Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Tahapan pemilu 2019 kini telah memasuki fase perhitungan suara secara nasional. Tahapan ini sendiri waktunya cukup panjang, hingga 22 Mei 2019 KPU diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugasnya, sebelum akhirnya akan memutuskan perolehan suara masing - masing peserta pemilu, baik itu partai politik maupun pasangan capres cawapres.

Meski, untuk mengobati rasa ingin tahu masyarakat tentang siapa pasangan capres cawapres yang berhasil memenangkan kontestasi serta partai mana yang mampu melaju ke gedung parlemen, sudah dipetakan melalui metode hitung cepat atau yang lebih dikenal dengan quick count.Metode ini sendiri sudah diperkenalkan di Indonesia sejak Pemilu 2004 dan secara rutin diadakan oleh berbagai lembaga survei saat ada pemilu, baik pemilu nasional maupun pemilihan kepala daerah (pilkada).


Hasilnya, sebagian besar persentase perolehan suara yang didapat masing - masing peserta pemilu biasanya tidak jauh berbeda dengan perhitungan versi quick count. Karena bagaimanapun juga, metode ini adalah metode perhitungan yang didasarkan pada data sampling dengan metodologi keilmuan yang jelas bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Meski tidak menutup kemungkinan, ada juga lembaga survey yang terafiliasi dengan salah satu peserta pemilu sehingga hasilnya melenceng dari kaidah keilmuan yang dimaksud. Buktinya, di tahun 2014 yang lalu ada lembaga survey yang hasilnya "beda" dan membuat gempar dunia perpolitikan Indonesia.

Untuk pemilu 2019 ini sendiri, ada kurang lebih 40 lembaga survei yang melakukan metode perhitungan quick count secara resmi dan terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hasilnya, pasangan capres - cawapres nomor urut 01, Jokowi - Ma'ruf mendapat suara dikisaran angka 55 persen, sedang rivalnya pasangan nomor urut 02, Prabowo - Sandi dikisaran 45 persen. Sedangkan untuk perolehan suara partai politik secara nasional, berdasarkan hasil quick count tersebut, PDIP, Gerindra dan Golkar secara berurutan menempati urutan pertama hingga ketiga perolehan suara nasional.


Berdasar hasil quick count tersebut, kita juga bisa mengetahui ada total tujuh parpol yang tak lolos ambang batas parlemen, terdiri dari empat partai baru dan tiga partai lama. Partai - partai tersebut tak lolos karena total perolehan suara calon legislatif mereka ditingkat DPR dibawah 4%. Meskipun begitu, bukan berarti suara pemilih mereka sedikit. Misalnya untuk Partai PSI yang hanya memperoleh suara dikisaran 2% saja jika dikonversi maka jumlah pemilih partai ini ditingkat nasional sekitar 2-3 jutaan pemilih. Lalu, kemanakah suara para pemilih yang telah memilih partai yang tak lolos ambang batas parlemen tersebut? Apakah akan dilimpahkan ke partai yang mendapat suara lebih tinggi?

Berdasar pernyataan Komisioner KPU, Hasyim Asyari yang dikutip dari Detik.com, suara dari partai politik yang tak lolos ambang batas parlemen tersebut ternyata tak akan bisa dipakai dan akan dianggap hangus. Suara tersebut akan diabaikan saat perhitungan perolehan kursi di DPR. Jadi, bisa diartikan selain kita tak akan bisa melihat wajah - wajah para caleg dari partai gurem ini lima tahun kedepan, para pemilih yang pada saat pemilu kemarin memilih partai - partai tersebut juga tidak akan bisa terwakili suaranya di DPR. Sekedar diketahui, penggunaan ambang batas 4% ini hanya berlaku untuk kursi DPR saja, sedangkan untuk tingkat DPRD tidak ada ambang batas. Perolehan suara semua partai ditingkat daerah akan dikonversikan menjadi kursi.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Sumur Gambar : Om Google
Referensi : Ini dan Ini