Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyairaraAvatar border
TS
nyairara
Sulit Menerima Kekalahan Memicu Gangguan Emosi? Ini Kata Pakar
Sulit Menerima Kekalahan Memicu Gangguan Emosi? Ini Kata Pakar

Masih jelas di ingatan kita bagaimana kerusuhan yang terjadi 21-22 Mei lalu menyisakan duka dan ketakutan. Korban-korban berjatuhan, dan warga Ibukota pun memilih menghindari daerah-daerah yang rusuh.

Peristiwa ini tak lepas dari hasil Pemilu yang diumumkan KPU pada 21 Mei malam. Pasangan capres Prabowo - Sandiaga yang tak menerima hasil penghitungan KPU, memobilisasi massa dan meminta pemilu diulang.

Muncul pertanyaan, apakah sulit menerima kekalahan bisa memicu gangguan emosi pada jiwa seseorang?

Disampaikan Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan (RSJSH) Grogol, dr Laurentius Panggabean, Sp.KJ, MKK, jawabannya belum tentu. Menurut dia, kita tidak bisa menilai seseorang mengalami gangguan jiwa atau tidak hanya dengan interpretasi perilaku di satu momen saja.

"Kalau disebut gangguan apa tidak, kita nggak bisa jawab. Tapi kalau terminologi begitu yakinnya dia meski sudah dihadapkan dengan kenyataan. Tapi kan antara orang yang yakin dengan orang yang gangguan susah membuktikannya. Kita tidak bisa katakan itu gangguan jiwa," ujar dr Laurentius pada Suara.com, Jumat (24/5/2019) di RSJSH Grogol.

Meski demikian dr Laurentius mengaku bahwa memang ada masalah emosi yang terjadi ketika seseorang tidak mau menerima kekalahan. Namun ia tak bisa menyebut hal itu gangguan jiwa.

Ia mencontohkan para pahlawan juga rela bertaruh nyawa demi negara. Tentu bukan berarti para pahlawan memiliki gangguan emosi sehingga rela mempertaruhkan nyawanya.

"Tapi tidak mudah mengatakan sakit ya. Kita anggap dia gangguan. Kita nggak boleh. Meskipun bisa saja ada orang yang mengatakan fenomena seperti itu. Orang bisa mengait-ngaitkan tapi sebenarnya nggak bisa. Misalnya pahlawan kan dia mau menyerahkan nyawanya demi negara tapi gabisa bilang dia gangguan jiwa kan," tambahnya.

Dr Laurentius tak mau lebih jauh berkomentar mengenai respon massa di aksi 22 Mei kemarin. Menurut dia ada banyak faktor eksternal yang bisa mendorong seseorang melakukan hal di luar kendalinya.

"Kadang kita nggak bisa menilai hanya dengan melihat dan menginterpretasikan karena syarat juga dengan muatan-muatan lain. Kalau kita ngomong bisa diplintir. Kalau dijelaskan tapi tidak seperti itu sebenarnya. Emosi itu at the moment," tandasnya.

emoticon-Shakehand2
yesknow
ian.benjamin
ian.benjamin dan yesknow memberi reputasi
2
2.1K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.