Maryati040Avatar border
TS
Maryati040
BUNGA KAKTUS
Hari Senin terkadang memang melelahkan.
Sinar mentari begitu menyengat kulit. Selesai makan siang Mira segera kembali kekantor tempat ia bekerja.
Pertengkaran dengan  Roni lewat media WA tadi malam membuatnya tidak begitu fokus bekerja.
Mira masih termangu duduk di ruangan bekerja ketika Rudy, cowok yang sering di ajak Mira curhat bila ada masalah mengagetkan lamunannya.

"Hmm Mbak Mira, habis makan siang terus ngantuk ya?"
Ledek Rudy sambil duduk tepat  di depan meja Mira.

Rudy, sosok pria single, ramah dan baik hati.
Walaupun Rudy belum berkeluarga namun dia mempunyai 2 anak asuh.
Mereka adalah anak dari sahabatnya yang telah tiada.
Itulah yang membuat Mira sering sharing tentang masalahnya.

"Mbak Mira bertengkar lagi dengan mas Roni ya?"

Mira mengangguk, berusaha menyungingkan bibirnya tuk tersenyum, namun sulit dan terasa pahit.

"Gak baik bertengkar lebih dari 3 hari Mbak, dosa."

"Hmm ... Rudy, aku tahu ... cuma salah faham aja."

"Daaah Mbaak senyuuum dong, pagi ini jadi berasa buram tanpa senyummu Mbak yang bagaikan mentari pagii ," ucap Rudy menatap tajam Mira.

"Lah kamu itu Rud,  ngerayu mbak ayune," sahut Mira mencibir.

"Ya gak lah beneran yo mbak."
Suara Rudy tepat di telinga, seakan berbisik.
Rudy tersenyum meninggal rekannya itu menikmati lamunannya.

**********

Pertemanan antara Mira dan Rudy memang dekat.
Walaupun Mira sudah berkeluarga dan beranak 1 Mira tetap cantik, dan Rudy begitu mengagumi Mira.
Dan Mirapun mengagumi sosok Rudy yang berpikiran begitu dewasa.
Namun  komitmen antara meraka tetaplah sebagai saudara. Namun hati orang siapa yang tahu.

[Jangan lupa makan Mbak, jaga kesehatan yaa]

Mira membuka pesan WA dari Rudy malam itu.
Mira hanya tersenyum mengingat tingkah Rudy.

[ Lagi malas, Mbak mau rehat saja. Dah kamu juga istirahat, besok tugas banyak lho]

[Siap bu boz]

Mira segera mematikan data di ponselnya agar bisa istirahat.
Tinggal sendiri di kos, sedang  Roni suaminya di kota lain membuat Mira  kesepian.
Sering terjadi salah faham antara mereka, terkadang hanya soal sepele.

*****

Thiiiiit..thiiit...thiiiit

Suara klakson di depan kos Mira mengagetkannya.
Dia heran karena gak merasa memesan ojek online.
Segera membuka pintu sambil bersiap kekantornya, dilihat cowok yang gak asing lagi.

"Ngapain kesini Rudy?"

"Ya jemput Mbak lah, sengaja pingin bareng Mbak Mira."

"Emang ada apa sih, nanti kan ketemu juga di kantor," sahut Mira.
Rudy hanya tersenyum, kemudian memberikan helm kepada  Mira. Tak enak menolak
, akhirnya Mira pun ikut berangkat bersama Rudy.

Pagi itu  begitu cerah, sinar mentari esok memancarkan kehangatan.

" Mbak nanti sore ada acara gak?"
Tanya Rudy sambil konsentrasi mengendarai motornya.

"Gak tahu, tapi kayaknya tidak, ada apa Rud?"
Mira sedikit mendekat agar Rudy bisa mendengar jelas suaranya.
Suara bising kendaraan dan keramaian menbuat Mira harus mepet ke punggung Rudy, ditambah tertutup oleh helm.

Sesampai di kantor, mereka langsung menuju ruangan masing-masing. Tak ingin menjadi bahan gosip teman- teman kantor.

******

Jarum jam menunjuk angka 4 ketika mentari sore merangkai keindahan senja.
Cerah cuaca sore itu, langit biru jua cahaya keemasan oleh mentari.
Waktu terus merangkak, malam kembali menyapa.
Indah senja berganti indah sinar rembulan.
Mira masih duduk dihadapan laptop menyelesaikn tugas kantornya yang tadi masih tertunda.
Secangkir kopi menemaninya.

Teeeeeerrrttttt

Mira meraih ponsel yang  bergetar di atas meja.
Mengusap tombol hijau saat terlihat Rudy memanggil.

"Malam mbak bro, makan malam yuuuk," suara canda dari sebrang.

"Ogah ntar ndut," sahut Mira.

"Mbak, boleh ngomong bentar."

"Lhaaa kan ini sudah ngomong," sahut Mira tersenyum.

"Mbak Mira jangan marah ya, aku serius, aku jatuh cinta ke Mbak Mira," suara Rudy mantab dan to the point.

"Huuuustt, ngomong apa kamu?"  Jawab Mira pendek. Seolah menanggapi dengan bercanda.

Kemudian beralih panggilan video masuk, walau ragu Mira akhirnya menekan tombol jawab.
Sejenak terlihat pria berkaos hujau tua, bermimik serius dilayar ponsel Mira.
Mira tersenyum, melambaikan tangan.

"Mbak, sejak pertama mengenal Mbak Mira aku simpatik, berulang kali kutepis rasa itu,  namun sulit sekali.
Rudy gak minta lebih, karena aku tahu Mbak cinta Mas Roni, tak mungkin menghianatinya."

"Lhaaa kamu tahu Rud?" Jawab Mira serius.

"Setidaknya beri sedikit rasa cinta untukku Mbak, sedikit perhatian dan sayang," ucap Rudy dari  layar ponsel.
Rudy memandang seraut wajah sendu di layar kaca itu.
Yang tadi tersenyum merekah, indah terlihat begitu sedih.
Ada raut kesedihan di wajah Mira.

"Mbak ... Mbak Mira aku sayang Mbak, please ... jangan marah ya, wahai bunga Kaktus ..."

Mira tiada mampu berkata, ada bulir bening di sudut matanya, walau dia menyanyangi Rudy, tak mungkin Mira menyambut keinginan Rudy, karena akan membuat lebih terluka.
Sejenak terdengar suara Rudy membacakan sebuah puisi, suaranya merdu ... indah menyanyat hati.

* B U N G A   K A K T U S **
   ( Lambang Setia dan Ketulusan )

Putih nan asri berpadu kuning
Suci tanpa wewangian penggugah gairah
Anggun menawan terbalut sederhana
Laksana tiara bertakhta tiga pada kepala maharani

Kejam terik matahari hanya sedekah langit
Tandus tanah menganga secuma panorama
Tiada keluh-kesah pembersit rasa kecewa
Dilema kehidupan adalah kerikil perjalanan hidup

Pesona indah mustika gurun
Suci terkawal kompi dan pleton duri

Lembut...

Sungai yang mengalir tenang melantun gemericik air
Bias damai beri rasa teduh pada hati ter-usung badai
Tulus menebar kasih, berpancang setia pada suratan Illahi

Bunga kaktus...

Anggun mempesona...

Teduhkan jiwa yang terpanggang gurun kehidupan...

  

Mira kian tersedu mendengarnya puisi Rudy.

"Haaaaloooo ... Mbak Mira, jangan nangis to, lihat Rudy gak papa, Rudy minta maaf tentang tadi, ayoooo ... tersenyum! Please aku ingin lihat senyum Mbak yang indah merekah."

Mira tidak mampu menjawab semuanya, mulutnya seakan terkunci.
Dari layar ponsel itu dilihatnya Rudy yang tertawa tebahak bahak, mungkin untuk menutupi rasa sedihnya, atas penolakan Mira. Mira mengakhiri panggilan video tersebut, kemudian mengirim pesan tuk Rudy.

[ Jahaaaaat, kamu ngerjain mbak ya]

[Tidak]

[ Terus apa maksud semua ini Rudy]

[ Sebenarnya Rudy betul jatuh hati pada mbak Mira, namun saat Rudy melihat wajah mbak yang sedih, Rudy urungkan semua. Puisi tadi khusus buat mbak. Saya tahu Mbak tulus berteman, dan sangat menyanyangi keluarga. Maaf jika saya salah mengartikan semua. Lupakanlah, aku baik baik saja]

[Aku minta maaf, jika membuatmu sakit, semoga ini jalan terbaik]

Mira mengirim jawaban, namun sudah tak terbaca lagi, Rudy telah off. Hati Mira semakin tak karuan merasa bersalah.

*******
Keesokan harinya, Mira membuka layar ponsel.
Pesan tadi malam untuk Rudy pun masih centhang satu.
Berharap bertemu dikantor. Mira akan menjelaskan semuanya.

Jarum jam menunjuk angka 8. 30 wib, namun batang hidung Rudy belum kelihatan. Tidak biasanya dia tanpa kabar.
Mira mencoba menelpon tapi jawaban operator yang ia peroleh.

"Ta, Rudy kenapa belum datang ya," Mira mencoba bertanya pada teman personalia.

"Oooh, tadi ada kabar dari RS, tadi malam kecelakaan, ponselnya rusak saat jatuh."

Lulut Mira serasa hilang kekuatannya. Dia duduk di sofa, hatinya benar benar merasa bersalah, tapi Mira tetap tidak mau lebih menyakiti.
Biarkanlah dia sendiri dulu.
Membiarkanya lebih tenang.

Keadaan Rudy membuat Mira tak fokus bekerja.
Sore itu juga sepulang dari kantor Mira menjenguk Rudy.
Diketuknya pintu kamar berwarna hijau tua itu.

"Masuk," jawab Rudy.

Perlahan Mira masuk.
Mencoba menata hati, ada degub kencang mengguncang hatinya saat mendekati lelaki yang baru saja menyatakan cintanya.

"Gimana keadaanmu Rudy?" Mira mencoba membuka percakapan. Suaranya sedikit gemetar.
Rudy mengetahui kecanggungan wanita yang telah membuatnya jatuh hati. Namun sudah menjadi milik orang lain.
Rudy mencoba mencairkan suasana.

"Aaah, Mbak Mira pasti ledekin Rudy nih," sahut Rudy tersenyum, menutupi rasa sakit hatinya yang melebihi rasa sakit di kakinya.

"Maafin Mbak, kalau semua gara-gara Mbak," Mira tertunduk, menahan agar bulir bening itu tidak menetes.

"Santai saja Mbak, I fine, its okey, don't cry ... Aku ingin selalu melihat senyum Mbak yang indah, dan Mbak tahu penolakan Mbak justru membuatku semakin mengagumi Mbak. Sebagai wanita harus bisa menjaga kehormatannya walau jauh dari suami. I like that," ucap Rudy sambil tersenyum.

"Terimakasih atas pengertiannya, semoga kamu mendapatkan wanita lebih baik dariku."

"Aamiin, tetaplah tersenyum bunga kaktusku," Rudy sedikit menggoda Mira, walau dalam hati serasa ingin menangis.

Tamat
Diubah oleh Maryati040 09-08-2019 23:50
anasabila
nona212
nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
2.1K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.