Selamat pagi menjelang siang, apa kabarnya kalian? Bertemu lagi dengan trid Delia yang selalu hadir untuk pembaca yang masih gemar membaca dan harus banyak membaca, sebab dalam trid kali ini Delia hanya mengulas tentang bagaimana caranya agar masyarakat menjadi terpikat oleh sebuah bacaan.

Seperti yang pastinya kalian sudah pahami, atau bahkan lebih pintar dari Delia dalam melihat sebuah kondisi yang memilukan pada minat membaca bukan hanya kepada anak-anak, akan tetapi kepada semua kalangan masyarakat, tua dan muda pada dasarnya mereka hanya berkisah tentang kehidupan, bukan memperbaiki bagaimana kehidupan ini akan berjalan pada suatu keesokkan nantinya. Mereka hanya berkutat kepada bagaimana mencari uang minimal untuk makan.

Padahal sebuah buku adalah gudangnya ilmu dimasa yang akan datang, jika saja banyaknya masyarakat yang mencoba membaca dan mengetahui banyak ilmu yang bermanfaat dari sebuah bacaan. Akan tetapi mereka enggan untuk mencari tau apa saja guna sebuah buku ataupun membaca. Sehingga kondisi ini banyak membuat orang-orang yang sudah pintar memintar-mintari kebodohan mereka. Maka dari itu banyak korban yang berjatuhan karena sebuah kebodohan. Sangat di sayangkan sekali, bukan?

Kita bisa saja tidak bersekolah, tetapi jangan menjadikan otak kita semacam sampah yang tidak berarti apapun, bahkan hanya mengotori ruang kehidupan di dunia yang hanya dipinjamkan Allah sementara.



Pernahkah kalian berpikir untuk memperbaiki areal di dalam rumah kalian? Bagaimana caranya membuat sebuah masalah selesai, jika kita sama sekali tidak mengetahui bagaimana untuk memperbaiki keadaan.



Sebut saja dia guru jalanan yang berjuang demi sebuah pembuktian kepada dirinya, bangsa, agama dan masyarakat sekitarnya.

Jika di telaah baik-baik, guru jalanan ini tidak memiliki tanda jasa, namun jasanya lebih luar biasa ketimbang guru pada sebuah sekolah yang memiliki penghasilan. Kenapa bisa begitu? Karena guru jalanan adalah orang-orang yang mempunyai satu tekad dan tujuan tanpa batas. Yang mana semangat untuk menghancurkan kebodohan lebih tinggi ketimbang kebanyakan guru yang berada di sekolah.

Para guru jalanan ini melakukannya pekerjaannya dengan totalis, sudah pasti perjuangan juga lebih keras demi sebuah pendidikan, juga dengan modal sendiri berbonus hanya pahala hanya dari Sang pencipta.

Mungkin sebagian orang hanya bisa memandang rendah kepada gerakan memberantas buta huruf. Karena terkadang memang mereka mencari bantuan untuk sebuah harapan atas tuntas-tunas bangsa di pinggiran jalan. Yang mana tidak berpendidikan, atau bahkan tidak tertarik sama sekali untuk bersekolah.

Padahal jika saja mereka dikenalkan kepada sebuah ilmu pengetahuan, pastinyalah dalam Bahrin mereka lahir sebuah cita-cita. Yang mana buku menjadi sumber utama ilmu dan menjadi bahan dasar pertama sebuah pengetahuan itu akan berkembang sesuai aturannya.

Anak-anak jalanan itu hanya menghabiskan waktu percuma jika tidak ada yang membimbing mereka untuk menjadi sesuatu.

Yang Delia mau tanyakan adalah, bisakah kita menjadi salah satu penggagas guru jalanan? Jangan tunggu sebuah bel untuk menggerakkan hati, bergeraklah mulai dari sekitar lingkungan kita. Sebab mengamalkan ilmu juga termasuk ke dalam sebuah ibadah bukan? So marilah kita kobarkan semangat membaca kepada sekeliling kita sebelum usia menghabiskan waktu kita di dunia, setidaknya buatlah kenangan bahwa kita pernah menjadi seseorang.