coworkingspaceAvatar border
TS
coworkingspace
Pengalaman ane mendidik anak selama belasan tahun.

Sering kali ane lihat banyak keluarga yang mengalami kesulitan membimbing anak-anaknya. Ane sendiri bukannya tidak ada kegagalan ketika membesarkan anak. Ane akan coba membagi apa yang ane ketahui mengenai membesarkan anak. Ane lihat betapa pentingnya peran ayah dalam sebuah keluarga. Jika keluarga itu beres atau rusak, menurut ane, itu adalah tanggung jawab seorang ayah. Lagipula ane bisanya hanya membahas dari sisi ayah/pria. Ane ga ngerti terlalu banyak mengenai ibu/perempuan. Biar nanti aganwati yg lain yg bahas. 

Sebelum menikah, ada seorang teman ane yang kasih wejangan mengenai menjadi orang tua yang berbeda. Ayahnya kelahiran Spanyol dan ibunya dari Indonesia. Ada banyak kultur dari budaya barat yang cukup baik dan bisa dilakukan pada kita sebagai orang timur.
Teman ane bilang bahwa jangan Cuma jadi orang tua bagi anak-anak, namun harus bisa jadi sahabat. Ini tidak mudah karna terus terang orang tua ane sangat kental dengan pendidikan budaya timur. Contohnya: orang tua tidak pernah salah, orang tua tidak pernah minta maaf, orang tua yang otoriter, dsb. Banyak anak-anak jadi pahit dan rusak hidupnya karna sikap orang tua yang berlebihan. Ane jadi ga ada guru untuk melihat contoh pendidikan gaya barat yg bisa diterapkan di keluarga ane.

Ane coba jelaskan beberapa poin yang ane ingat kalo tindakan ini berbeda dengan budaya timur yang ortu ane lakukan.




Pertama: Meminta maaf. Bagi budaya timur, nyaris mustahil bagi kebanyakan orang tua untuk minta maaf. Teman ane bilang ke ane bahwa seorang sahabat itu harus memiliki kondisi yang seimbang. Jika salah satu bersalah, harus langsung minta maaf. Ada contoh yang barusan terjadi di keluarga ane. Ketika makan malam bersama, mendadak anak ane salahkan ane untuk hal yang ane tidak berasa salah. Ane langsung meledak saat itu, mungkin kecapekan karna kerja. Anak ane langsung terdiam. Kira-kira, 10 menit kemudian ane berasa meledak itu bukan hal yang benar. Abis makan, ane minta maaf, langsung peluk anak ane. Ga sekedar maaf, ane sampe tagih ke dia, apakah kamu bisa maafkan ayah? Dia sampai nangis karna hatinya ternyata luka karna ane meledak. Duh, rasa salahnya itu berbekas di hati ane sampai beberapa hari. 




Kedua: Bohong. Ane tidak toleransi bohong, termasuk bohong kecil, bohong putih, bohong demi kebaikan, dll. Ane dengar sendiri ada teman ane yang “ancam” anaknya akan dikasih ke pak satpam kalo ga mau makan. Dulu, gara-gara orang tua ane bohong kecil ke ane, ane rasa kalo ane bohong kecil ke orang tua juga ga masalah. Namun, ketika ketahuan, orang tua ane murka besar. Menurut ane, ini double standard dan ini sifatnya merusak.  



Ketiga: Hukuman. Ini yang paling banyak kontraversi dan paling berbahaya untuk dilakukan. Ane penganut hukuman fisik ke anak. Ketika anak ane (masih belum genap umur 2 tahun) ga mau makan, ane seret dia dan ane kunci di kamar mandi. Ketika anak cowo ane pukuk kakak perempuannya, ane pukul anak cowo ane. Hukumannya mirip sama ortu ane. Namun yang membedakan dan yang sangat vital adalah reaksi orang tua setelah memberikan hukuman ke anak. Setelah hukuman selesai, ga tunggu lama langsung ane samperin anak ane dan peluk dia. Jangan sampai ada gambaran sosok seorang ayah yg sadis, kejam, dsb. Lalu, setelah nangisnya beres, ane jelaskan kenapa dihukum. Ane ga pernah tunggu anak ane nyamperin ane terus bilang “maaf ya tadi adik salah”, anak kecil mana bisa melakukan hal kayak gitu? 
Dulu ane masih digebukin emak ane sampe SMA dan abis digebukin, ane dipaksa minta maap ke emak ane supaya ane ga mengulangi kesalahan ane. Hal ini banyak yg bikin ane pahit sama orang tua, bukan karna dipukul fisik tapi karna ane disalahkan padahal ane tidak bersalah. Seumur hidup, ane ga pernah pahit karna hukuman fisik dari ortu ane. 
Oh ya, ane udah ga pernah kasih hukuman fisik sejak bertahun-tahun yang lalu sejak anak-anak ane sudah mengerti ketika ditegur. Bagi orang tua yang ga bisa dekat ke anak dan gampang emosi, ane sarankan jangan pernah kasih hukuman fisik. Bisa bikin anak menjadi jadi trauma. Sebaiknya hukuman fisik juga diberikan tanpa ada kemarahan dari kita.




Keempat: Ibadah. Jika kita bisa dipercayai dan mempercayai objek yang tidak terlihat mata, maka kita lebih bisa dipercaya ketika tidak tidak ada orang yang melihat. Jangan nakal walaupun tidak ada orang tua yang mengawasi karna ada Tuhan yang melihat. Ane kasih contoh juga untuk tidak masuk jalur busway walau ga ada polisi. 




Kelima: Korban. Tanda dari cinta adalah korban. Ga mungkin orang cinta kalo ga ada korban. Ane ajarkan ke anak-anak gimana orang tua berkorban buat anak-anak dan jika anak-anak cinta dengan orang tua, tunjukan juga kalau anak-anak juga mau berkorban buat orang tuanya karna cinta.




Keenam: Curhat. Anak-anak ane sering curhat tentang masalahnya, tapi ane sendiri juga sering curhat tentang masalah ane di kerjaan. Malah seringkali ane minta didoakan oleh mereka. Memperlihatkan betapa orang tua berjuang mencari nafkah dan orang tua bukan orang yang selalu kuat. Butuh dukungan keluarga.




Ketujuh: Kebersamaan. Buat ane, ini cukup berat. Dari anak-anak ane masih kecil, ane selalu sempatkan bermain sama anak. Paling berat kalo permainan yg membutuhkan kekuatan fisik, kayak kuda-kudaan dan mintanya pas baru pulang kerja. Udah semakin tua, ane udah males main game. Tapi anak ane masih minta main bareng sampai saat ini. Ane tetap harus temenin main. walaupun ane kalah melulu, hahaha. Sebagai gantinya, ane juga minta mereka masak bersama. Dapur langsung hancur lebur dan kotor luar biasa.




Kedelapan: Tepat janji.  Teman ane pernah cerita kalo dulu ayahnya pernah janji pagi-pagi untuk temanin cari belalang ketika sore setelah pulang kantor. Namun karna hari itu, mendadak ayahnya harus lembur, maka pulangnya sampai malam. Ketika sudah malam dan capai, ayahnya lupa. Tapi temen ane tetap ingatkan ayahnya cari belalang. Si ayah, walaupun capek akhirnya tetap cari belalang walau akhirnya hampir ga dapet karna udah gelap gulita.


Ane sendiri masih mengalami tantangan menjadi orang tua. Anak-anak ane yang saat ini sudah berumur belasan tahun masih sulit disuruh makan sayur. Masih sulit disuruh membereskan kamar. Masih kagak lancar bicara bahasa Indonesia, walaupun udah les bahasa Indonesia dan tinggal di Indonesia. Ane tidak membagikan cerita lebih jauh lagi tentang hal-hal yang masih belum beres pada keluarga ane. Sampai saat inipun ane masih berjuang, bahkan masih belajar banyak hal.

Semua ini dari pengalaman pribadi ane, siap untuk ditanyakan karna apa yang ane bagikan barusan sudah ane lalui dengan baik. Ane percaya tidak mungkin semuanya cocok untuk semua golongan keluarga karna Tuhan ciptakan kita semua berbeda-beda. Boleh dicoba jika agan berasa cocok dengan agan.
Ane tunggu caci makinya.

Sumber gambar dari google. 

daisy90
marvina11
Lalalalala000
Lalalalala000 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
3.7K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
Kids & ParentingKASKUS Official
4.1KThread4.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.