Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Puputhw199Avatar border
TS
Puputhw199
Pent Up
PENT UP

“Kamu mengurungku seolah aku akan mencintaimu.”—Valena Revelyn

 

Bagian 1 |Musibah Jadi Berkah
-Pent Up-


Pent Up


Lantunan instrumen Love of My Life dari A Queen At The Nightmengalun di studio musik milik SMA Kesatrian. Jari lentik seorang perempuan dengan poni sebatas alis menari luwes di atas tuts-tuts piano. Iris coklat terang perempuan itu bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti alur jari-jemarinya. Bahkan tanpa mencontek not lagu yang teronggok dihadapannya permainannya bisa dikatakan sebelas duabelas dengan pianist profesional.

Dia Valen, lebih lengkapnya Valena Revelyn. Perempuan bermata bulat yang selalu menguncir kuda rambutnya itu berhasil menjajaki juara dalam perlombaan musik tingkat kota. Selanjutnya Valen melanjutkan pertandingan ke tingkat nasional di Jakarta dua bulan ke depan.

Interlude terakhir menandai akhir permainan apik Valen. Perempuan itu bergerak mengambil buku lagu yang sempat ia kacangi, membuka lembar yang sengaja diberi tanda dengan sticky note berwarna kuning.

“Kurang pas sih ... ” ujar Valen pada dirinya sendiri. “Tapi nggak jelek-jelek amat lah kalau ditunjukin sama Bu Septi, paling ada sedikit revisi dibagian aransemen terakhir.”
Sekedar informasi, Bu Septi adalah guru musik SMA Kesatrian, beliau lah yang selalu menemani Valen disetiap perlombaan yang pernah ia ikuti. Dua hari sekali Valen rutin menunjukan hasil latihannya kepada guru dua anak tersebut.

Valen melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya, pukul 07 : 10. Perempuan itu Cumiik pelan menyadari lima menit lagi bel masuk berbunyi. Segera saja Valen meraih tas selempang yang tergeletak disamping kursi yang ia duduki, menenteng beberapa buku yang sengaja tidak masukan ke dalam tas.

Bukan karena terlalu tebal sampai-sampai membuat Valen tidak kuat mengangkat. Tidak juga terlalu kecil jika ditiup bisa terbang, tapi yah ini seperti kebiasaan.

Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa detik lalu. Kalau bukan karena Valen murid kesayangan sekolah atas prestasi-prestasinya mungkin ia sudah kena semprot guru piket.
Koridor kelas sebelas sudah sepi, siswa dan sebagian guru sudah stay di ruang kelas masing-masing. Berada di luar kelas saat jam masuk seperti Valen begini mungkin hanya mukjizat bagi siswa lain, pasalnya wakil kesiswaan dan anak osis rutin patroli setiap pagi.

Drap, drap, drap!

Awalnya Valen tidak sadar. Tapi dari arah belakang, derap langkah orang berlari semakin jelas. Valen menoleh, tepat di belakangnya seorang laki-laki berpenampilan urakan sedang berlari, mirip aktor film action.

Mata Valen memperhatikan laki-laki itu. Kemeja sekolahnya tidak dimasukkan ke dalam celana, tidak memakai dasi, sepatu yang dia kenakan warna dasar putih meskipun ada sedikit warna hitam. Tipikal siswa yang gemar melanggar peraturan.

Kalau tidak salah namanya Dewa. Beberapa kali mereka pernah bertemu, hanya saja mereka tidak pernah ngobrol sama sekali, Valen selalu merasa risih dengan tatapan aneh Dewa kepadanya.

Saat Dewa melawatinya, Valen merasa waktu disekitarnya melambat. Entahlah, Valen tidak paham betul mengenai keadaan yang seolah memanipulasi waktu.

“Hai Len,” sapa Dewa sambil terus berlari.

“Hm,” balas Valen hampir seperti gumaman.

Dewa melewati Valen begitu saja. Dan Valen merasa hal itu wajar, karena ini bukan kejadian didalam sinetron-sinetron dan sejenisnya. Dimana Dewa si cowok badboy menabrak Valen di cewek nerd, lalu mereka falling in love. Tapi satu yang Valen heran, tumben sekali Dewa menyapa. Biasanya laki-laki urakan itu hanya melemparkan senyum singkat jika tidak sengaja berpapasan.

“DEWA!! BERHENTI KAMU!!” pekik seseorang dari arah belakang.

Pantesan lari, Valen membatin.

Untuk beberapa saat Dewa memandang ngeri pria paruh baya berkumis tebal yang tengah berkacak pinggang, wajah sawo matangnya terlihat merah padam. “Mampus, godzila ngamuk.”

Pagi-pagi sudah main kejar-kejaran dengan wakil kesiswaan yang mempunyai jiwa kebersihan tinggi. Hampir semua hukuman yang dia berikan tidak jauh-jauh dari sapu, pel, lap, cabutin rumput yang bergoyang. Parahnya lagi kalau disuruh bersihin lapangan pakai sikat gigi. Kurang nyeleneh apa lagi coba?

“Ikut saya ke lapangan! sekarang!” tandas Pak Ari.

Bukannya menuruti ucapan pria berkepala plontos di belakang, Dewa semakin mempercepat laju larinya. Sebelum tikungan koridor Dewa berhenti berlari, ia merasa sepasang mata perempuan memperhatikannya.

“Musibah jadi berkah,” kekeh Dewa sebelum melanjutkan kabur.

Bersambung...
Diubah oleh Puputhw199 03-02-2022 15:38
lexia.ann
puputherowat875
joeycape
joeycape dan 6 lainnya memberi reputasi
7
816
18
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.