Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

alizazetAvatar border
TS
alizazet
Tak Ada Hati untuk Senja
(Untaian Kisah-Kisah)

sumber pinterest.com


Teduh Menemani
Part 1


Gerimis tipis menemani suasana pagi ini, segerimis di teras hatiku yang tiada jua redah sepanjang waktu. Mengerjakan aktifitas menjadi setengah- setengah, meski kau menghiburku dengan belaian di rambutku takkan membentuk pelangi di hatiku. Aku tersekap dalam rasa kasih pada seseorang yang jauh di sana. Meski aku tahu banyak yang memujanya. Bedebah.

Kau yang di dekatku serasa aku hanya memiliki ragamu tidak hatimu. Sampai kinipun aku tak bisa mempercayai hatimu meski dengan segala upaya memperhatikanku, karna kau pernah berpadu hati dengan yang lain. Kejam.

Hari ini tanggal merah tiada aktivitas di luar rumah, semua tenang menikmati suasana tanpa beban bangun lebih awal dan berebut jalan agar segera sampai tujuan. Aku memandang gawai yang kugenggam, tak ada kabar tak ada tanya dari yang kupuja. Mungkin sedang bercengkrama dengan lainnya. Sial.

Semua penakut, ya penakut, tidak yang jauh tidak yang dekat, semua penakut, tak mau berterusterang yang sebenarnya di hati hanya alasan menjaga perasaan, takut melukai atau takut kualat? Damn.
Kau masih berusaha bermanis-manis padaku, kau siapkan sarapan lezatpun tak berasa dilidahku.

Seteguk air mengakhiri sarapan pagi tiada pasti, seiring gawaiku bernyanyi, kukira dia kirim pesan padaku, ah sesak dadaku, mungkin dia sedang menghibur lainnya, sepertinya kalian memang sama penghibur hati sejati. Tapi bukan untukku. Basa basi kalian tak mempan lagi di nuraniku.
Menjadi milikku, berjalan dihangat mentari atau rinai hujan yang seutuhnya hanya sebuah dongeng menjelang tidur semata. Indah pada akhirnya itu hanya mitos belaka.

Apakah pada akhirnya tiada hati sejati untukku? tiada kasih sejati yang seperti dalam hayalku? yang kutunggu sejak kuinjakkan kaki di bumi hingga senja menjelang? Apakah hanya luka hati belaka yang kan ku rasa?
Ah, melodi cinta itu hanya olok-olok padaku, merusak semua anganku.

Rinduku selama ini serasa sia-sia, harusnya kusimpan saja pada peti rasa, naifnya aku.
Entah sampai kapan kuikuti lika liku hati dalam jaring asa. Aku masih diam termangu di depan meja makan, tanpa kata tanpa suara, meski kau bercerita sebuah kelana kita, tak bisa kutangkap maknanya, kepalaku masih berputar putar seolah banyak kilat menyambar-nyambar.

Kau putar kursi yang kududuki hingga aku bisa melihat wajahmu, kau tersenyum dan mengelus pipiku, aku hanya mencari kebenaran di matamu, tanpa berkedip hingga berair mataku, kau usap dengan lembut, dan kau bertanya apakah dia mengirim kabar padaku. Aku hanya diam menggenggam gawaiku makin erat. Kau tetap tersenyum dan berkata, sampaikan salamku padanya, bila dia akan datang untuk melihatmu yang makin cantik dan mempesona ini.

Waktu kita jalan-jalan ya, kau ucapkan itu, lalu kau tarik kursi ini menjauh dari meja, dan kau dorong pelan keluar ruangan, ah mengapa aku tidak berjalan saja? Tapi aku tak tahu mengapa, banyak orang tertawa dan menangis sendiri di luar, Mengapa jua ada yang berteriak teriak, Ah biarlah mungkin mereka sedang bermain sandiwara.
Kita duduk di tempat teduh sana ya, ucapmu sambil mendorong pelan kursiku.

Angin semilir menerpa wajahku, kau mulai membuka gawaimu entah apa yang kau cari, mungkin pesan mesra dengan yang lain. Aku buka juga gawaiku, belum jua ada kabar darinya, ah mungkin dia juga sedang asik dengan yang memujanya. Menerawang lagi aku melihat orang-orang yang lalu lalang tiada arti.

Kau menyentuh daguku mengelus pundakku lalu menunduk melihat gawaimu kembali, ah jengah aku melihatmu.
"Aku bacakan ya sayang, semoga bisa menghibur hatimu." Aku melengos, kata sayangmu dan puisi Rindu yang kau baca mengingatkanku padanya yang kukasihi selakigus kubenci, sampai saat ini mengapa juga kabarnya kunanti. Dan mengapa kau baca puisinya.

Kutanyakan padamu, darimana kau dapat puisi itu sedang kau tak mengenalnya. Kau hanya tersenyum. Dan menyelipkan rambutku yang tertiup angin dibalik daun telinga.
Aku teringat lagi tentang tanggal merah, dan kutanyakan mengapa tak kulihat anak-anak. Kau katakan mereka sudah pandai menyulam cita-citanya, aku semakin bingung, kembali merasa banyak kilat di mataku, aku hanya memejamkan mata berusaha tenang.

Matahari mulai terik, kau mengajakku kembali masuk, orang-orang yang lalu lalang tanpa jelaspun mulai pergi dari taman dituntun yang berbaju setelan serba putih.
Kau katakan padaku agar nanti aku letakkan dulu gawaiku sejenak, dan mengajak menulis lagi pada secarik kertas bersama membuat puisi senja.

Aku hanya tertegun bingung, sejak kapan kau bisa membuat puisi, seingatku dia yang bisa.
Kau hanya tersenyum melihatku dengan teduh.


Lagu CURANG (asalkan kau bahagia) masih mengalun merdu dari gawai yang sudah kuletakkan di meja.


Silince time, 29.04. 2018
Diubah oleh alizazet 03-05-2019 09:01
tinwin.f7
anasabila
kelayan00
kelayan00 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
3.8K
108
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.