Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karawang, Jawa Barat, akhirnya menjatuhkan vonis 6 bulan penjara kepada tiga anggota Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi (Pepes) pelaku kampanye hitam ke Jokowi.

Ketiganya diyakini hakim bersalah menyiarkan kabar bohong dengan cara kampanye hitam. Mereka adalah Citra Widaningsih, Engqay Sugiyanti, dan Ika Peranika.

Meski terbukti bersalah, Juru bicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak tetap membela mereka. Ia bahkan mengungkapkan perasaaan salutnya atas perjuangan emak-emak tersebut.

Eks Ketua PP Muhammadiyah itu juga mengatakan telah menemui ketiga emak Pepes. Katanya, dia bangga dengan semangat emak-emak tersebut dalam memperjuangkan hak kebangsaan untuk anak cucu yang lebih baik.

Mendengar pernyataan Dahnil Anzar itu tentu saja kita cukup bingung. Apa yang bisa dibanggakan dari penyebar fitnah dan kabar bohong seperti itu? Bukankah menurut hukum agama dan negara, fitnah itu dilarang?

Ini menunjukkan bahwa Dahnil adalah manusia gemblung yang membenarkan tindakan propaganda emak-emak PEPES untuk menjatuhkan lawan politik.

Padahal dengan menyebar hoaks dan fitnah yang berpotensi memecah belah persatuan. Kita justru akan mewariskan hal buruk terhadap anak cucu, serta membuat kehidupan berbangsa dan bernegara semakin berantakan.

Aneh, sungguh aneh!

Diakui atau tidak, sentimen agama memang sangat erat kaitannya dengan permainan politik kubu Prabowo-Sandi. Mereka rela melakukan segala cara untuk menjatuhkan lawan politik, termasuk dengan menyebarkan kebohongan yang menjurus pada fitnah dan provokasi, seperti yang sengaja dilakukan emak-emak PEPES untuk menjatuhkan Jokowi.

Mereka bahkan rela berkampanye dari pintu ke pintu agar masyarakat percaya dengan kebohongan dan fitnah yang dibangun, hingga berakhir dengan masuk bui.

Mari kita akhiri logika sesat seperti yang dilakukan Dahnil di atas. Tak ada salutasi untuk penyebar fitnah dan kabar bohong seperti emak-emak PEPES.