TS
noviarini21
Melihat Cara Inggris Menghancurkan Dirinya Sendiri
Gambar: bbc.co.uk
Menyaksikan Timnas Inggris U-21 saat menghadapi Rumania adalah kasus serius. Inggris secara memalukan kalah atas debutan anyar di kompetisi Euro under 21 di Italia.
Diakhir perjalanan mereka, Inggris hanya mampu menempati posisi ke-3 dengan koleksi 1 poin. Ironi bagi tim yang penuh pemain mudah paling berbakat di Eropa.
Kesalahan individu? entahlah, mari kita coba memeriksanya dengan teliti.
Tampilan lini tengah yang sangat sederhana tanpa memberi peran dalam serangan? Sangat benar! Mengecewakan untuk lini tengah yang sama mewahnya seperti Italia.
Sisi defensif yang tidak berniat membuat barikade yang rapat? Periksa, dan hasilnya sangat benar. Di segala sisi area pertahanan tim muda Inggris benar-benar tidak bisa menampilkan performa yang impresif.
Itu semua adalah rekapitulasi perjalanan Inggris yang klasik di turnamen besar dunia.
Diberkati dengan generasi emas seharusnya harapan tinggi yang disematkan mampu membuat Singa Muda mengaung untuk membawa pulang Piala Eropa U-21.
Tetapi melihat lagi beberapa tahun lalu, generasi emas antara 2002 dan 2006 turut gagal di beberapa turnamen besar lainnya, jadi sekarang untuk apa mengharapkan perbedaan hasil?
Timnas Inggris di Piala Dunia 2006 terdiri dari pemain bintang seperti John Terry, Wayne Rooney, Frank Lampard dan Steven Gerrard namun mereka tidak mampu melewati hadangan Portugal dan tersingkir secara memalukan untuk tim semenjana seperti Portugal di kancah Eropa.
Gambar: Leicestermercury.co.uk
Kisah lain yang akrab di Eropa U-21 2019, saat melawan Prancis, Inggris adalah tim yang jauh lebih baik dalam menampilkan rencana permainan mereka. Unggrul 1-0 dan mampu tampil dominan, mendadak permainan berubah setelah Hamzah Choudhury diusir dari lapangan karena aksi tekel yang sangat buruk.
Prancis akhirnya keluar memenangkan pertandingan dengan skor 2-1 setelah kesalahan individu yang dilakukan oleh bintang anyar MU, Aaron Wan-Bissaka.
Pertandingan melawan Rumania sangat berbeda. Penampilan hambar di area tengah tanpa penetrasi berarti, mengingatkan kita dengan penampilan tim senior Inggris di Final National League.
James Maddison yang disebut-sebut akan menambah dimensi berbeda di lini tengah, nyatanya ia tak mampu menampilkan kualitas yang mumpuni di sepanjang turnamen, tempat dimana seharusnya James dapat bersinar dengan mudah.
Apakah media Inggris terlalu bersemangat dengan pemberitaan tim muda mereka? Mungkin! namun di contoh klasik lainnya Inggris memang hampir selalu gagal di turnamen besar. Media Inggris senang membawa pemain mereka melambung tinggi dengan pujian-pujian selangit, tetapi ketika kegagalan tiba, media-media tersebut menyerang balik hingga merusak kepercayaan diri para pemainnya.
Pada laga melawan Rumania, di dua puluh menit terakhir permainan Inggris mengingatkan kita pada sekelompok pertandingan antar anak-anak sekolah yang tidak memiliki pengetahuan taktis dan strategi.
Itu menjadi terlihat seperti pertandingan basket. Lini tengah yang mudah dilewati. Pertahanan yang tercabik-cabik ketika lagi dan lagi Rumania berhasil menjeploskan bola ke gawang Inggris. Gol ketiga Rumania datang berkat blunder mengesankan dari Dean Herderson.
Kesalahan individu jelas merupakan tema utama yang umum bagi Inggris.
Lihatlah John Stones dan Kyle Walker dalam pertandingan National League melawan Belanda. Mengalami musim panas yang gemilang sejak tahun lalu dan mampu tampil mengejutkan di Piala Dunia, unggul terlebih dahulu 1-0 atas tim Kroasia.
Namun, apa yang terjadi setelahnya? Kita bisa menebaknya dengan mudah, dua kesalahan individu atas nama Walker dan Stones, lagi.
Mengapa ini terus terjadi? Mengapa kesalahan selalu terulang di panggung terbesar sepakbola dunia? Bisa jadi ada beberapa alasan yang membuat Inggris tak bertaji.
Tekanan bermain saat mengenakan seragam Inggris dengan harapan yang terlalu dipaksakan oleh para media dan penggemar mereka sendiri mungkin terlalu banyak untuk beberapa pemain tertentu. Atau kritik kelewat tak manuasiawi untuk pemain yang tidak mampu tampil baik.
Apapun masalahnya, itu perlu diperbaiki. Inggris adalah negara dengan kualitas pemain berlabel bintang yang sedang naik daun. Harry Kane, Jadon Sancho dan Phil Foden, mereka harusnya tidak akan membuang kesempatan lagi untuk tampil gemilang di mata dunia.
Gambar: bolaskor.com
Masalahnya di timnas Inggris terkadang bukan hanya berasa dari pemainnya tetapi juga telah merembet ke dalam jajaran manajemennya selama bertahun-tahun.
Mengapa Foden berada di bangku cadangan dalam pertandingan yang sangat penting di Piala Eropa U-21?
Mengapa Tammy Abraham, striker muda yang tengah naik daun tersebut tidak mendapat kesempatan bermain lebih banyak?
Mengapa para mantan manajer Inggris tidak mampu menemukan cara untuk memainkan Lampard dan Gerrard secara bersamaan?
Mengapa Gareth Southgate tetap bertahan dengan pemain yang tidak mempunyai menit bermain yang cukup dan rentan cedera seperti Fabian Delph dan Ross Barkley?
Ini hanyalah faktor lain yang turut berkontribusi terhadap kegagalan sepakbola Inggris di Piala Eropa dan Dunia. Namun diantara kesuraman yang baru dialami timnas muda Inggris, ada aura positif yang dapat menjadi alasan kebangkitan mereka.
Untuk saat ini, Inggris mungkin memang perlu mengambil langkah mundur sejenak dan berpikir bagaimana caranya mereka mengambil langkah maju dan akhirnya membawa gelar-gelar bergengsi dunia kembali ke tanah asal sepakbola dimulai pada awalnya.
GANBATTE!
Sumber Referensi:
90Min.com
UEFA.com
Express.co.uk
Mirror.co.uk
davecchio dan 9 lainnya memberi reputasi
8
8.8K
52
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
23.5KThread•14.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya