Selamat datang lagi di thread ane buat Agan dan Sista.



Thread kali ini ane ingin sekedar berbagi pengalaman yang berkaitan dengan pendidikan. Kebetulan profesi ane sejak tahun 2000 adalah mengajar di sekolah alias jadi seorang guru.

Menjadi guru sebenarnya bukan pilihan utama saat menentukan ingin melakukan apa saat habis menyelesaikan SMA. Tetapi karena jalan hidup menempatkan menjadi guru maka profesi inilah yang ditekuni sejak tahun 2000 lalu.

Ane tidak akan membahas seluk beluk yang berkaitan dengan pendidikan secara serius yang ingin dibahas hanya pengalaman yang dialami serta membandingkannya baik saat menjadi siswa hingga menjadi guru.

Bahasan utama yang ane ingin kemukakan yaitu tentang sopan dan santun seorang siswa. Membandingkan pengalaman saat jadi siswa dengan saat memyaksikan siswa sekarang.



Ane menyaksikan sopan dan santun sekarang ini sudah banyak yang luntur kalau tidak mau dikatakan hilang. Sopan dan santun yang seharusnya menjadi jati diri orang ketimuran atau malah jati diri bangsa Indonesia kini mulai pupus.

Bagaimana tidak jarang kita melihat, mendengar, atau bahkan menyaksikan sopan dan santun menjadi sesuatu hal yang langka dilakukan. Bahkan kalau ada yang melakukan orang akan melihatnya dengan sikap aneh hingga perilaku sopan dan santun menjadi satu hal yang langka.

Menutut KBBI salah satu makna sopan adalah hormat dan takzim. Ane akan menuliskan contoh dimana terjadinya perbedaan saat ane menjadi siswa dengan perilaku siswa sekarang.


Perilaku sopan dan santun ini bisa dalam hal berbahasa juga berperilaku. Perbedaan perilaku ini tentu belum tentu menjadi kesalahan mereka, karena bisa dimungkinkan mereka tidak tahu kalau perilaku mereka tidak sesuai dengan perilaku sopan dan santun dengan kata lain ketidaktahuan mereka tentang sopan dan santun yang menyebabkan mereka menabrak kaidah sopan dan santun.

Mereka memandang dari apa yang mereka lihat, dapatkan, contohkan baik oleh lingkungan, pergaulan, atau yang dicontoh tokoh favorit mereka bagaimana berperilaku dalam berinteraksi sesama manusia.

Tidak heran jika mereka melontarkan kata-kata kasar atau bahkan vulgar kepada orang tua dan guru karena itu yang mereka dapatkan dari contoh yang mereka terima.

Pupusnya sopan dan santun bisa juga karena mereka ingin melakukan keinginan dan mendapatkan kebebasan berperilaku. Tidak adanya sinergi di rumah, lingkungan, dan sekolah. Pembiasaan perilaku sopan dan santun yang kurang juga bisa menjadi alasan lunturnya bahkan pupusnya sopan dan santun.

Lalu apa yang bisa dilakukan agar perilaku sopan dan santun jangan sampai luntur apalagi hanya sebagai wacana saja ?

Jawabannya perlu ada sinergi dari orang-orang disekitaran. Orang tua atau orang-orang terdekat dan sekolah akan menjadi ujung tombak penanaman karakter dan perilaku sopan dan santun ini.

Orang tua mencontohkan bagaimana berperilaku sopan dan santun jangan malah sebagai contoh pelanggar atau perusak.

Sekolah berusaha juga menanamkan pendidikan karakter agar perilaku siswanya menjadi sopan dan santun yang terbaik selain dengan mengajarkan juga mendidik contoh akan menjadi cara yang paling ampuh agar siswa mengikuti hingga mengakar dan menjadi karakter yang berprilaku sopan dan santun.

Ternyata pendidikan tidak hanya sekedar belajar dan mengajar mata pelajaran secara formal. Pemdidikan pun perlu menanamkan dan melakukan penguatan karakter yang akan membentuk jati diri bangsa.

Salah satu yang harus ditanamkan dan dikuatkan diataranya perilaku sopan dan santun. Dalam penanaman dan penguatan perilaku ini perlu kerja sama dari semua pihak. Jika semua pihak bersinergi dengan baik maka jati diri bangsa Indonesia yang sopan dan santun akan erat melekat tidak akan luntuh apalagi hanya sekedar wacana saja.

Terima kasih sudah mampir, dan memberikan cendol serta deratan rate nya. Ditunggu kucuran ilmu dan diskusinya.