Sidang lanjutan perkara judi online dengan tiga terdakwa, yaitu Aristharkhus Randy, Mery Andriyan, dan Vicky Armando pada Kamis (2/5/2019) kembali digelar di PN Jakarta Utara dengan agenda sidang pemeriksaan terdakwa.

Pada agenda sidang hari itu, para terdakwa menjelaskan kronologi penangkapan terhadap mereka, dan juga menjelaskan apa keterkaitan mereka dengan Pasal 303 KUHP yang dituduhkan oleh JPU Fedrik Adhar S.H. Berdasarkan pantauan awak media dalam ruang sidang, agenda sidang hari ini adalah hal yang menarik, melihat perjalanan kasus ini yang terus tertunda akibat sulitnya JPU Fedrik Adhar menghadirkan saksi.

Menurut pengakuan para terdakwa, ketiganya tidak melakukan tindak pidana perjudian seperti apa yang dituduhkan JPU Fedrik Adhar S.H. Para terdakwa pun mengeluhkan terkait lamanya perjalanan kasus ini yang menimpa mereka dari bulan Agustus 2018.

Lanjut para terdakwa, mereka meyakini telah terjadi kriminalisasi terhadap mereka dan terjadi salah penangkapan. Argumen ini diperkuat dengan gugurnya praperadilan para terdakwa pada tanggal 28 Januari 2019 lalu, akibat tidak hadirnya pihak termohon selama dua minggu dan adanya surat internal dari JPU Fedrik Adhar S.H. kepada hakim praperadilan di PN Jakarta Selatan.

Kuasa hukum para terdakwa, Gideon Emmanuel Tarigan, S.H., Freddy Gema Virajati, S.H., Ade Irawan, S.H., dan Antonius Mon Safendy, S.H. pun membenarkan hal ini. Mereka meyakini telah terjadi kesalahan prosedur terkait penangkapan dan perolehan barang bukti para terdakwa. Gideon pun juga menyatakan adanya keanehan atas gugurnya praperadilan para terdakwa akibat adanya surat internal dari JPU Fedrik Adhar kepada hakim di PN Jakarta Selatan. Sedangkan merujuk pada KUHAP, seharusnya praperadilan merupakan berita acara cepat 7 hari, dan seharusnya persidangan pokok perkara dimulai setelah putusan praperadilan ditetapkan, untuk memenuhi hak terdakwa.

"Ya sekarang coba teman-teman berlogika saja, bolos sidang praperadilan selama dua minggu, apa artinya? Selain absennya termohon, terlihat juga JPU Fedrik Adhar sangat ingin menggugurkan praperadilan para terdakwa, silakan teman-teman simpulkan sendiri artinya. Jika mereka yakin telah melakukan semua proses sesuai hukum, mengapa harus mengulur-ulur waktu praperadilan hingga gugur?", ujar salah satu kuasa hukum Terdakwa.

Ketika ditemui wartawan seusai sidang, Mery Andriyan, salah satu terdakwa mengungkapkan kepada media, "Saya ini orang awam tidak mengerti apa-apa, dan saya harus mendekam di penjara dari tanggal 3 Agustus 2018. Jauh dari keluarga, jauh dari dunia, saya memohon kepada awak media, agar dapat menyebarkan berita ini seluas-luasnya, oleh karenanya saya memohon doa kepada masyarakat agar kasus ini dapat segera selesai tanpa adanya intervensi lagi. Kemudian untuk Majelis Hakim, saya menaruh kepercayaan saya sepenuhnya kepada majelis. Saya percaya keadilan pasti masih ada di negara ini", ujarnya dengan ekspresi kesedihan.

Selain itu, kuasa hukum terdakwa, Gideon S.H. juga menyatakan rasa simpatiknya kepada para terdakwa. "Ya persidangan ini sudah berlarut-larut, tahap pemeriksaan di pengadilan saja memakan waktu dari bulan Januari, hal ini yang juga menjadi concern kami kepada para terdakwa. Berlarutnya persidangan ini tentunya akibat JPU Fedrik Adhar S.H. yang tampak kesulitan membuktikan hubungan terdakwa dengan pidana perjudian. Hal ini terlihat dari saksi-saksi yang dihadirkan JPU Fedrik Adhar tidak memiliki kompetensi dan relevansi terhadap perkara terkait, bahkan teman-teman sendiri pun datang menonton langsung persidangan, ya bisa disimpulkan sendiri bagaimana sikap JPU yang terlihat memaksa selama persidangan", ujarnya kepada wartawan.

Setelah ditutupnya sidang dengan agenda pemeriksaan hari itu, sidang akan dilanjutkan pada tanggal 9 Mei dengan agenda tuntutan.

Sumber: Surat Kabar Harapan Rakyat, Edisi 643 Thn. XV