TS
weshley07
Haruskah Sepak Bola Kita Identik dengan Kerusuhan?
Akhirnya, Liga Indonesia I 2019 bergulir juga, Rabu (15/5). Namun, pembukaan kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air dinodai oleh kerusuhan antarsuporter yang mempertemukan PSS Sleman dan Arema FC. Sedih!
Ane benar-benar gak ngerti posisi olah raga ini bagi sebagian orang yang katanya penggemar sepak bola. Haruskah kita menempatkan sepak bola itu sebagai olahraga yang mengkawatirkan?
Kalau sepak bola Indonesia identik dengan kerusuhan, bagaimana para sponsor mau datang ke sepak bola kita? Bagaimana suporter wanita dan anak-anak bisa ikut menikmati? Bayangkan ribetnya pengelola pertandingan untuk mendapatkan izin keamanan. Bisa-bisa habis energi kita hanya untuk memikirkan keamanan.
Tanpa dukungan finansial yang kuat, pengelolaan sepak bola dan perjalanan kompetisi tak akan pernah mencapai situasi yang diinginkan. Jangan sampai seperti mobil yang kehabisan bensin di tengah perjalanan.
Katanya kita ingin ada sepak bola berprestasi... katanya ingin ada kompetisi yang bergengsi.
Mengurus sepak bola memang tidak gampang, banyak pihak yang terlibat dan butuh kesamaan visi dalam mengelola kompetisi. (Nah ini... yakin kalo semuanya punya visi yang sama?)
Tapi, kembali ke diri kita dulu deh. Bukankah lebih mudah mengelola hati dan sikap pribadi dalam menempatkan diri masuk ke dalam putaran sepak bola nusantara? Mau menikmati, bukan mencaci-maki.
Kalau memang benar muncul sejumlah aktor yang terskenario berniat memancing kerusuhan, semua provokasi itu bisa tersaring oleh hati yang bertujuan memajukan sepak bola nasional. Setuju, kan?
Awal kompetisi dimulai dengan wajah duka dan korban terluka, mau seperti apa perjalanan liga kita?
Korban kerusuhan PSS vs Arema (Kredit: BolaSport)
Ane benar-benar gak ngerti posisi olah raga ini bagi sebagian orang yang katanya penggemar sepak bola. Haruskah kita menempatkan sepak bola itu sebagai olahraga yang mengkawatirkan?
Kalau sepak bola Indonesia identik dengan kerusuhan, bagaimana para sponsor mau datang ke sepak bola kita? Bagaimana suporter wanita dan anak-anak bisa ikut menikmati? Bayangkan ribetnya pengelola pertandingan untuk mendapatkan izin keamanan. Bisa-bisa habis energi kita hanya untuk memikirkan keamanan.
Tanpa dukungan finansial yang kuat, pengelolaan sepak bola dan perjalanan kompetisi tak akan pernah mencapai situasi yang diinginkan. Jangan sampai seperti mobil yang kehabisan bensin di tengah perjalanan.
Katanya kita ingin ada sepak bola berprestasi... katanya ingin ada kompetisi yang bergengsi.
Kerusuhan PSS vs Arema (Kredit: Kumparan)
Mengurus sepak bola memang tidak gampang, banyak pihak yang terlibat dan butuh kesamaan visi dalam mengelola kompetisi. (Nah ini... yakin kalo semuanya punya visi yang sama?)
Tapi, kembali ke diri kita dulu deh. Bukankah lebih mudah mengelola hati dan sikap pribadi dalam menempatkan diri masuk ke dalam putaran sepak bola nusantara? Mau menikmati, bukan mencaci-maki.
Kalau memang benar muncul sejumlah aktor yang terskenario berniat memancing kerusuhan, semua provokasi itu bisa tersaring oleh hati yang bertujuan memajukan sepak bola nasional. Setuju, kan?
Awal kompetisi dimulai dengan wajah duka dan korban terluka, mau seperti apa perjalanan liga kita?
Diubah oleh weshley07 16-05-2019 05:14
davecchio memberi reputasi
1
890
4
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
23.3KThread•11.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru