• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Hanya Demi ‘Pembalut’, para Gadis di Sini Rela Berikan Kehormatannya

AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Hanya Demi ‘Pembalut’, para Gadis di Sini Rela Berikan Kehormatannya



“Kemiskinan dan ketidaktahuan, seringkali menjerumuskan”.
***
Ya, karena tak punya apa-apa, sedangkan kita perlu apa-apa, atau karena tidak tahu dan menganggap itu hal yang biasa padahal ‘berbahaya’, maka seseorang terkadang dengan mudahnya memberikan sesuatu yang tidak seharusnya kepada orang yang tak berhak menerimanya.
***
Itulah gambaran yang terjadi pada gadis-gadis di Afrika tepatnya di Kenya. Kondisi ekonomi, transportasi dan distribusi barang yang sulit, membuat beberapa perempuan yang masih berstatus pelajar, rela memberikan keperawanannya, hanya demi mendapatkan sebuah ‘pembalut’.

Ya pembalut, tidak lebih dari itu. Itu, pembalut yang biasa digunakan oleh perempuan yang sedang ‘datang bulan’ alias menstruasi.

Fakta ini disebut oleh beberapa media sebagai kegiatan prostitusi atau bisnis esek-esek terselubung. Sedangkan Ane melihatnya sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi akibat keterpaksaan dan ketidaktahuan.

Memang, dalam transaksi itu ada semacam ‘imbalan’, yaitu ‘pembalut’ dan dilakukan sepertinya secara sukarela.

Namun jelas kompensasinya itu tidak sebanding dengan apa yang harus para gadis/wanita berikan, serta risiko yang harus mereka terima, seperti kehamilan, dan sebagainya.
***
Fakta tersebut terjadi di perkampungan kumuh Kibera, Nairobi, Kenya Afrika.

UNICEF melaporkan, sekitar 65% kaum wanita di sana rela memberikan tubuhnya, hanya untuk ditukar dengan pembalut. Sedangkan di kalangan pelajar putri, terdapat sekitar 10% juga melakukan hal yang sama.
***
Faktor utama mereka melakukan hal tersebut adalah langkanya pembalut wanita tersebut.

Untuk mendapatkan ‘barang intim’ tersebut, para gadis/wanita di desa itu harus pergi ke kota yang sangat jauh, dengan harga yang mahal, serta alat transportasi yang langka.

Kondisi itu dimanfaatkan oleh para tukang ojek sepeda motor yang disebut Boda-Boda.

Para tukang ojek inilah yang bersedia membelikan ‘pembalut’, namun semuanya harus dibayar dengan berhubungan badan.

Bagi para pelajar, seperti yang dialami oleh Judy yang masih duduk di kelas 7, ia pertama kali harus melakukan hal itu saat mengalami menstruasi yang pertama kali.

Mulustrasi

Ceritanya, setelah mengikuti kegiatan olahraga di sekolah, teman-teman Judy melihat darah mengalir di pahanya.

Temannya yang bernama Mary yang sudah pernah haid paham bahwa itu adalah hal yang biasa. Karena itu ia segera menolong Judy.

Bukan ditolong dengan diberikan pembalut, malah Mary mempertemukan Judy dengan pengemudi Boda-Boda.

Mary meminta tukang ojek itu membelikan Judy pembalut, dan menyuruh Judy melayani ‘kurir’ itu sebagai ungkapan terima kasih.

Begitulah yang terjadi setiap bulan berikutnya setiap kali Judy menstruasi, sehingga akhirnya Judy hamil di tahun 2016 dan melahirkan tahun 2017 lalu.

Peristiwa itu membuatnya trauma, akibat kemiskinan dan ketidaktahuan tentang seks.

Judy hanyalah contoh salah satu kasus gadis yang rela memberikan keperawanannya hanya demi sebuah pembalut. Namun ia tetap bisa melanjutkan sekolah berkat bimbingan konseling yang diberikan guru.

Fenomena ini akhirnya membuka mata pemerintah Kenya untuk menyediakan sarana sanitasi yang higienis bagi masyarakat, seperti pemberian pembalut dan toilet.

Sebuah upaya yang boleh dikatakan terlambat, namun harus dilakukan, untuk mencegah hal-hal yang lebih buruk lagi bagi generasi para wanita di sana.(*)
***
Nah, gimana Agan-Agan, mau jadi Ojol di sana? emoticon-Big GrinRef
Diubah oleh Aboeyy 18-06-2019 03:26
mainida
davecchio
arletaarik
arletaarik dan 12 lainnya memberi reputasi
11
36.8K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.