ISTRI Nursugik, 42, bukan pesinden atau waranggana, tapi hobinya begadang di luar rumah. Berulangkali Nenok, 39, ini diingatkan, tapi tak digubris. Akibatnya kebutuhan biologis Nursugik jadi kacau. Begitu diselidiki, ternyata Nenok memang punya berondong usia 27 tahun. Nursugik pun langsung menceraikannya.


Pesinden suka begadang tengah malam karena tuntutan profesi. Suami di rumah sudah mlungker (tidur), bini di pentas wayang kulit masih nembang “ya mas ya mas ramane dhewe” atas perintah dalang. Dia baru pulang biasanya setelah adegan “Goro-goro”. Tiba di rumah tinggal tidur, bangun-bangun pukul 10.00. Begitulah kehidupan pesinden juga kalangan artis.


Nursugik warga Malang (Jatim) belakangan suka heran, istrinya bukan pesinden atau artis langganan TV, tapi kok suka begadang di luar rumah? Pulang-pulang di atas pukul 24.00. Gara-gara ini semua, Nursugik suka kacau dalam hal kebutuhan biologis. Pas dia butuh, istri tak di rumah. Giliran sampai rumah, diajak menolak dengan alasan capek. Ditakut-takuti bakal dikutuk malaikat sampai pagi, jawab Nenok tak mau kalah, “Ini kan sudah pagi, tanggung dong mau ngutuk orang!”


Nursugik sama sekali tidak tahu apa sesungguhnya kebiasaan buruk istrinya itu. Setiap ditanya jawabnya: ngobrol di rumah tetangga. Tapi kok tiap malam, apa tetangganya tidak capek juga? Atau semua tetangga diajak begadang bergantian? Lalu yang diomongkan apa saja? Apa membahas politik, karena sudah mendekati Pileg-Pilpres. Memangnya Nenok bagian emak-emak militan yang ditunjuk jadi timses?


Diam-diam Nursugik mengadakan investigasi lapangan. Ibarat kata, rumput yang bergoyang dan bulan yang senyum di atas langit, semua ditanyai. Tapi tak ada yang bisa memberi jawaban. Kemudian ada seorang Satpam yang menginformasikan, Nenok suka masuk ke rumah Paeran, 27, penunggu rumah di ujung jalan. Rumah ini milik orang Surabaya, dan dia ditugaskan jadi tukang kebonnya.


“Di dalam pada ngapain, bukan kapasitas saya untuk menjelaskan. Bapak bisa menganalisa sendiri,” kata Satpam itu, lagaknya macam pejabat ditanya pers. Tapi dari sini Nursugik mulai bisa merangkai cerita. Anak muda penunggu rumah itu memang ganteng, postur tubuhnya juga atletis seperti anggota TNI. Tongkrongannya saja begitu, apa lagi “tangkringan”-nya.


Nursugik terus mengumpulkan data pendukung. Dari teman Paeran dapat bocoran informasi, Ny. Nenok suka memberi uang pada Paeran. Katanya itu imbalan pelayanan Paeran di atas ranjang yang jan megah-megahake (baca: memuaskan). Itu karena “aset” Paeran di luar rata-rata, sedang “aset” Nursugik selaku pemilik domain, nyaris seperti odol hotel………”Napa inggih (apa iya) ta Pak?” kata sang informan belagak bloon.


Sebetulnya Nursugik mau memaki sang informan itu, masak “aset”-nya diledek mirip odol hotel. Dia langsung pulang, nunggu istrinya pulang dari begadang. Begitu diklarifikasi, ternyata dia membenarkan. Kata Nenok, bersama Paeran dia memperoleh kepuasan hakiki. Sekarang karena sudah terbongkar, dia siap menanggung resikonya. Diceraikan kapan saja siap, tantang Nenok.


Nursugik memang hendak menceraikan istrinya. Gara-gara data dari informan tersebut, harga dirinya jatuh. Hari berikutanya langsung ke Pengadilan Agama, untuk mendaftarkan perceraian. “Saya tersinggung, Pak. Istri saya belakangan suka berondong.” Kata Nursugik polos saja.


Cuma berondong saja kok repot. Ya dibelikan dong, kasih mentega biar gurih!



SUMBER