Kaskus

Story

garishitam31Avatar border
TS
garishitam31
10. PM (PART 1)
Hai agan-agan sekalian. ini adalah thread kedua aku; adalah sebuah cerita yang ingin aku ceritakan. silahkan di baca, dan jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar beruta kritik dan saran. karena aku disini masih newbie. hehe.
yasudah, langsung saja kita menuju TKP.....

selamat membaca. have fun!

***
Udara segar di pagi itu msih terasa hingga kini, berbagai macam suara burung dan satwa lain-nya saling bersautan, nyiur angin melambai masuk menyelubungi rongga-rongga yang ada di tubuh. Daun-daun bergesekan merdu, menghibur hatiku yang tengah lara disebabkan pengharapan-ku terlalu tinggi untuk sebuah hubungan, hingga akhirnya aku di jatuhkan begitu hebat.


Quote:




***
Mata masih sayup dan berkunang ketika pintu kamar berbunyi. Suara burung dan udara dingin yang seminggu lalu ku rasakan seakan masih sangat lekat bersemayam di tubuhku.

‘’tok, tok, tok, una bangun. Dah siang nih. Kerja kaga lu’’

Suara itu selalu terdengar lebih keras dan nyaring dari pada alarm yang sudah di stel waktunya. Dia adalah malaikat pelindung sekaligus bodyguard pribadi bagiku. Namanya aji, biasa di panggil cinguk. Setelah ayah pergi, ke suatu tempat; cinguk menjadi pemimpin di keluarga kecil ini; cinguk yang setiap hari membantu enyak di toko; terlebih ia pula yang menjadi perwakilan ketika arya atau black (adik bungsu ku) terkena masalah di sekolahnya.

‘’jam berapa sih ini, berisik banget lu’’

Suara itu tidak terdengar lagi, menandakan cinguk telah beranjak membantu ibu di toko.08.00 WIB, angka di handphone tertera.

‘’mampus, udah siang; sialan cinguk kaga bangunin gue’’

Segera lah aku bangun, mandi, bersiap-siap tanpa memperhatikan sekitar kamar yang sangat berantakan. ‘’sepagi ini, harus kejar-kejaran dengan waktu. Pasti telat nih gue’’. Seberes sarapan dan memakai sepatu, akupun langsung menuju bagasi mempersiapkan kendaraan yang akan ku bawa. ‘’sebuah mobil jeep berwarna hitam; mobil kesayangan bapak’. Sudah seperti penculik saja gue bawa nih mobil tua tiap hari. (hehe). Pukul 09:00 WIB, beranjak lah aku dari indahnya langit pagi, birunya langit serta terik mentari membuat lajuku bersama Jeep tua semakin kencang dan membuat badan bersemangat. Seperti yang semua orang tahu betapa ramai dan sesaknya jalanan ibukota; tiada hari tanpa kemacetan. Setiap hari, aku selalu berjibaku dengan hal semacam ini; oh tuhan, betapa membosankan-nya setiap hari harus merasakan hal seperti ini. Mata berat bertanda masih mengantuk di tambah kondisi jalanan seperti ini.
Setelah 30 menit, akhirnya perlahan kendaraan-kendaraan di depanku bergerak maju.
              Alunan musik alam menemaniku menyusuri jalanan, gedung tinggi berjalan sejajar denganku: yang semakin lama semakin jauh tertinggal di belakangku. Sepanjang jalan, yang ku kenang hanya kabut sendu khas pegunungan seminggu lalu. ‘’Walaupun ia terlihat sendu dan mendung, tapi ia tak menyakitkan’’.Tempat persinggahan semakin terlihat dengan beberapa kendaraan rapih tertata di parkiran.

‘’selamat pagi, selamat datang di kedai una. Ada yang bisa saya bantu?’’ sapa seorang kasir dari balik mesin ajaibnya. Ia bernama Magdalena, tapi saya memanggilnya pink ya karena memang setiap hari ia selalu memakai pakaian serba pink.

‘’pagi nyonya, terimakasih telah datang tepat waktu dan membersihkan kedai ini sekinclong mungkin’’ sautku sembari menuju dalam wilayah kekuasaan; memasang celemek warna hitam kesukaanku. Ya, ini adalah kedai kopi rintisanku sejak 4 tahun lalu, dan tahun ini adalah tahun ke 5 kedai ini berdiri. ‘’kedai una’’ adalah sebuah nama yang di usulkan oleh bapak sebelum beliau pergi dan memilih orang lain untuk menjadi pendamping hidupnya. Dalam kedai ini ada beberapa karyawan kesayanganku; pink sebagai kasir dan departemen keuangan, ajo sebegai patner baristaku, dan riko & riki sbg waiters rangkap jabatan pada departemen logistic; mereka semua yang membantuku sampai pada di titik ini.Jarum jam telah menunjukkan angka 10.00 WIB, menandakan kedai siap untuk di buka. Baru beberapa menit open order, pintu kedai telah terbuka; seperti biasa pink menyapanya dengan nada centil khas nya.
‘’americano dingin satu’’ tanpa sepatah kata lagi, ia langsung meniggalkan pink dan mencari tempat duduk. Di dekat jendela dengan view kendaraan ibukota berlalu lalang, ia menyandarkan badan di kursi yang ia duduki.
‘’mbak una, Americano dingin satu’’ teriak pink lirih.
Americano adalah minuman kopi yang di buat dengan mencampurkan satu seloki espresso dengan air panas; itu adalah resep yang di berikan bapak. Yang memang beliau juga pecinta kopi, dari kecintaannya tersebut lahir lah kedai kopi ini. Seberes membuatnya, antara riko dan riki siap mengantarkan di meja pelanggan; dan aku merebahkan badan di kursi gamming dekat pink (sengaja aku letakkan disitu untuk badanku beristirahat).

Quote:


Hilir mudik pelanggan hari ini, berbagai macam orang ku temui. Beratus cangkir kopi special ku sajikan dengan sepenuh hati; dengan beragam menu makanan tambahan lainnya. Seorang laki-laki yang pesan Americano tadi pagi masih saja berdiam di kursi pilihannya dengan terus menatap computer jinjing yang ia bawa; ternyata tanpa ku sadari sampai sesore ini ia telah memesan 6 cangkir Americano mulai dari dingin hingga panas.
Kedai tutup untuk pengunjung pukul 21.00 sedangkan pukul 22.00 kedai tutup untuk aktivitasi seluruh karyawan. dengan berat hati aku menyuruh pink untuk menegur lelaki tersebut. Berjalanlah pink ke meja lelaki tersebut, entahbagaimana pink menegurnya kemudian lelaki tersebut beranjak meninggalkan pink dan berjalan ke arah kasir, sembari membayar ia meminta maaf kepadaku perihal keberadaannya seharian disini.

‘’warna bola mata yang indah’’ pikirku.

Dalam perjalanan pulang, yang ku ingat dari laki-laki itu adalah warna bola matanya yang mempesona. Dan masih saja aku terheran, mengapa dia begitu lama berada di kedai ku; ah, ku pikir ia mengerjakan tugas kantor dengan memanfaatkan akses internet gratis dari kedaiku.
Setelah sampai rumah langsung saja aku menuju kamarku, ku temukan cinguk sedang duduk di meja belajarku sambal terus menatap layar computer.
‘’hei, ngapain lu cinguk serius amat’’
‘’diem lu, lagi kerja gue’’ jawabnya dengan jutek.
Cinguk adalah seorang travel blogger juga seorang editor naskah; naskah buku, dan naskah film. cinguk adalah saudara kandungku yang nomor dua, sedangkan yang nomor satu biasa di panggil abell dan abill; mereka adalah kembar. Abell adalah kakak pertama, ia adalah seorang wanita yang anggun dan periang seperti ibu; ia adalah seorang seniman yang sangat menggilai fotografi sama seprtiku. Dan saudara kembarnya bernama abill ia seorang laki-laki pendiam  berwibawa adalah seorang polisi. Kemudian ada aku; seorang pengelana dan barista yang menggilai dunia fotografi. Dan terakhir sibungsu arya atau black yang masih duduk di bangku SMA kelas XI. Di antara kami semua belum ada yang menikah dan semuanya tinggal bersama ibu di rumah sederhana yang berdampingan dengan kios sembako yang ibu rintis bersama bapak sejak awal menikah.
***
Seminggu yang lalu, aku, cinguk dan abell bertolak ke jawa tengah untuk merefresh otak dari aktivitas repetitif kita sehari-hari; namun ini bukanlah pelarian semata. Kegiatan ini selalu kita sempatkan untuk melakukannya setiap satu bulan sekali. Gunung prau jalur dieng yang kami sambangi sesampainya di jawa tengah. Aku pernah datang kemari waktu itu bersama bapak, yang memang bapak adalah motivasiku untuk mendaki gunung. Bapaklah orang pertama yang mengenalkanku dengan alam. Ternyata sangat larut kami sampai di basecamp pendakian yang artinya kami harus menginap dahulu sebelum esok pagi mulai melakukan pendakian. Keesokan paginya, pak jo penjaga loket menyapaku ternyata beliau masih mengingatku. Ia bertanya tentang bapak, ternyata beliau telah mendengar desas-desus kabar bapak bagaimana. Namun aku hanya bisa tersenyum tanpa menjawab apapun perihal bapak. Sambal mengecek barang yang hendak kami bawa mendaki, pak jo terus menanyakan perihal bapak. Namun aki, cinguk, dan abell tetap diam tak menjaab apapun, pak jo memahami itu; seberes mengecek perlengkapan kami pun berpamitan sembari mengurus pembayaran di pos jaga tepat di depan basecamp yang kami singgahi.
‘’setiap jengkal perjalanan ini, wajah bapak membayangi. Guyonan khasnya yang masih melekat erat dalam ingatanku; perlahan menjatuhkan air dari mataku’’
4 jam berjalan dan sesekali berhenti, akhirnya kami pun sampai di tempat tujuan. Langsung saja kami mencari tempat ternyaman untuk mendirikan tenda. Siangpun akan segera berakhir, jingga menyapa ku untuk yang kedua kalinya di tempat yang sama; namun kali ini tanpa adanya bapak bersamaku. Malampun akhirnya dating, seberes masak dan makan; aku dan abell mencari spot foto milky way yang sedang muncul. Sebagai penggila fotografi kami pun enggan melewatkan ini sedangkan cinguk berada di dalam tenda, membaca buku dengan tenang. Beberapa jam kemudian kami kembali ke dalam tenda, cinguk masih dalam posisi yang sama. Tiba-tiba cinguk membuka obrolan dengan membahas perihal bapak dengan mata tetap membaca buku yang ia pegang.
‘’waktu aku kemari bersama bapak, ini adalah tempat kami mendirikan tenda’’ kataku sambil merapikan perlengkapan memotretku.
‘’bapak ada di jawa timur’’ jawab cinguk sembari tetap membaca buku yang ia pegang.
‘’iya, bapak di malang bersama istri baru dan 3 anak tirinya yang semua adalah perwira kepolisian’’ abell pun tak mau kalah menjawab.
Lidahku keluh, otak ku mendadak beku, jantungku tiba-tiba tertohok tombak yang membuatnya sangat perih. Mataku berkaca-kaca dan sekali kedip bulir dari mata pun akhirnya keluar. Tak berkata apa-apa, aku mengambil kantung tidur dan langsung memejamkan mata.
Keesokan paginya ternyata aku bangun kesiangan. Abell dan cinguk berada di luar tenda sedang sarapan.
‘’gimana tidurmu tadi malam?’’ abell bertanya sambil memberi sarapan kepadaku.
‘’nyenyak banget, seperti tidur di rumah gue’’ jawabku sembari sarapan.
Seberes sarapan kamipun berkemas untuk turun kembali, setelah ‘berembuk’ akhirnya kami memilih untuk lintas jalur, turun melalui jalur patak banteng. Sepanjang jalan yang terlintas di pikiranku hanya bapak, bapak, dan bapak. Namun ku coba menghilangkan dengan bercengkrama dengan dua saudara kesayangan ku ini.
2 jam telah berlalu, tak terasa kami telah sampai di basecamp patak banteng. Hari masih siang kami memutuskan untuk santai sejenak menunggu sore sebelum berangkat pulang ke ibu kota. Sorepun akhirnya tiba, kamipun beranjak dari basecamp pendakian menuju jalan besar untuk mencari elf menuju terminal untuk mencari bus jurusan Jakarta. Setelah sampai terminal dan cinguk pun mengurus tiket, kamipun berebut mencari tempat duduk yang nyaman. Bus melaju perlahan menuju ‘’rumah’’.
***
Pukul 06.00 kami pun sampai di Jakarta dengan selamat. Abell Nampak sibuk menelfon abill untuk segera menjemput kami di terminal. Setibanya di rumah, ibu menyambut kami seperti kami bertahun-tahun tidak pulang. Ibu mencium dan memeluk kami satu persatu.
‘’ibu kangen, lama sekali sih kalian pergi’’ ibu meledek sembari melepaskan pelukan dari tubuhku.
senyumnya yang manis, dengan wajah ayu seperti pribumi kebanyakan. Yang jika di depan anak-anaknya sangat terlihat bahagia, namun ku tahu bahwa sebenarnya ibu menyimpan luka dan rasa sepi yang luar biasa.
‘’cantik sekali buk pake tusuk konde baru ya’’ ledek arya yang sedang sarapan hendak berangkat sekolah.
Ibu selalu terlihat cantik di setiap harinya, rambut panjangnya selalu di gulung dengan tusuk konde koleksinya; namun, rambutnya bukan hanya ada warna hitam, warna putih telah menyelinap di antara rambut hitam ibu lainnya. setiap pagi di meja makan, kami selalu sarapan bersama sebelum kami berhamburan pergi dengan kegiatan-nya masing-masing. Di waktu jam-jam kerja, ibu di rumah sendiri sembari menjaga toko yang ia rintis sejak dulu bersama bapak. Aku tahu betul, betapa kesepian nya ibu. Aku berharap, suatu hari kelak ibu bertemu laki-laki yang baik dan sayang kepada ibu dan juga kami semua anak-anaknya. Seberes mandi dan berkemas aku berangkat kerja walaupun badan sebenarnya masih terasa lelah sebab perjalanan tempo hari.
‘’hati-hati anak ibu yang cantik, semoga kedainya selalu rame ya sayang’’ ibu mencim dan memelukku sembari memberi bekal harian yang selalu ku bawa. Begitu perhatian-nya ibu kepada anak-anaknya, memangnya msih ada keluarga yang seperti ini di luar sana? Aku melaju perlahan sembari melanbaikan tangan ke arah ibu, senyumnya perlahan hilang dari pantulan kaca spion mobil yang ku kendarai.
Alunan musik alam menemaniku menyusuri jalanan, gedung tinggi berjalan sejajar denganku; santer terdengar sangat keras bunyi klakson kendaraan dimana-mana. Setengah sadar aku pun sampai di kedai kesayanganku. Seperti biasa, pink menyapaku dari balik mesin kasirnya. Akupun menyapa semua karyawan yang selalu dating tepat waktu. Seperti biasa, langsung aku menuju area kekuasaan. Hehe.
‘’una, sorry ya gue hari ini nggak bisa masuk. Bapak gue minta refreshing kepuncak’’ tertera nama ajo dan di sertakannya foto selfi ia dan keluarganya dalam mobil.
Bapak…………………………………………………………………………………………………. pulanglah, una rindu.
‘’pink nanti bantuin gue ya kalo keteteran. Ajo nggk masuk nih, lagi ke puncak’’
‘’iye bossku’’
Seperti biasa, kedai una buka tepat waktu. Alunan music folk terdengar tak begitu keras dalam ruangan. Pintu terbuka, bertanda ada pelanggan yang mungkin sekedar mampir untuk sarapan.
‘’americano dingin satu’’
Ku lihat seorang laki-laki membelakangiku berjalan  menuju meja yang ia tuju.
Jam sepuluh pagi lewat lima belas menit ku tulis dalam reminder di handphoneku. Bola mata itu lagi yang kulihat. Dan ia selalu memilih meja yang sama.  



***
di tunggu part selanjutnya ya agan!
biarkan aku beimajinasi dan mencari wahyu dulu ya... hehe
sampai jumpa!
someshitnessAvatar border
someshitness memberi reputasi
1
525
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal
B-Log Personal
KASKUS Official
6.4KThread11.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.

Kami menggunakan Cookies untuk Meningkatkan Pengalaman Anda

Dengan terus mengakses situs ini dan mengklik tombol "Terima", Anda menyetujui Kebijakan Cookies kami.

Lanjut buka di Aplikasi
install app
KASKUS App
install app
Browser