Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dewaagniAvatar border
TS
dewaagni
Kelompok Penghayat Sapta Dharma: Mengapa Diskriminasi Tak Juga Berlalu?
Kelompok Penghayat Sapta Dharma: Mengapa Diskriminasi Tak Juga Berlalu?
Oleh : Luviana


KBR, Jakarta - Bagi Dian Jenni, pembedaan yang ia alami seperti hidup itu sendiri. Ia tak pernah boleh meyakini kepercayaannya, Sapta Dharma, hanya karena ini belum diakui di Indonesia.
sapta, dharma, diskriminasi

Untuk pengalaman audio yang lebih baik, download aplikasi KBR Prime


[url=https://www.kaskus.co.id/forum/new_thread/[removed]void(0)][/url] [url=https://www.kaskus.co.id/forum/new_thread/[removed]void(0)][/url] [url=https://www.kaskus.co.id/forum/new_thread/[removed]void(0)][/url]


KBR, Jakarta - Bagi Dian Jenni, pembedaan yang ia alami seperti hidup itu sendiri. Ia tak pernah boleh meyakini  kepercayaannya, Sapta Dharma,  hanya karena belum diakui di Indonesia. 
 
Bahkan  pembedaan ini sudah terjadi sejak ayah dan ibunya menganut dan menjadi bagian dari kelompok penghayat sapta dharma sejak berpuluh tahun lalu.

Pembedaan atau diskriminasi itu ternyata turun-menurun, karena kini menimpa anaknya. Tak diakui sebagai agama di sekolahnya, harus keluar kelas ketika semua temannya bisa mengikuti pelajaran agama, dan selalu ada pertanyaan ganjil ketika anaknya mengaku jika agamanya adalah sapta dharma. Dian menyebutkan ada beberapa anak yang kemudian harus tak naik kelas karena tidak ada nilai agama di rapotnya alias kosong.

“Ada banyak pertanyaan ketika kami menyatakan keyakinan atau kepercayaan kami  adalah sapta dharma. Kartu Tanda Penduduk kami juga kosong untuk kolom agama, rapot anak-anak juga kosong untuk nilai agama,” ujar Diani. 

Tak hanya anak-anak sekolah, namun Dian juga banyak menemui pegawai-pegawai penganut Sapta Dharma yang sulit untuk naik jabatan. Karena penyebabnya, penganut kelompok penghayat sapta dharma ini dianggap tidak mempunyai Tuhan dan tidak mempunyai agama. Ini yang menyebabkan karirnya menjadi sulit naik.

Sejumlah persoalan lain juga selalu mendera kelompok penghayat ini. Dian Jenni menyebutkan, ada anggota sapta dharma yang ditolak sampai ia meninggal  dunia. Ketika akan dimakamkan di tempat pemakaman umum, ternyata tak diperbolehkan. Ini terjadi di Indramayu dan di Brebes, Jawa Tengah.

“ Sampai matipun, kami masih ditolak,tidak boleh dikuburkan di tempat pemakaman umum, padahal kami tinggal disitu, hidup disitu, dari kecil kami tinggal di tanah yang sama,” ujar Dian sedih.

Banyak penghayat sapta dharma akhirnya dimakamkan di halaman rumah mereka.  Ketika mempunyai sanggar yang biasa digunakan untuk berdoapun, sanggar-sanggar ini kemudian juga disegel. Sejumlah sanggar yang disegel terjadi di Lampung, Kerinci dan Surabaya.

“Bukan masyarakat yang menolak kami, tetapi pejabat di sekitar kami, pejabat di sekolah, di kantor.”

Sapta Darma adalah sebuah aliran kerohanian yang berarti 7 kewajiban suci . Aliran Sapta Darma mewajibkan penganutnya untuk menyembah Hyang Maha Kuasa dan menjalankan hidupnya berdasarkan 7 kewajiban suci (darma). 

Mereka kemudian mengenal 7 pedoman hidup untuk mengatur kehidupan. 7 pedoman atau sapta dharma itu antaralain: setia kepada Allah Hyang ,Maha Agung, Maha adil. Yang kedua, dengan jujur dan suci hati melaksanakan perundang-undangan negara. Yang ketiga, turut serta menyingsingkan lengan baju demi mempertahankan nusa dan bangsanya. Dan keempat, bersikap suka menolong kepada siapa saja tanpa mengharapkan balasan apapun, melainkan hanya berdasarkan pada rasa cinta dan kasih. Lalu yang kelima, berani hidup berdasarkan pada kepercayaan atas kekuatan diri sendiri. Keenam, sikap dalam hidup bermasyarakat harus selalu bersikap kekeluargaan yang senantiasa memperhatikan kesusilaan serta halusnya budi pekerti. Dan yang ketujuh yaitu meyakini bahwa keadaan dunia itu tidak abadi dan selalu berubah-ubah.

Penganut Sapta Dharma menyebut tempat ibadahnya sebagai sanggar.  Saat sembahyang penganut aliran kepercayaan ini duduk bersila dengan posisi sedekap mengarah ke timur dan berada di dalam ruangan kosong. 

Di Kerinci, Sapta Dharma pernah mendapatkan protes dari masyarakat sekitar karena bersembahyang menghadap ke timur, padahal menurut masyarakat Kerinci seharusnya jika bersembahyang menghadap ke barat.

Dian menyatakan, betapa sulitnya mempunyai kepercayaan yang berbeda. Padahal sapta dharma merupakan kepercayaan para leluhur Indonesia sejak dulu . Banyak masyarakat meyakininya sebagai kepercayaan dalam menyeimbangkan kehidupan. 

Untuk persoalan diskriminasi yang ia alami secara turun-temurun, Ia pernah melakukan audiensi ke Mahkamah Konstitusi. Ia hanya ingin, agar di dalam beribadah penganut Sapta Dharma tidak diganggu, juga dalam kehidupan sehari-hari mereka mendapatkan perlindungan dan tidak dibedakan dengan yang lain.

“ Kami ingin mendapatkan jaminan ini dari negara, karena kami hidup disini, sebagai warga negara yang seharusnya mendapatkan hak yang sama dengan lainnya. Tapi nampaknya ini masih jauh, jauh sekali untuk dijangkau, tak juga berlalu,” ujar Dian menutup pembicaraan kami pada Jumat malam, 15 Agustus 2014 lalu.



https://m.kbr.id/nasional/08-2014/ke...lu_/28861.html
lostcg
super.lux
super.lux dan lostcg memberi reputasi
2
2.1K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.