak tahu?" jawab Jafar penasaran.

"Tahu lah, dari tadi Kakak udah nggak kuat nyium bau pesing gini."

"Apa, kamu sampai ngompol Far?"

"Hehee ... iya, habis seumur-umur baru kali ini lihat pocong."

Selesai sudah petualangan jurit malam kali ini. Semua usaha Kak Feri untuk menjadi pocong paling menyeramkan sia-sia. Digagalkan oleh seorang penakluk jurit malam bernama Beno.

End.

IAf, 19 Agustus 2019

Gambar: dari siniedited with wa cam.

Diubah oleh idaalfaqieh 22-08-2019 10:49
slurp.slurp
feliia
anasabila
anasabila dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2K
35
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.