l13skaAvatar border
TS
l13ska
Trauma Itu Masih Ada


Setiap orang punya trauma akan masa lalu dalam kehidupannya. Trauma itupun bisa bermacam-macam. Ada trauma akan kekerasan, trauma kehilangan orang yang dicintai bahkan trauma dalam berkawan.

Trauma ketiga inilah yang ingin saya bagi dalam tulisan ini. Trauma dalam berkawan. Saya termasuk orang yang punya sedikit teman, bukan karena saya tak pandai bergaul atau terlalu pemilih dalam berteman. Namun lebih karena saya menjaga hati saya agak tak terluka lagi. Meski terkadang masih saja ada kawan-kawan yang melukai hati saya.

Setiap orang tak bisa mengharapkan kehidupannya berjalan sesuai keinginannya bahkan dalam masalah pertemanan. Sebagai manusia biasa dengan segala kenaifan, saya pun ingin punya banyak teman baik dalam kehidupan yang cuma sekali ini. Namun, kenyataannya sedikit sekali kawan saya.

Jujur, sampai sekarang saya suka merasa tidak nyaman jika ada orang yg chat dengan imogi bergambar monyet 🙈🙉🙊.

Trauma yang saya alami ini bukan tanpa alasan. Bahkan karena masalah itu, saya jadi selektif dalam memilih teman. Tepatnya, susah percaya dengan orang yang baru saya kenal. Bahkan, saya sengaja meninggalkan kawan yang tampak baik di depan namun suka membicarakan keburukan saya di belakang.



Quote:


Jadi, beberapa tahun silam saya punya kenalan yang sudah saya anggap lebih dari teman bahkan sebagai saudara. Namun rupanya teman saya tersebut menyimpan ketidaksukaan terhadap yang tak bisa dijelaskan. Ia sering mengirim chat via wa yang sering mengintimidasi saya dan menyudutkan saya.

Puncaknya, ia menghina harga diri saya dengan mengatakan bahwa saya hanya orang cyang tinggal di kontrakan. Bahkan ia menyebut saya sebagai orang yang sok hanya karena saya membalas chatnya dan mengingatkan akan posisinya. Mungkin ia marah karena semua tak berjalan sesuai keinginannya.

Dia memang terlahir sebagai anak tunggal dan semua keinginnanya mudah didapat. Jadi pantaslah jika ia bersikap seperti orang yang superior.



Sejak awal saya berusaha mengalah dan mendiamkan saja ia mengirim chat yang selalu menyudutkan itu. Bahkan saya merendahkan diri saya untuk meminta maaf. Namun, sikapnya tak berubah sama sekali bahkan ia pernah dengan terang-terangan mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan. Jika saya berada di posisinya, saya akan menahan bibir saya.


Quote:


Quote:


Trauma itu rupanya masih ada sampai sekarang. Jika ada kawan yang membalas chat dengan imogi bergambar monyet 🙈🙉🙊, saya langsung badmood

Suami saya pun merasa kesal dengan semua pesan yng dikirimkannya itu. Awal mula suami menyuruh saya untuk merendah dan tak mem perpanjang masalah. Namun saat ia membca chat terakhir, ia menjadi sangat geram. Perintah suami saya kala itu adalah
menghapus nomor kontak teman tersebut.

Setelah itu saya tak lagi menemuinya dan tak mau lagi bertemu muka. Ogah rasanya berhadapan dengan orang memandang materi dalam berkawan. Saya akui saya miskin secara materi tapi tak ada jaminan hati saya juga miskin. Orang yang menyombongkan hartanya itu saya rasa tak lebih kaya dari saya. Ia hanya sedikit beruntung karena memiliki suami yang mapan dan punya rumah.

Namun apakah ia bahagia? Kadang saya berpikir, tindakan dan perkataannya adalah buah dari rasa iri akan saya yang miskin tapi tampak bahagia.

Ia bisa menghina saya karena belum pernah merasakan susahnya membayar uang sewa yang jumlahnya mencapai jutaan pertahun. Ia yang merendahkan saya hanyalah orang egois yang belum pernah merasakan sulitnya hidup dalam keterbatasan. Ia yang mengina saya hanyalah orang rendah yang tak patut disebut manusia.

Ia yang menghina saya tak tahu siapa saya yang sebenarnya. Ia tak tahu dari sedikit kawan dan sahabat saya, ada yang lebih kaya dari dia namun tak serta merta menyombongkan kekayaannya. Bahkan sampai sekarang saya masih menjalin silaturahim dengan sahabat-sahabat saya.

Terhadap kejadian diatas saya mencoba bersyukur. Dengan fakta tersebut saya bisa melepaskan diri dari seorang teman yang munafik. Setiap sedih mengingat kejadian itu, saya ingatkan diri bahwa roda kehidupan berputar. Saya yang sekarang berada di titik ini mungkin dua atau lima tahun kedepan bisa menjadi orang sukses.

Meski mustahil untuk memaafkan orang yang menghina saya tersebut. Saya mencoba untuk memaafkan dan melupakan kejadian itu. Sulit memang, karena trauma itu masih ada. Meski sangat membencinya saya tak ingin mengutuk ataupun buruk dalam berdoa. Doa yang buruk hanya berimbas buruk pada pendoa. Iya kan Gan Sis?

Inilah trauma saya, dan itulah mengapa saya tidak suka jika ada yang memasang emoji 🙈🙊🙉 dalam chat mereka.


Lalu, apa trauma Gan Sis? Mungkin bisa dibagi bersama saya...

emoticon-Cendol Gan
Diubah oleh l13ska 17-07-2019 09:36
Cahayahalimah
delia.adel
alizazet
alizazet dan 6 lainnya memberi reputasi
5
9.1K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread•82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.