Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mendoan76Avatar border
TS
mendoan76
Nolak Diadili di China, 1 Juta Rakyat Hong Kong Demo Malam-malam
https://rmco.id/baca-berita/top-worl...emo-malammalam

Nolak Diadili di China, 1 Juta Rakyat Hong Kong Demo Malam-malam

TOP WORLD NEWS Selasa, 11 Juni 2019, 06:21 WIB

RMco.id Rakyat Merdeka - Aksi gede-gedean berlangsung di Hong Kong pada Minggu (9/6) malam. Satu juta lebih rakyat ma- lam-malam turun ke jalan menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi. Dalam RUU tersebut memungkinkan China mengekstradisi buron dari kota itu.

Civil Human Rights Front, kelom- pok yang menginisiasi aksi besar-besaran ini mengklaim, jumlah massa yang ikut dalam demonstrasi terbesar sejak penyerahan Hong Kong ke China ini mencapai lebih dari 1,3 juta orang. Rakyat Hong Kong dan sejumlah pengamat menilai, RUU ini dapat membuat siapapun di Hong Kong rentan ditangkap oleh otoritas China karena alasan politik atau pelanggaran bisnis yang tidak disengaja.
Aturan ini juga dinilai dapat merusak sistem hukum semi otonom di Hong Kong.

Sejak dicanangkan, RUU ini sudah memicu kebuntuan politik, protes di komunitas bisnis yang biasanya pro-konservatif, dan bahkan pertengkaran fisik di badan legislatif kota. Serta kritik terhadap pemerintah Hong Kong oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Para pendemo berkumpul di Victoria Park, taman di pusat kota Hong Kong mulai Minggu sore. Jutaan rakyat yang menyemut ini mengusung berbagai spanduk dan memakai pakaian putih. “Hong Kong, tidak akan pernah me- nyerah! Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mundur,” teriak pendemo menyerukan tuntutannya.

Sejumlah orang dilaporkan ditang- kap. Polisi mengklaim hanya meng- gunakan semprotan merica untuk melawan pengunjuk rasa dan mendesak mereka membubarkan diri. Puncaknya, hingga pukul 22.30, koordinator aksi mengumumkan bahwa demonstrasi telah berakhir.

Tak hanya di Hong Kong, sejumlah kota di Australia di hari dan waktu yang sama juga menggelar aksi serupa. Seperti di Sydney, sejumlah imigran keturunan China dan Hong Kong berkumpul mendesak pemerintah Australia mengecam RUU yang tengah dibahas di parlemen Hong Kong.

Koordinator aksi di Sydney, Jared Fu mendesak pemerintah Australia mengecam RUU itu. Ini karena AS, Kanada, dan Uni Eropa telah menyatakan kecamannya.

“Kekhawatiran kami kemungkinan persekusi politik dan pelanggaran HAM bahkan keamanan pribadi jika ditahan di China. Australia belum mengecam RUU Ekstradisi Hong Kong ini,” desak mahasiswa salah satu universitas di Sydney, seperti dilansir Channel News Asia, kemarin.

Salah satu pendemo, Ida Lee juga khawatir otoritas China dapat menangkapnya saat melakukan perjalanan di Hong Kong.

“Orang biasa seperti saya akan hidup dalam ketakutan telah melanggar hukum di China saat mengunjungi Hong Kong. Kami bisa ditangkap dan diekstradisi,” ujarnya.

Dalam pernyataannya, Kepala Ekse- kutif Hong Kong Carrie Lam menegaskan, akan terus membahas RUU ini di parlemen meskipun ada satu juta lebih warga Hong Kong yang menolaknya. Rencananya, RUU ini akan dibahas 12 Juni 2019 di parlemen. Dia berharap Juli sudah rampung.

“Ini adalah undang-undang yang penting untuk menegakkan keadilan dan memastikan Hong Kong akan memenuhi kewajiban internasional dalam melawan kejahatan lintas batas dan transnasional,” dalih Carrie Lam dilansir Al Jazeera, kemarin.

Lam yang dikenal pro-Beijing ini pun tegas menolak tudingan telah mengabaikan protes publik dengan alasan telah membuat konsesi dalam aturan RUU itu untuk melindung kebebasan berekspresi di Hong Kong.[FAQ]

++++

RUU Ektradisi Ditangguhkan, Demo Rakyat Hong Kong Sukses

TOP WORLD NEWS Minggu, 16 Juni 2019, 09:25 WIB

RMco.id Rakyat Merdeka - Aksi gede-gedean yang dilakukan rakyat Hong Kong menolak RUU Ekstradisi membuahkan hasil. Pemerintah Hong Kong akhirnya menangguhkan rancangan aturan tersebut.

Seperti diketahui, jutaaan rakyat Hongkong demo menolak RUU Ekstradisi yang kontroversial dan dinilai membahayakan. Puncaknya, sejuta lebih warga Hong Kong, yang terpusat di Victoria Park, turun ke jalan mendesak RUU ini dibatalkan pada pekan lalu. Serangkaian aksi serupa juga berlangsung di berbagai negara seperti di Sydney, Australia. Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam menyesal, RUU ini ternyata berujung protes besar.

"Saya merasa kesedihan dan penyesalan mendalam bahwa kekurangan dalam kerja kami dan beragam faktor lainnya telah memicu kontroversi yang substansial," ungkap Carrie Lam seperti dilansir BBC, kemarin.

Carrie mengaku mendengar dan akan mematuhi seruan agar pemerintah berhenti sejenak dan berpikir. Ia pun mengakui penjelasan dan komunikasi RUU kontroversial ini tidak memadai. Hanya saja, ia menyakinkan, tujuan utama RUU ini adalah menjaga ketertiban dan kedamaian Hong Kong.

Namun, karena tak disetujui oleh sebagian besar rakyat, dia mengatakan tak ada urgensi untuk meloloskan RUU tersebut sebelum akhir periode legislatif. "Tidak ada tanggal yang ditetapkan untuk langkah selanjutnya," ujar Carrie Lam.

Pernyataan Carrie Lam ini mengagetkan. Soalnya, Carrie Lam yang dikenal pro Beijing ini, sebelumnya bersikeras menolak mencabut RUU itu meskipun jutaan warga menggelar aksi besar-besaran. Meskipun pemerintah Hong Kong telah menyatakan akan menangguhkan RUU ini, namun, sebagian besar warga masih khawatir. Warga Hong Kong sebagian besar yakin pemerintah mencoba mengalihkan perhatian sampai oposisi tenang, kemudian mencoba memulai kembali proses menggolkan RUU Ekstradisi.

Sejumlah kelompok pengunjuk rasa lainnya menegaskan masih akan ikut ambil bagian dalam rencana protes pada Minggu (16/6) hari ini. "Tujuan akhir kami adalah pembatalan RUU, bukan menundanya. Saya pikir masih ada banyak orang turun ke jalan besok (hari ini)," kata serang mahasiswa yang menjadi pemimpin aksi.

Seperti diketahui, RUU tersebut memungkinkan pihak berwenang di China daratan, Taiwan, dan Macau mengekstradisi tersangka yang dituduh melakukan kejahatan seperti pembunuhan dan pemerkosaan. Para penentang RUU Ekstradisi khawatir orang-orang akan dikenakan penahanan sewenang-wenang, pengadilan yang tidak adil dan penyiksaan di bawah sistem peradilan China.

Civil Human Rights Front, sebagai kelompok yang menginisiasi aksi besar-besaran sepekan ini dan sejumlah pengamat menilai, RUU ini dapat membuat siapapun di Hong Kong rentan ditangkap oleh otoritas China, karena alasan politik atau pelanggaran bisnis yang tidak disengaja. Aturan ini juga dinilai dapat merusak sistem hukum semi otonom di Hong Kong.

Sejak dicanangkan, RUU ini sudah memicu kebuntuan politik, protes di komunitas bisnis yang biasanya pro-konservatif, dan bahkan pertengkaran fisik di badan legislatif kota, serta kritik terhadap pemerintah Hong Kong oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.

RUU ini muncul setelah seorang pria Hong Kong berusia 19 tahun diduga membunuh pacarnya yang berusia 20 tahun saat mereka berlibur di Taiwan bersama pada Februari tahun lalu. Pria itu melarikan diri dari Taiwan dan kembali ke Hong Kong tahun lalu. Hingga kini, tersangka tidak dapat dikirim dari Hong Kong untuk diadili di Taiwan. [FAQ]

++++

Protes Menjalar di Australia, Media China Sepi Berita Tolak RUU Ekstradisi

TOP WORLD NEWS Senin, 10 Juni 2019, 21:30 WIb

RMco.id Rakyat Merdeka - Tak hanya di Hong Kong, sejumlah kota di Australia di hari dan waktu yang sama, Minggu (9/6) juga menggelar aksi menolak RUU Ekstradisi ke China. Seperti di Sydney, Australia, sejumlah imigran keturunan China dan Hong Kong berkumpul mendesak Pemerintah Australia agar mengecam RUU tersebut.

Koordinator aksi di Sydney, Jared Fu mendesak pemerintah Australia mengecam RUU itu karena AS, Kanada, dan Uni Eropa telah menyatakan kecamannya.

"Kekhawatiran kami kemungkinan persekusi politik dan pelanggaran HAM bahkan keamanan pribadi jika ditahan di China. Australia belum mengecam RUU Ekstradisi Hong Kong ini," desak mahasiswa salah satu universitas di Sydney, seperti dilansir Channel News Asia, hari ini.

Sementara itu, media asal China kompak menuding unjuk rasa penolakan RUU Ekstradisi berkolusi dan mendapat dukungan kekuatan Barat.

Global Times menyebut ada pertemuan antara tokoh oposisi Hong Kong dengan Menlu AS Mike Pompeo dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

China Daily memberitakan dukungan warga Hong Kong kepada RUU ini. Diberitakannya, 700 ribu warga yang menyatakan dukungan lewat petisi online. Sedangkan aksi unjuk rasa menolak RUU itu cuman didukung 240 ribu warga.

"Sebagian kecil penduduk Hong Kong tertipu kelompok oposisi dan sekutu asing sehingga mendukung kampanye anti RUU Ekstradisi," tulis media ini.

Unjuk rasa massif ini juga tidak menjadi berita utama di China. Stasiun televisi di China tidak memberitakan kejadian ini. Kantor berita Xinhua menyuarakan dukungan pengesahan RUU itu. Di jejaring sosial Weibo, medsos China yang mirip Twitter, berita unjuk rasa besar Hong Kong tak muncul sama sekali.

Pemicu dipercepatnya disusunnya RUU ini adalah kasus pembunuhan di Taiwan, di mana seorang wanita Hong Kong diduga dibunuh pacarnya saat tengah berlibur. Saat ini, tersangka tidak dapat dikirim dari Hong Kong untuk diadili di Taiwan. [FAQ]

++++++
Hem gimana koment agan2 ttg demo di hongkong vs RUU ala TIONGKOK
Suasananya kayak di Indo aja.
Sudah sepi berita dari.....ahsudahlah...
Ntar di blokir lagi internet medsos sm KOMINFO
Susyeh ntar jualan online...

muhamad.hanif.2
rizaradri
rizaradri dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
3.8K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.