AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
‘Pulau Kekecewaan’, Tempat Terpencil yang Penuh Kebahagiaan



Jujur, pernahkah sebelumnya GanSis mendengar nama ‘Pulau Kekecewaan?’ Kalo Ane, baru saat bikin thread ini dengar namanya.

Memang, namanya jarang dikenal orang, sebab tempatnya sangat terpencil dari belahan bumi.



Pulau yang termasuk dalam wilayah kekuasaan French Polynesia, Prancis ini memang jarang terjamah oleh masyarakat umum. Hal itu selain karena letaknya yang terpencil, juga akses transportasi ke sana yang sangat langka.

Akses udara yang bisa ditempuh hanya melalui Haiti yang berjarak sekitar 1.000 km. Namun penerbangan ke sana pun tidak menentu, tidak ada jadwal penerbangan khusus, yang terkadang baru ada 3 bulan sekali.

Selain itu, penerbangan ke sana pun sifatnya carteran, dan tidak terdaftar di situs penerbangan Haiti, sehingga jalur penerbangan tidak bisa dikontrol oleh pihak Bandara Haiti.

Sedangkan jalur laut juga susah ditempuh. Sebab pulau itu dikelilingi oleh batu-batu karang yang tinggi, dan pantainya yang dangkal, sehingga kapal sulit untuk berlabuh.
***
Dalam bahasa Inggris, pulau ini disebut ‘Disappointment Islands’ yang secara harfiah berarti ‘Pulau Kekecewaan’. Pulau ini terdiri dari 3 buah pulau utama, yaitu Tepoto, Napuka dan Puka-Puka.

Pulau ini dihuni oleh sekitar 300.000 jiwa, sebuah tempat yang tergolong ramai, oleh penduduk lokal asli Polinesia.

Lantas, mengapa tempat ini disebut ‘Pulau Kekecewaan?’

Menurut sejarah, kepulauan ini pertama kali ditemukan oleh Ferdinand Magellan, pada tahun 1520.

Ferdinand dan anak buah kapalnya sempat singgah di pulau ini. Namun ia dan kawan-kawan kesulitan bertahan hidup, karena ketiadaan air bersih di sana.

Karena itu, mereka segera meninggalkan pulau ini, dan menyebutnya sebagai ‘Unfortunate Islands', alias ‘Pulau Kemalangan’.

Selanjutnya pada tahun 1765, John Byron seorang penjelajah dari Inggris melewati pulau itu. Dia sangat ingin berlabuh di sana, namun kesulitan akibat pantainya yang dangkal, dan banyaknya batu karang.

Selain itu, penduduk setempat juga terlihat mengangkat tombak, sebagai ungkapan ketidaksukaan dan pengusiran terhadap kehadiran kapal John Byron.

John akhirnya meninggalkan pulau itu, dan lantas memberinya nama sebagai ‘Disappointment Islands’ (Pulau Kekecewaan).

Jadi, yang ‘kecewa’ itu sebenarnya adalah mereka yang mencoba singgah di pulau tersebut, namun sulit menemukan air bersih, sulit berlabuh, dan ditolak oleh warga setempat.
***
Jika benar pulau itu begitu mengecewakan, lalu bagaimana kehidupan masyarakat yang tinggal di pulau tersebut?

Apakah kehidupan mereka benar-benar menyedihkan dan mengecewakan?

Ternyata yang dialami warga di sana justru adalah hal yang sebaliknya. Mereka hidup dengan bahagia, saling menolong untuk bertahan hidup, tak ada permusuhan dan kriminal.

Dalam damai, mereka lalui hidup dengan menjadikan alam sekitar sebagai sumber kehidupan.



Seorang penulis dari BBC Travel, Andrew Evans, menceritakan pengalamannya yang berhasil menginjakkan kaki di pulau terpencil itu.

Memang, di sana tak ada listrik, telepon, sinyal seluler, hotel atau restoran. Kehidupan mereka benar-benar natural, tanpa sentuhan teknologi modern.

Andrew pertama kali datang di Pulau Napuka, salah satu dari tiga Pulau Kekecewaan, disambut dengan hangat dan meriah oleh penduduk setempat.

Karena itu, ia dapat merasakan betapa damai dan bahagianya tinggal di Pulau Kekecewaan tersebut.



Andrew menggambarkan Pulau Kekecewaan sebagai perwujudan keindahan Tuhan di muka bumi.



Pantainya terbentang luas, dengan hamparan pasir yang begitu putih dan bersih.

Lautnya terlihat biru dan jernih. Terumbu karangnya berwarna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Lautnya penuh ikan yang sangat bervariasi. Dan yang lebih mengagumkan, lautnya masih sehat dan alami.

Penduduk Pulau Kekecewaan

Penghasilan utama masyarakat di sana adalah ikan dan kopra. Ikan ditangkap secara alami dengan alat tradisional, sedangkan kopra diolah dari banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di sana.

Kedua komoditi itu mereka jual ke Haiti, melalui pesawat Kargo yang datang ke sana, meski jadwal kedatangannya tak menentu.
***
Lalu, bagaimana dengan kebutuhan air bersih yang katanya tak tersedia di sini?

Entahlah, tidak ada penjelasan dari Andrew yang sempat seminggu tinggal di pulau ini.

Ya, mungkin saja untuk keperluan MCK dan masak, mereka memanfaatkan air laut. Namun untuk urusan MINUM, masyarakat di sana memanfaatkan AIR KELAPA sebagai AIR MINUM.
***
Kesimpulan dari Andrew, di pulau ini tidak ada kekecewaan sedikit pun. Yang ada hanyalah ‘Kebahagiaan dan Kedamaian’.

Jadi, sangat tidak tepat jika disebut sebagai ‘Pulau Kekecewaan.’ (*) Ref
Diubah oleh Aboeyy 24-04-2020 13:22
makeyoudream
davecchio
wettissue
wettissue dan 11 lainnya memberi reputasi
12
7.4K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.