Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyairaraAvatar border
TS
nyairara
Adakah Budaya Mengaku Kalah di Indonesia?
Adakah Budaya Mengaku Kalah di Indonesia?

WASHINGTON DC (VOA)— Calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton dalam bukunya “What Happened” yang dirilis setahun setelah pemilu presiden 2016, secara terang-terangan mengatakan ia tidak pernah menyangka akan kalah dalam pemilu presiden itu.

Dukungan kuat warga dan jajak pendapat sejumlah badan memperkuat keyakinannya bahwa ia akan menjadi perempuan pertama yang memimpin negara adidaya ini. Tetapi setelah TPS-TPS ditutup dan suara yang masuk mulai dihitung, pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump, unggul dari segi perolehan electoral college. Sembilan jam kemudian Hillary Clinton didampingi suaminya, mantan presiden Bill Clinton, menyampaikan pidato kekalahan.

“Tadi malam saya mengucapkan selamat kepada Donald Trump dan menawarkan kerjasama demi negara kita. Saya harap ia akan berhasil menjadi presiden bagi semua warga Amerika,” demikian petikan pernyatan Hillary Clinton yang disambut tepuk tangan dan sekaligus isak tangis haru para pendukung dan tim kampanyenya.

“Saya tahu betapa kecewanya Anda semua karena saya pun merasakan hal yang sama, dan demikian pula jutaan warga Amerika yang menyampaikan harapan dan mimpi mereka pada upaya ini,” ujarnya lirih. Tetapi ia buru-buru menambahkan “demokrasi konstitusional kita terwujud lewat peralihan kekuasaan secara damai, dan kita tidak saja menghormatinya, tetapi juga menghargai hal itu. Kita juga mengabadikan hal-hal lain : aturan hukum, prinsip bahwa kita semua memiliki hak dan martabat yang sama, kebebasan beribadah dan menyatakan pendapat. Kita menghormati dan menghargai nilai-nilai ini, dan karenanya harus mempertahankannya.”

Concession Speech, Pidato Mengakui Kekalahan, Tradisi Politik di AS

Mengakui kekalahan merupakan salah satu tradisi politik yang berlaku di Amerika dan banyak negara lain setelah pesta demokrasi usai. Meski pahit, pihak yang kalah akan berbesar hati mengakui kekalahannya dan mengakui kemenangan lawan. Tak hanya itu, ia akan berupaya keras menenangkan para pendukung dan bahkan mengajak mereka bekerja sama demi kemajuan negara ke depan.

Hal yang sama dilakukan Bill Shorten, pemimpin Partai Buruh, yang di luar perkiraan banyak kalangan kalah dalam pemilu di Australia minggu lalu. “Saya berharap Scott Morrison berhasil dan berani melayani bangsa kita yang besar ini, karena hanya itu yang dibutuhkan negara ini,” ujarnya.

Ditambahkannya, “kampanye kali ini memang berat... tetapi kini kompetisi telah berakhir, kita semua bertanggungjawab menghormati hasilnya, menghormati keinginan warga Australia dan menyatuhkan bangsa ini.”

Bagaimana di Indonesia?

Agus Harimurti Yudhyono adalah sosok pertama yang memperkenalkan tradisi politik baru ini ketika ia kalah dalam pilkada putaran pertama di DKI Jakarta. Beberapa jam setelah hasil penghitungan cepat atau quick count beberapa lembaga survei menunjukkan bahwa ia jauh tertinggal dibanding dua pasangan lain yaitu Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Agus Harimurti menyampaikan pidato kekalahannya.

“Secara ksatria dan lapang dada, saya terima kekalahan di pilkada ini. Sekali lagi, secara ksatria dan lapang dada, saya terima kekalahan di pilkada gubernur DKI Jakarta. Allah belum izinkan saya dan ibu Sylvi (cawagub yang mendampinginya.red) untuk pimpin Jakarta. Tapi saya yakin rencana Allah selalu lebih baik dan benar dari rencana manusia. Saya akan dharma baktikan hidup saya untuk memajukan Indonesia,” ujar tokoh muda ini di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat.


Mulai Tradisi Politik Baru, Agus-Sylvi Akui Kekalahan

Ketika itu Agus – yang juga putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini – mengatakan telah menghubungi kedua pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur untuk menyampaikan ucapan selamat.

Partai Solidaritas Indonesia PSI menjadi partai pertama yang juga memulai tradisi baru mengakui kekalahan dengan ksatria dalam pemilihan presiden tahun ini. Hanya beberapa jam setelah hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei menunjukkan PSI tidak akan lolos ke DPR karena tidak mencapai ambang batas suara empat persen, Ketua Umum PSI Grace Natalie menyampaikan pidato kekalahannya. “Kami telah berjuang dengan apa adanya. Kami tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Kader, pengurus, caleg kami telah bekerja keras siang dan malam meyakinkan rakyat,” dan karenanya “keputusan rakyat melalui mekanisme demokrasi ini harus kami terima dan hormati,” tegasnya.

emoticon-Malu

Pilpres Di Indonesia yang kalah justru minta dilantik...
Diubah oleh nyairara 24-05-2019 21:33
scorpiolama
koi7
aloha.duarr
aloha.duarr dan 8 lainnya memberi reputasi
9
3K
36
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.