Partai Amanat Nasional (PAN) belum tentu akan tetap setia di koalisi Prabowo-Sandi. Terlebih setelah mereka mengakui kemenangan Jokowi-Maruf Amin.

Bagi PAN sendiri koalisi "Adil dan Makmur" yang digalang oleh Prabowo-Sandi bukanlah koalisi yang permanen. Koalisi tersebut bahkan disebutnya telah berakhir pada 17 April lalu.

Sikap PAN seperti itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua DPW PAN DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio.

Ia mengatakan, partainya bebas menentukan arah tujuan usai pengumuman Pemilu 2019. Hal itu lantaran sifat koalisi yang diusung pasangan Prabowo-Sandi tidaklah permanen.

Meski demikian, langkah berikutnya akan dikoordinasikan lagi oleh DPP PAN setelah pengumuman resmi KPU.

Sikap PAN yang terkesan 'kurang tegas' seperti di atas merupakan strategi partai untuk menentukan nasib 5 tahun mendatang. Ini bisa dianggap sebagai cara PAN untuk menyelamatkan diri pasca Pemilu 2019.

Mengingat sebelumnya PAN juga sempat bergabung dengan pemerintahan Jokowi pada 2016 lalu, kemudian menjadi oposisi.

Bisa dimungkinkan ke depan PAN akan kembali bergabung dengan kubu Jokowi, dan diikuti dengan partai-partai pendukung lainnya.

Pertanda itu makin kuat setelah Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan telah mengakui kemenangan Jokowi-Maruf Amin dan menerina rekapitulasi resmi KPU.

Sikap ini tentu saja berbeda dibandingkan dengan Prabowo-Sandi yang kukuh tak mau menerima hasil Pemilu 2019. Suatu sikap yang sungguh kekanak-kanakan.

Seperti apa langkah PAN ke depannya? Apakah merapat ke kubu Jokowi dan meninggalkan koalisi 02? Mari kita nantikan seiring waktu berlalu.