Antusias, kata pertama yang bisa saya gambarkan ketika mendaapt undangan dari Mbak Anis Hidayatie, Ketua Komalku Raya (Kominitas Menulis Buku Malang Raya dan Sekitarnya). Undangan workshop kepenulisan yang diadakan pada tanggal 22 Juni 2019 bertempat di desa Ngabab, Kacamatan Pujon, Kabupayen Malang.

Bukan tanpa alasan, selain ingin bertemu langsung dengan Mbak Anis Hidayatie saya juga ingin mengenal lebih jauh sosok Saifullah Sahid, Senior di Platform Plukme sekaligus Dosen IAIBFA Tambak Beras, Jombang. Sosok yang menginspirasi saya lewat setiap kata-kata dalam goresan tulisan beliau.

Sebenarnya, rasa antusias saya sempat sedikit teredam dengan kondisi fisik yng kurang vit serta kebingungan akan anak yang harus ditinggal. Terlebih anak sulung yang antusias ingin ikut tetiba menginap di rumah neneknya. Beruntung suami bersedia menjaga kedua anak saya.

Esok harinya, sekitar jam enam pagi si sulung sudah diantar pulang oleh neneknya. Otomatis, saya harus mengkoordinir anak saya. Menyiapkan baju dan memandikannya. Kumayan menyita banyak waktu. Saya pun menyiapkan mental untuk datang terlambat.





Saat sampai di lokasi acara saya sempat dikagetkan dengan segerombolan ibu-ibu yang kompak menggunakan setelan batik serta poster besar berisikan tulisan "Halal Bihalal dan Workshop Bagi Guru TPQ, Se-Kecamatan Pujon". Rupanya mereka adalah panitia penyelenggara acara yang diketuai oleh Bu Yayuk, dari desa Wiyu.



Seluruh undangan yang sudah hadir kebanyakan adalah para ustadzah, para pengajar perempuan di TPQ yang ada di Kecamatan Pujon. Selama menunggu acara dimulai, saya ditemani oleh Bu Yayuk yang begitu ramah. Tak lama kemudian ruangan sudah penuh dan para undangan satu persatu telah datang.

Pak Syifullah Yusuf berhalangan hadir dikarenkan kondisi kesehatan yang kurang vit. Mbak Anis sempat mendaulat saya untuk menemani beliau sebagai pembicara. "Ceritakan menulis dari sisi seorang ibu rumah tangga." ucapnya kala itu.


Pengalaman pertama menjadi pemateri cukup membuat saya nerveus. Untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun saya berbicara di sebuah majlis. Terlebih undangan yang hadir di deretan kursi depan adalah para pejabat daerah seperti Lurah, Ketua NU Pujon, Kepala Desa dan beberapa petinggi se-Kecamatan Pujon.

Demi mengurangi rasa canggung saya pun menyiapkan poin-poin yang akan saya sampaikan di ponsel saya. Namun, Rupanya begitu giliran saya berbicara, saya malah tak sempat membuka ponsel. Bodohnya. Alhasil, saya bicara apa yang saya ingat dan pikirkan saja. Bicara agak kacau dan banyak mandek di beberapa kesempatan.



Saya kagum dengan mbak Anis yang begitu lugas dan lancar membagikan materi padahal tak ada kertas contekan di depannya. Sudah terbiasa, mungkin itulah alasan beliau bisa begitu mudah berbicara di depan umum. Terlebih profesi sebagai guru yang menuntut berbicara dengan banyak mata sudah beliau tekuni sejak puluhan tahun yang lalu. Pasti bukan hal sulit berbicara di depan khalayak ramai.

Sementara saya, apa yang saya tulis dengan saya ucap jauh berbeda. Rasa gugup dan tidak menguasai materi membuyarkan semua persiapan saya. Yah, beginilah jadinya kalau bukan profesional tiba-tiba didaulat jdi pemateri.



Sebuah PR besar buat saya untuk belajar berbicara di depan umum. Ghirahmenyelimuti hati saya setelah acara usai. Semangat akan dunia literasi yang tak pernah surut dimakan zaman.

Semoga pengalaman berharga ini menjadi sebuah kebaikan tersendiri untuk saya dan orang-orang terdekat saya. Sebagaimana Mbak Anis sampaikan di majlis, semoga profesi sebagai menulis mampu membawa manfaat bagi banyak orang. Amin

Demikianlah pengalaman say menjadinpemateri dadakan. Kalau Agan Sista punya pengalaman seperti saya??
Sudilah berbagi kisah dan meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terima Kasih