Siapa juga, lelaki normal mana yang tidak ingin merasakan menikah terus "belah duren" bersama "hareem"nya yang masih perawan. Tentu itu dambaan setiap para lelaki normal yang sangat merindukan hal itu. Apalagi bila mendapatkan perawan. Tambah klop malam pertamanya.
Toh, lagi pula bukankah itu yang diinginkan kaum lelaki nantinya bila menjadi (calon) suami ingin mendapatkan (calon) istri masih perawan pula. Apakah itu memang sebuah keharusan atau hanyalah mitos jika ingin menikah harus dengan perempuan yang masih perawan saja. Entah.
Tapi hal ini pun terjadi di kampung saya. Apalagi dalam keluarga saya. Jika ingin menikah cari perempuan yang perawan saja bukan yang janda. Karena baik di mata sanak-saudara maupun dan tetangga pasti akan mencibir jika mendapatkan janda. Lalu menjadi bisik-bisik tetangga. Dan itu pasti akan terjadi!
Saya menyalahkan mereka yang mencibir? Oh, tidak! Tetapi memang ada benarnya juga.
Contohnya, teman sepermainan saya, dia menikahi janda. Jika teman saya menikahi janda tanpa anak tidak mengapa. Lha, ini ibarat membeli sebuah barang dengan diberi embel-embel. "Buy one get one" atau "sepaket". Menikahi janda tapi ada buntutnya. Alias, ada anaknya. Menikahi emaknya dapat bonus yakni anaknya dari pernikahannya dulu. Tentu sudah menjadi bahan "bisik-bisik tetangga" tambah gencar, bukan!
Lagi-lagi apakah memang sebuah keharusan mencari perempuan harus perawan jika ingin dinikahi. Tapi itulah realitanya di kehidupan bersosialisasi. Bertetangga. Selalu bersinggungan dengan yang setuju atau tidak. Menikahi perempuan yang masih perawan atau janda.


Lebih jelas cek video di bawah ini ....