n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Poyuono Respons NasDem: Sejarahnya, Jokowi Lebih Dekat dengan Gerindra


Poyuono Respons NasDem: Sejarahnya, Jokowi Lebih Dekat dengan Gerindra

Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih dekat dengan partainya ketimbang Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Penilaian tersebut disampaikan Poyuono guna merespons pernyataan politikus Partai NasDem Taufiqulhadi yang menyebut bergabungnya Gerindra ke kubu Jokowi tidak akan memberi keuntungan.

"Kalau mau ditarik sejarahnya, Pak Jokowi itu lebih dekat dengan kami dibandingkan dengan Nasdem. Catat, catat, catat 'Pak Joko Widodo itu lebih dekat dengan kami, dibandingkan dengan Surya Paloh (Ketum Nasdem)'," kata Poyuono saat menghadiri HUT Suropati Syndicate di Taman Suropati, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6/2019).

Menurut Poyuono, Surya Paloh memberikan dukungan politik ketika elektabilitas Jokowi sudah tinggi. Namun Gerindra, sebut dia, yang mengantarkan Jokowi menuju panggung politik nasional.

"Surya Paloh itu mengambil ketika Pak Jokowi sudah jadi. Tapi kami ini membentuk Pak Jokowi, sehingga Pak Jokowi menjadi pemimpin nasional, bersama PDIP dulu. Pak Jokowi tahu siapa kami, lebih tahu daripada tokoh Nasdem atau Surya Paloh mengetahui kami," terang Poyuono.

"Saya hormati dari NasDem yang punya saham di Pak Jokowi. Tapi kan semua berakhir kepada Pak Prabowo dan Pak Jokowi. Apakah Pak Prabowo akan koalisi atau tidak, sampai hari ini Partai Gerindra belum membicarakan itu," imbuhnya.

Poyuono kemudian menegaskan bahwa Gerindra belum menentukan sikap. Namun, jika akhirnya bergabung ke Jokowi, Poyuono memastika Gerindra akan memberi keuntungan untuk pemerintah.

"Kita juga belum memikirkan kita akan masuk di koalisi atau tidak, karena kalau tidak ada oposisinya kan juga bisa kebablasan. Artinya kalau kita masuk pun jauh lebih baik, kenapa? Dengan kita berkoalisi, bukan artinya kita meng-oke-kan semua program-program yang dilakukan oleh Pak Jokowi," papar Arief.

Misalnya bergabung ke Jokowi, Poyuono memastikan Gerindra akan tetap mengkritik pemerintah jika program yang diterapkan tidak memihak kepada rakyat. Dia lalu bicara soal Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

"Kalau ada program-program yang tidak pro-rakyat, tentu saja kita akan menolak di dalam pemerintahan itu. Misalkan seperti PP 78 tentang Pengupahan yang tidak berpihak kepada buruh dan pengusaha. Kalau kita berada di dalam pemerintahan, kita akan menolaknya itu," sambung Poyuono.

Poyuono mengatakan, jika benar-benar merapat ke Jokowi Gerindra akan memberikan masukan-masukan yang baik untuk pemerintah. Sebab, Arief berpendapat, Jokowi selama ini dikelilingi banyak oran-orang yang akhirnya menjerumuskan ke jalan yang buruk.

"Dan juga kita bisa memberikan masukan-masukan kepada Pak Jokowi. Selama ini kan banyak setan kurapnya juga di sekitar Pak Joko Widodo yang bisa menjerumuskan kebijakan-kebijakan Pak Jokowi," tandas dia.(aud/zak)
sumber

================

Hmmm..
Ini jadi seperti seseorang yang merasa punya jasa besar pada orang lain. Merasa bahwa si anu tak akan bisa menduduki jabatan di sebuah perusahaan kalau tidak karena dia yang pertama kali mengajaknya bekerja.
Atau seorang cewek yang malah ngedumel ketika temannya justru nikah dengan seorang pengusaha kaya raya padahal dia yang memperkenalkan keduanya.

Satu yang mungkin dilupa : Takdir!
Yang kedua adalah : Karakter!

Berapa banyak kader Gerindra yang cemerlang?
Berapa banyak kader PDIP yang cemerlang?
Kurang lama apa Fadli zon, Habiburahman, dan lain-lain bergabung dengan Gerindra? Seperti apa tindak tanduk, perkataan, dan pemikiran mereka? Apakah sama dengan Jokowi? Atau Ahok? Nyatanya gak. Itu karena karakter mereka berbeda.
Karakter didapat dari lingkungan keluarga, setelah itu perjalanan hidup, baru setelahnya wawasan pergaulan.

Benar Gerindra terutama Prabowo ikut andil memuluskan jalan Jokowi menjadi orang nomor 1 di Indonesia ini, tapi tidak secara langsung, begitu pula dengan JK yang meminta pertamakali Jokowi maju dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2012. Justru Jikalau Prabowo dan Gerindranya merasa bahwa Jokowi dibentuk oleh mereka, mereka seharusnya bangga, bukan justru menyerang habis-habisan. Tak perlu ada narasi dendam dan sakit hati.

Bicara Setan Kurap, Poyuono rupanya tidak sadar kalau kegagalan Prabowo menjadi Presiden justru juga karena terlalu banyak Setan Kurapnya disekelilingnya, selain karena takdir.

Itu sudah jalannya Jokowi menjadi Presiden.
Dan jalannya Prabowo juga gagal menjadi Presiden.



galuhsuda
bstepanus
gabener.edan
gabener.edan dan 16 lainnya memberi reputasi
17
3.7K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.