pelindungsapiAvatar border
TS
pelindungsapi
Terburuk dalam Sejarah, Pemilu India dan Bangkitnya Hindu Garis Keras


- Narendra Modi diperkirakan menang telak, Kebangkitan Hindu garis keras di India semakin tak terbendung -

Jakarta - Penantian telah dimulai. Pemungutan suara Pemilu India berakhir pada akhir pekan lalu, di mana hasilnya akan diumumkan pada 23 Mei mendatang.

Hasil penghitungan awal yang dilakukan oleh berbagai media India, menunjukkan masa jabatan kedua untuk petahana, Perdana Menteri Narendra Modi, dan Partai Bharatiya Janata (BJP), meskipun, mengingat catatan yang tidak baik dari lembaga-lembaga survei ini—yang salah dalam pemilu terakhir—kita tidak akan secara pasti mengetahui hasilnya sampai akhir minggu ini.

Tetapi jika dia kembali berkuasa, apa arti Modi 2.0 bagi India? Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan membandingkan kampanye tahun 2019 dengan kampanyenya lima tahun lalu.

Pada tahun 2014, ketika Modi pertama kali mencalonkan diri untuk jabatan nasional—dia sudah menjadi tokoh regional utama saat itu, memimpin negara bagian Gujarat barat selama lebih dari satu dekade—kampanyenya didominasi oleh janjinya untuk mengantar semacam kebangkitan ekonomi: Modi berbicara tentang reformasi, antara lain, menjadikan India tempat yang lebih mudah untuk melakukan bisnis, menjadikan India lebih baik dalam menghasilkan lapangan pekerjaan bagi jutaan anak muda India yang memasuki dunia kerja setiap tahunnya, dan memberantas korupsi.

Diterjemahkan secara kasar dari bahasa Hindi asli, slogannya adalah ‘pembangunan untuk semua, bersama semua’.

Pesan-pesan ini—yang diperkuat oleh publikasi yang didanai dengan baik dan terorganisasi dengan baik—mendominasi agendanya dan membantu menarik perhatian dari sesuatu yang lebih gelap: Ketakutan tentang nasionalisme Hindu sayap kanan, pernyataan keyakinan BJP Modi, dan kekhawatiran tentang catatannya sendiri tentang masalah ini di Gujarat, yang diguncang oleh kerusuhan sektarian yang keras pada tahun 2002 yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang terbunuh—kebanyakan dari mereka adalah minoritas Muslim.

Tapi lihat kembali kampanye yang baru saja berakhir, dan Modi sang reformis nyaris tidak terlihat, digantikan oleh Modi sang pelindung, di mana Perdana Menteri itu menyebut dirinya sebagai “Chowkidar,” atau penjaga yang kuat, menjaga kepentingan negara dalam melawan penantang asing dan domestik.

Namun ini bukan hanya tentang slogan yang berbeda, dan bagaimana itu ditafsirkan oleh para kritikus Modi.

Pertimbangkan, misalnya, cara kampanye tahun 2019 berakhir, dengan kontroversi yang menyatukan kekhawatiran banyak orang liberal dan minoritas India tentang Modi dan sekutu-sekutunya: Munculnya umat Hindu garis keras dan perebutan struktur sekuler India.

Itu berpusat pada salah satu kandidat BJP di India tengah, Pragya Singh Thakur.

Pencalonan Thakur sendiri cukup menghebohkan: Dia saat ini menghadapi tuduhan terorisme terkait dengan serangan bom terhadap Muslim beberapa tahun yang lalu. Thakur membantah tuduhan itu, BJP mengabaikan kasus ini, tetapi faktanya kita masih menunggu putusan pengadilan.

Ketika kampanye berakhir, Thakur menjadi berita utama ketika dia dikutip di media lokal menyebut orang Hindu garis keras yang membunuh Mohandas Gandhi—pemimpin gerakan India untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajah Inggris—sebagai seorang patriot.

Sekali lagi, reaksi BJP—dan Modi—terungkap: Partai tersebut mengecamnya dan memberlakukan tindakan disiplin, dia meminta maaf, dan Modi—berbicara kepada jaringan televisi lokal—mengatakan bahwa dia tidak akan pernah bisa memaafkan Thakur.

Namun Thakur masih menjadi tokoh terkemuka BJP.

Bahkan, Presiden Partai BJP, Amit Shah—letnan politik terdekat Modi—membela pencalonan Thakur, menggambarkan kasus terhadap dirinya sebagai tidak lebih dari konspirasi liberal, pada konferensi pers pada akhir kampanye (yang juga terkenal karena kehadiran Modi yang mengejutkan, yang tidak menjawab pertanyaan).

Pencalonan Thakur—dan penolakan BJP untuk bahkan menyetujui pembatalannya—hanyalah salah satu dari sejumlah contoh yang mengkhawatirkan para kritikus liberal Modi dalam beberapa pekan terakhir.

Tapi itu mungkin merupakan tanda paling jelas dari perubahan dalam cara Kandidat Modi 2.0 dan para letnannya menjalankan kampanye mereka: Pesan nasionalis terselubung pada tahun 2014 digantikan dengan sebuah pesan terang-terangan yang meresahkan, seiring kita menunggu hasil pada minggu ini, untuk mencari tahu apakah kita akan melihat Perdana Menteri Modi 2.0.

Keterangan foto utama: Perdana Menteri India Narendra Modi melambai ke arah para pendukungnya saat pawai di Varanasi, India. Pemilu India tahun ini dianggap paling memecah belah dalam sejarah negara itu.

https://www.matamatapolitik.com/anal...-belah-bangsa/

OM SWASTYASTU
Diubah oleh pelindungsapi 21-05-2019 15:08
muhamad.hanif.2
kakekane.cell
kakekane.cell dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
2.8K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.