lostcgAvatar border
TS
lostcg
Lebih Percaya Diri Menjalani Ibadah Agama Malim di Kota Medan
Lebih Percaya Diri Menjalani Ibadah Agama Malim di Kota Medan

Selasa, 30 Juli 2019 21:34



 





Banyumili Institute



Kegiatan Ibadah Bangsa Parmalim di Bale Parsantian Medan Denai yang dilaksanakan setiap Hari Sabtu. Dalam ibadah kali ini, lebih kurang 64 Kepala Keluarga turut beribadah bersama memanjatkan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon. (Banyumili Institute) 



TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pascaputusan Mahkamah Konstitusi pada 7 November 2017 yang menerima tuntutan penghayat kepercayaan bisa mencantumkan aliran keyakinannya di kolom agama, penganut Agama Malimmenyebut hal itu sebagai keberkahan.

Agama tradisional dari Tanah Batak ini seakan lebih percaya diri menjalankan ibadah dan kehidupan sosialnya.

Di Kota Medan, sendiri, salahsatu tempat ibadah Parmalim, sebutan untuk penganut Agama Malim berlokasi di Jalan Air Bersih Ujung,Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Rumah suci Parmalimini bernama Bale Parsantian Ginomongan Ni Bale Pasogit Partonggoan.

Salahsatu penghayat agama atau Ugamo Malim ini, Lambok Manurung, mengatakan bahwa mereka hidup secara berdampingan dengan masyarakat sekitar. Apalagi jajaran pemerintah daerah sudah mengakomodir segala kebutuhan mereka, tanpa diskriminasi.


"Nah, kalau jemaah kita yang beribadah di Jalan Air Bersih ini jumlahnya ada 64 KK. Mereka berasal dari beberapa daerah di Kota Medan. Kalau ditotal itu ada 300 orang lah," ujar pria 50 tahun itu kepada Tribun Medan, Selasa (30/7/2019).

Lambok mengatakan mereka sangat percaya diri usai putusan MK tersebut. Oleh karena itu ucapan ucapan terimakasih menurutnya sangat layak disampaikan kepada pejuang Hak Azasi Manusia (HAM).

Lambok yang sempat turun ke Gedung MK di Jakarta untuk memperjuangkan hak administrasi kependudukan teman teman se-keyakinan, mengatakan mereka sangat menyambut baik.

"Mereka juga yang membantu kita, maka dari itu pejuang-pejuang seperti mereka ini sangat membantu kita. Karena agama kami ini bukan dari luar, agama kami asalnya asli Indonesia beserta agama agama lainnya seperti di Jawa," kata Lambok.

Ugamo Malim diartikan sebagai Agama Suci oleh bangsa Batak terdahulu, Bagi Lambok sendiri, Ugamo malim tidak disebarluaskan melalui misionaris misionaris seperti agama-agama lainnya. Itulah mengapa penghayat aliran kepercayaan ini tak begitu berkembang di Indonesia.

Parmalim di Indonesia saat ini jumlahnya mencapai 1.300 Kepala Keluarga (KK). Jika diuraikan, penganutnya mencapai 9.000 orang sesuai data yang dimiliki Pengurus Parmalim.

"Pusat Ibadah kita dipusatkan Huta Halasan, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir. Kemudian di beberapa daerah sudah ada juga rumah ibadah atau Parsantian. Yakni di Air Bersih, Medan Deli, kemudian di Sei Semayang, Deliserdang, di Tigaraksa Tangerang Selatan, di Jakarta Pusat, kemudian Batam ada juga," kata Lambok.



Prosesi kegiatan ibadah Bangsa Parmalim di Bale Parsantian Medan Denai. (Banyumili Institute) (Banyumili Institute)

Kemudian untuk di kawasan Indonesia Timur, Bale Parsantian belum ada dibangun. Namun dengan perkembangan bangsa Parmalim yang sudah diakomodir pemerintah, sangat mungkin perantau dan membuat tatanan baru di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

Ulu Punguan Parmalim Cabang Medan atau bisa disebut juga sebagai penceramah umat Ugamo Malim di Medan Rinsan Simanjuntak mengatakan Malim tidak membatasi penganutnya untuk wajib beribadah di Hutahalasan, Lumbanjulu.

Hanya saja, dalam perintah Ugamo Malim, penganutnya disarankan untuk beribadah di Bale Parsantian terdekat. Ibadah Parmalim dilaksanakan setiap Sabtu sesuai perintah penganut leluhur Ugamo Malim.

"Kalau di kita dua tahun sekali itu ada hari besar melaksanakan syukuran Sipahulima. Pada syukuran ini kita memberikan persembahan seperti hasil tani dan kebun ke Pusat Ibadah di Huta Halasan. Ini bentuk syukur kepada Debata,(Tuhan) Mulajadi Nabolon," ujar Rinsan.

Ugama Malim dikatakan Rinsan dan Lambok tidak memiliki kitab suci seperti kitab yang diimani agama-agama lainnya. Hal itulah yang dinilai mereka menjadi penghambat Ugamo Malim diakui oleh Negara.

"Makanya hal hal seperti itu membuat kita tidak diakui sebagai agama. Tapi gak apa apa sih meski hanya diakui sebagai aliran kepercayaan saja. Sebab soal Iman kita hanya bertanggungjawab dan berurusan dengan Mulajadi Nabolon, yaitu Tuhan bukan kepada pemerintah," ujar Lambok.

Saling Mencintai dan Mengasihi

Seperti agama-agama pada umumnya, Ugamo Malim juga mengajarkan untuk mencintai dan mengasihi antar manusia. Parmalim sebagai penganut ugamo malim meyakini Raja Sisingamangaraja merupakan seorang pahlawan dari Parmalim yang turut andil membesargan Ugama Malim.

Dikatakan Lambok, Wafatnya Raja Sisingamangaraja tahun 1907 merupakan awal baru bagi Parmalim melanjutkan perjuangannya. Sebab Raja Sisingamangaraja merupakan seseorang yang dianggap sosok yang menjalankan amanah oleh Nabi dari Ugamo Malim untuk berjuang.di Kawasan Bakkara.

"Kekurangan Bangsa Batak ini adalah tidak benar-benar menjaga warisan budayanya. Padahal kita (Batak) itu punya aksara dan tahunnya sendiri. Tapi tak paham soal sejarah, makanya soal awal mula Ugama Malim diturunkan di Bumi batak masih perlu penelitian," ujar Lambok.

Beberapa silang pendapat soal kepemimpinan Ugama Malim diantara Parmalim sempat mengemuka pada tahun 2016 atau tepat setelah wafatnya 2016. Namun begitu persilangan pendapat ini bagi Parmalim tidak perlu menjadi sesuatu yang besar, sebab iman pada Mulajadi Nabolon tetap sepenuh hati dijalankan.

Dikatakan Lambok, dalam beribadah di Bale Parsantian, ajaran Malim dilakukan dengan perantara bahasa Batak Toba. Namun begitu, sesekali ceramah dilakukan dengan sedikit bahasa Indonesia.

"Ini juga Pekerjaan Rumah (PR) bagi kita, sebab anak anak di Kota sudah mulai meninggalkan bahasa bataknya. Jangankan bagi penganut Parmalim sendiri, bagi orang bersuku batak dengan agama di luar malim pun banyak yang sudah tidak bisa berbahasa batak," katanya.

Parmalim berharap masyarakat luar dapat menerima keyakinan mereka dalam bertuhan. Bagi mereka tak ada pembeda antara Malim dengan agama agama lainnya. Selain itu mereka berharap agar anak-anak mereka dapat diterima di masyarakat oleh anak-anak dari agama lainnya yang mungkin belum mengenal Parmalim,

(cr15/tribun-medan.com)

https://medan.tribunnews.com/2019/07...medan?page=all

Baguslah, sudah mulai waras kota medan, semoga aja bisa ditiru kota lainnya
spiritualized
Ivanisme1151j
greedaon
greedaon dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.5K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.