ATNIKAH, 27, memang cantik, tapi tak sampai ke hati. Gara-gara kecantol tetangga tapi mesra, dia rela mengorbankan perkimpoiannya yang baru berusia 9 tahun. Bowo, 37, yang jadi korban tiada hari tanpa cemburu, terpaksa menggugat cerai istrinya ke Pengadilan Agama. “Sakitnya sampai di sini,” kata Bowo.



Lelaki cap apapun pasti mendambakan istri cantik. Padahal sebetulnya wajah cantik dan jelek itu rasanya sama saja. Ibarat biskuit, model boleh macem-macem, tapi rasanya tidak jauh beda. Bahkan secara emosi, lebih menguntungkan beristri jelek. Soalnya ditinggal dua kali Lebaran seperti Bang Toyib pun, dijamin takkan ada yang mengganggunya. Suami pun tak perlu makan hati.



Bowo rupanya tak pernah berpikir sejauh itu. Sembilan tahun lalu ketika dia kali pertama kenal Atnikah di Klojen, Malang, ukuran celananya langsung berubah. Kala itu Atnikah baru lulus SMA. Takut keduluan lelaki lain, langsung saja dilamar. Karena Bowo sudah kerja dan kebetulan santun dan seiman, oleh calon mertua langsung saja diterima.



Sebetulnya kala itu Atnikah pengin bekerja. Tapi karena keburu menikah, tak jadi kerja, malah dikerjai terus oleh suaminya. Dengan semangat kerja, kerja, kerja, hanya dalam tempo setahun Atnikah sudah ngemban alias punya anak. Makin berbahagialah rumahtangga Bowo-Atnikah.



Tapi itu kan pandangan luar. Dari dalam, apa yang dirasakan Atnikah sungguh beda. Karena Bowo kerja di Pasuruan dan dilajo setiap hari, tentu saja kecapekan. Bayangkan Malang-Pasuruan yang berjarak 53 Km itu setiap hari dijalani dengan sepeda motor. Akibatnya setiap sampai di rumah Bowo kebanyakan tidur, sampai suka lupa meniduri bininya yang cantik itu.



Adalah Bondan, 30, tetangga Bowo yang berumah tak jauh darinya. Diam-diam dia sangat tertarik pada Atnikah yang cantik dan seksi itu. Dasar dia masih bujangan yang belum pernah terkena sentuhan dan gesekan wanita, setiap melihat Atnikah belanja ke warung dadanya langsung serr-serran seperti kena strom 240 volt. “Sayang dia sudah jadi bini orang.” Batin Bondan.



Kebetulan ada setan yang melintas dekat rumah Bondan. Langsung saja dia nyamperi dan bertanya, “Emangnya elo mau? Tenang saja, semua bisa diatur Bleh!” Kata setan, yang begini-begini ini kalangan setan senang membantu, meski tanpa imbalan. Yang penting bikin bahagia manusia. Soal itu dosa atau tidak, itu urusan dan resiko manusia yang mau dibantunya.



Karena disemangati setan, Bondan pun mulai berani menggoda Atnikah. Ternyata bini Bowo yang selama ini kesepian, menyambut uluran asmaranya. Godaan-godaan lelaki tetangga itu sangat dinikmati. Sebab sudah lama dia memang jarang disentuh oleh suaminya. Padahal jika Atnikah tak ada minat, tentu akan mengadu suami ketika digoda tetangga.



Karena Atnikah memberi peluang, maka Bondan non Kejawan itu jadi makin berani. Dari sekedar menggoda, sudah berani masuk ke rumah dan kemudian ke atas ranjang. Kembali Atnikah memperoleh kehangatan yang sudah jarang dinikmatinya. Bagi Bondan, ini sungguh pengalaman pertama yang rasanya ternyata seger sumyah seperti kolak pisang dicampur es.



Sekali waktu Bowo memergoki istrinya begitu mesra dengan Bondan. Ketika ditanya istrinya berkelit, masak sama tetangga tak boleh akrab? Tapi lain waktu ada info dari tetangga bahwa Bondan suka masuk kamar ketika suami tak di rumah. Nah, dari data ini mulai diadakan pengusutan. Meski Atnikah membantah, tapi batinnya mengatakan bahwa informasi itu benar. Maka Bowo segera menggugat cerai ke Pengadilan Agama Malang.

Jadi janda bagaimana rasanya? Seger sumyah seperti kolak campur es?



SUMBER