Ini cerita versiku, bukan cerita sebenarnya. Wajar! Jika ceritanya sedikit berbeda.

Pada saat masih jaman penjelajahan Belanda, terjadi sebuah kecelakaan kereta di Bintaro. Kejadian naas itu, memakan banyak sekali korban jiwa, terlebih yang meninggal di tempat kejadian. Darah-darah berceceran, ada pula korban yang bagian tubuhnya terpental jauh. Kepalanya terpisah, tangannya, kakinya, bahkan ada yang sampai remuk karena tertindih badan kereta. Ngeri.


Karena banyaknya korban, polisi mengerahkan pasukan gabungan untuk mengevakuasi korban. Kesulitan yang dikeluhkan, ialah mengevakuasi korban yang tertindih badan kereta, serta korban yang bagian tubuhnya terpisah.

Tidak banyak warga yang membantu, karena ketakutan melihat darah yang berceceran juga korban yang berlumuran darah. Kebanyakan di antaranya, anak-anak sekolah yang saat itu berada di atas dan di pintu kereta. Membahayakan memang.

"Pak, ada korban yang bagian tubuhnya terpisah dan sulit ditemukan," Lapor salah seorang tugas.

"Kita harus cari sampai dapat! Mungkin terpental jauh."

Sudah larut malam, evakuasi belum juga selesai. Kurangnya penerangan, membuat petugas kesulitan, hingga akhirnya harus menggunakan lampu senter seadanya.

****
Evakuasi korban selesai. Tinggal mengevakuasi kereta menggunakan alat berat dan mencari tau penyebab terjadinya kecelakaan. Menurut pengamatan kepolisian. Penyebabnya, kereta anjlok juga muatan yang terlalu banyak membuat kereta tidak mampu menyeimbangkan badan kereta yang lainnya. Memang, bukan hanya kali ini saja kecelakaan kereta terjadi, hampir tiap tahunnya selalu ada kecelakaan. Namun, sekarang ini adalah kecelakaan yang memakan banyak sekali korban.

Korban luka-luka segera diberi penanganan intensip di rumah sakit. Sedangkan yang meninggal, harus dicari tahu dulu identitasnya, baru menghubungi keluarganya. Wajah yang rusak, berlumuran darah, sehingga keluarga mereka sulit untuk mengenalinya.

Beberapa korban berhasil ditemukan identitasnya dan sudah dibawa pulang keluarganya untuk dimakamkan. Sementara yang lainnya, harus dilakukan otopsi dan tes DNA.

****

Hari ketiga, badan kereta sudah selesai dievakuasi. Satu persatu korban luka ringan sudah diperbolehkan untuk pulang. Miris. Banyak korban yang tidak memiliki kartu identitas, sehingga kami kesulitan mencari keluarganya.

****

"Ehh ... kejadian kemaren bikin ngeri, ya. Saya jadi gak berani lagi lewat lorong itu," Desas-desus warga sekitar mulai terdengar, banyak yang beranggapan kalau arwah korban yang meninggal akan gentayangan.

"Iya, ya. Saya juga merasa ada aura-aura negative gitu."

Beberapa hari setelah kejadian itu, dua orang warga yang hendak pergi ke kebun melewati lorong itu. Saat melintasi sebuah kali ....

"Apaan, tuh?"

"Mana?"

"Kita liat, yuk!"
Dengan rasa penasaran dan rasa takut, mereka menghampiri sesuatu yang ada di pinggiran kali. Entah apa yang mereka lihat ....

"Asstaghfirulloh ...."

Bersambung

Burung tekukur, nemplok di kasur.
Yang mau sahur, jangan lupa masaknya di dapur.