Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cumipenjaraAvatar border
TS
cumipenjara
Jokowi dan Prabowo Sempat di Bangkok Berbarengan, Sudah Ada Deal?
Jokowi dan Prabowo Sempat di Bangkok Berbarengan, Sudah Ada Deal?


Jakarta- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berada di Bangkok, Thailand, saat KTT ASEAN pada Sabtu (22/6/2019) hingga Minggu (23/6). Pada saat yang sama, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto diketahui juga berada di Bangkok.

"Yang saya dapat infonya adalah Pak Prabowo memang ada di sana, tapi tidak bertemu. Karena jadwal Pak Jokowi kan juga padat di situ. Jadi tidak bertemu," kata Wakil Ketua TKN Arsul Sani di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (27/6/2019).

Meski Jokowi dan Prabowo tidak bertemu langsung, menurut Arsul, ada kemungkinan orang-orang dekat kedua tokoh itu melakukan pertemuan. Namun dia tak menjelaskan apakah pertemuan orang dekat Prabowo dengan orang dekat Jokowi itu menghasilkan suatu kesepakatan atau tidak.

"Tapi apakah ada komunikasi katakanlah dari orang dekat Pak Prabowo dengan orang dekat Pak Jokowi yang ikut di sana, kemungkinan itu ada. Bisa saja begitu. Tapi kalau (Jokowi dan Prabowo) bertemu, tidak," ucap Arsul.

Arsul menjelaskan soal komunikasi antara Jokowi dan Prabowo selama ini. Menurutnya, komunikasi itu dilakukan antar-orang dekat kedua tokoh tersebut. Arsul juga menyebutkan nama tiga jenderal di kubu Jokowi.

Jokowi dan Prabowo Sempat di Bangkok Berbarengan, Sudah Ada Deal?


"Jadi gini lho, kan misalnya Pak Luhut punya juga kedekatan dengan orang yang ada di tempatnya Pak Prabowo. Kemudian misalnya Pak Moeldoko juga punya, Pak BG (Budi Gunawan) juga punya (orang dekat di kubu Prabowo). Ya udah itu aja," jelas Arsul.

"Jadi antara yang berkomunikasi itu juga tidak kemudian saling 'eh lo ngomong apa, ntar gue mau ngomong apa' ya mau ketemu itu. Nggak juga, kita nyambung aja. Karena kan pasti kalau message itu dari Pak Prabowo kan pasti sama omongannya," imbuhnya.

Menurut Arsul, Jokowi tidak pernah secara khusus memberikan perintah kepada utusan untuk berkomunikasi dengan Prabowo. Dia menyebut selama para utusan itu berinisiatif menawarkan diri untuk menjalin komunikasi dengan Prabowo.

"Lebih kayak seperti itu (spontanitas). Tapi nggak ada kemudian cerita Pak Jokowi assign orang tertentu. Selalu biasanya adalah 'Pak, gimana kalau saya mencoba berinisiatif untuk melakukan komunikasi?'. Makanya Pak Luhut kan berkali-kali bilang bahwa, ya, dia udah biasa dengan Pak Prabowo ini kok," ucap Arsul.

Selain itu, dia menyebut Kepala BIN Budi Gunawan (BG) bisa jadi juga berinisiatif menawarkan diri menjadi utusan Jokowi berkomunikasi dengan Prabowo. Salah satu alasannya, ada juga orang-orang dengan latar belakang intelijen yang berada di kubu Prabowo.

"Ya bisa jadi, karena kan di tempatnya Pak Prabowo banyak orang yang background-nya intelijen juga kan. Jadi kalau Pak Jokowi assign orang si ini itu khusus, itu rasanya nggak," tuturnya.

Lebih lanjut, Arsul menyebut pertemuan Jokowi dan Prabowo pascaputusan MK sangat mungkin terjadi. Dia berharap pertemuan itu terlaksana dalam waktu dekat.

"Ya sangat mungkin (bertemu pascaputusan MK). Kalau yang disampaikan dari pidatonya Pak Jokowi tadi malam itu sangat mungkin. Mudah-mudahan, kita doakan," tuturnya.

SUMBER
https://news.detik.com/berita/d-4604...m=news_mostpop

KOMEN TS
Menurut ane, kayaknya kemungkinan Gerindra masuk kedalam koalisi Jokowi-Ma'aruf tuh sulit terealisasi deh.

Masih banyak orang-orang di BPN yang menurut ane punya idealisme masing-masing dari sekadar ngejar kesempatan yang sifatnya oportunis.

Lagipula, Gerindra sama PKS itu lebih cocok jadi koalisi aja. Disamping karena benturan idealisme antar masing-masing kubu, dengan mereka jadi oposisinya Jokowi-Ma'aruf bikin situasi demokrasi kita semakin seimbang. Karena Jokowi-Ma'aruf bakal selalu dipantau dan dikritisi arah kebijakannya sama oposisi. Buat ane kondisi seperti itu ideal banget buat situasi demokrasi kita. Bukannya mau berpikiran suudzon sama Jokowi-Ma'aruf, tapi oposisi itu pasti dibutuhkan supaya DPR kita bisa mewakili banyak suara masyarakat.

Coba ente bayangkan kalau semua parpol masuk kedalam koalisi Jokowi-Ma'aruf pasca putusan MK kemarin. Pasti para pendukung parpol yang masuk koalisi BPN kemarin bakal merasa suaranya gak didengar lagi.

Jadi oposisi itu gak buruk kok. Tinggal pembuktiannya aja gimana cara mengkritisi dan memberikan alternatif-alternatif lain buat jalannya roda pemerintahan Jokowi-Ma'aruf selama 2019 sampai 2024. Kalau ide dan gagasan pihak oposisi lebih menarik simpati masyarakat, bukan gak mungkin 2024 nanti arah masyarakat buat memilih parpol bakal berubah.
Diubah oleh cumipenjara 28-06-2019 10:13
omcons
omcons memberi reputasi
1
3.2K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.