Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap 88 warga negara Indonesia lulusan program beasiswa Amerika Serikat (AS) belajar tentang toleransi dan keberagaman di sana. Para lulusan itu diminta mengaplikasikan toleransi itu di Indonesia.

Anies bersama Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan menyambut 88 WNI berusia 15-16 tahun kembali ke Indonesia. Mereka merupakan peserta program YES yang didanai Pemerintah AS. Para peserta program itu menimba ilmu selama setahun di sejumlah negara bagian di AS.

Anies yang juga merupakan salah satu lulusan program AFS Amerika dan tinggal di Wisconsin selama satu tahun, merasa toleransi di AS sangat tinggi. Menurutnya, tanpa interaksi, toleransi tidak akan tercipta.

“Kuncinya interaksi dan kedekatan. Kalau tidak ada interaksi dan tidak tahu langsung, pasti tidak akan tercipta yang namanya toleransi,” kata Anies saat ditemui di Kediaman Duta Besar AS, Jakarta, Minggu, 16 Juni 2019.

Menurut Anies, perbedaan terjadi karena tidak ada interaksi antarsesama. Ia mencontohkan media sosial bisa menjadi sumber perbedaan.

“Interaksi itu penting. Cuma baca di WhatsApp grup dan Facebook itu kan biasanya hanya informasi yang sepaham. Makanya terjadi perbedaan,” tutur Anies.

Anies berharap masyarakat bisa menerapkan interaksi yang pernah dirasakannya di Amerika Serikat. Interaksi antarsesama itu meminimalisasi perbedaan dan memperkuat toleransi.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengaku pernah menyebarkan ajaran Islam saat menjadi peserta pertukaran pelajar di Negeri Paman Sam. Pertukaran pelajar itu terjadi sekitar tahun 1988.

“Saat itu informasi soal Islam masih minim. Saya yang tinggal di negara kaya suku dan etnis, ikut menyebarkan Islam di komunitas-komunitas bahkan gereja,” ucapnya lagi.