• Beranda
  • ...
  • Education
  • Filosofi dari Ada: Filosofi Angka 1 dan 0 dan Asumsi Ketiadaan Mutlak

thenothingnessAvatar border
TS
thenothingness
Filosofi dari Ada: Filosofi Angka 1 dan 0 dan Asumsi Ketiadaan Mutlak
1

Disadari atau tidak, yang tidak mempunyai pasangan hanyalah ADA atau keADAan atau keberadaan dari ADA.
Karena, jika ADA memiliki pasangan:
Quote:

atau
Quote:

sehingga, jika diimajinasikan atau dikatakan:
Quote:

maka ketiadaantersebut bukanlah ketiadaan mutlak, melainkan juga keadaan.
Walaupun kesadaran mencari lawan dari ADA, kecenderungan kesadaran adalah mau tidak mau pasti mencari yang bukan ADA atau yang tidak ADA, tidak mungkin kita mencari ADA yang lain sebagai anti-ADA tersebut (karena, bagaimana pun, kembali ke ADA juga).

Jadi, jika ketiadaan dipaksa untuk "ada" maka ia bukanlah ketiadaan dalam persepsi inderawi, imajinasi, apapun itu.


Contoh dalam perspektif atau kesadaran eksistensial:
Quote:

jika:
Quote:

berarti bukan ketiadaan/ketiadaan mutlak. ketiadaan disitu bukanlah ketiadaan mutlak, melainkan ketiadaan yang semu, adanya pasangan yang bernama ketiadaan, juga keberadaan dari ketiadaan.


Contoh dalam matematika (matematika sebenarnya adalah penggambaran akan eksistensi objek dari pengamat / observer):
Quote:

jika:
Quote:

berarti bukan 0 mutlak, tetapi adanya pasangan yg bernama 0. Dimana sebenarnya 0 ini dibuat dalam rangka asumsi:
"Apakah itu, yang jika tidak 1 atau yang bukan 1?"
Maka dibuatlah angka atau simbol 0 yang menggambarkan yang bukan 1.
Jadi, untuk ada 0, harus ada 1.
Karena, meskipun 0 dipaksa atau dianggap sebagai awal, bagaimana pun juga eksistensi 0 adalah sebuah eksistensi, atau keadaan (ADA).
Dan ADA itu (jumlahnya) pasti "berawal" dari 1.
Maka untuk ada 2 (yaitu yang selain 1 yang jelas bukan 0), yang paling dekat, kembalinya adalah ke 1, atau dibutuhkan 1.


Kesimpulan

Quote:




Asumsi jika ketiadaan dipaksa atau dimisalkan "ada" (hanya dalam perspektif kesadaran ruang waktu)

Kalaupun, kita manusia makhluk 3D ruang dan 1D waktu, mengimajinasikan keadaan dari ketiadaan, itu masih mungkin JIKA dilihat/diamati dari luarnya, tetapi jika dari dalamnya (dalam ketiadaan) maka tidak dapat ditentukan apapun rasanya.

Sebenarnya, berpikirnya kita (walau tidak memikirkan sekalipun) tentang ketiadaan, adalah sebuah usaha meng"ada"kan keadaan dari ketiadaan itu sendiri, yang merupakan kesalahan berpikir (logical fallacy).


Yang Maha ADA hanya 1, karena 1 berarti ADA. Tidak mungkin kalau: ada itu 2 emoticon-Smilie

Jadi, satu-satunya yang tidak berdualitas, tidak ada duanya, adalah, ADA.



2

Respon logis selanjutnya dengan tidak menyangkal bahasan diatas

Sebagaimana yang kita percaya sebagai kebenaran umum, pernyataan "0 adalah awal" dalam ukuran rentang negatif positif maupun jenis bilangan lain, yang dimaksud sebenarnya adalah:
Sesuatu yang akan dimulai memang belum ada, dan ketika sesuatu itu dimulai sekecil apapun, maka bagian kecil itu sudah termasuk 1 dari konsep sesuatu itu. Jadi, ketiadaan (0) dari sesuatu itu bukanlah awal sesuatu dan juga bukan bagian dari 1, tetapi hanya (kecenderungan perspektif ruang waktu) kita yang menganggapnya seperti itu.

Sebenarnya angka hanyalah 1, karena:
Quote:


Bagaimana dengan bilangan imajiner misalnya akar 2? Lho, 2 itu secara pasti 1 + 1 emoticon-Smilie
Jadi mencoba mengakar 2 itu false idea karena pemecahan paling sederhana dari 2 adalah jelas 1 dan 1.
Akar 2? Usahanya ada (pengakarannya). Hasilnya/produknya? Jelas imajiner/tidak rasional, karena anda sedang berupaya mengetahui besarnya 1 atau mencukupkan 1 supaya hasilnya akar 2 emoticon-Smilie


Realita fisik bilangan

Berapapun bilangan, semuanya adalah 1 (atau satu bagian) yang ditambah-ditambahkan sehingga menjadi bilangan tersebut.
Bilangan negatif hanyalah imajinasi manusia akan SKALA dalam respon terhadap rentang yang tidak diketahui manusia (ketakterhinggaan, infinity). 'Senegatif-negatifnya' bilangan, dia tetap berarti eksis. Dan eksis itu satu. Jadi yang nyata / ada hanya satu, karena satu berarti ada.

Angka 0 hanyalah sebuah huruf untuk melambangkan ketiadaan DARI konsep sesuatu, yang sebelumnya ataupun sesudahnya adalah ada (baca: 1), dalam lingkup ruang dan waktu.
Angka 0 berarti tidak ada sama sekali, atau kemusnahan (dari sesuatu yang dianggap ada sebelumnya atau sesudahnya).


"Berapa jumlah meja?"
"0. Belum ada." --> (sebelum 1, yang berarti konsep tentang meja sudah diketahui, sudah ada, sudah pernah 1)

"Kalau begitu saya buat sekarang"
"1 meja dong." --> (1)

"Saya musnahkan total ya? Sampai energinya juga hilang"
"Sekarang 0 meja" --> (sesudah 1 meja ditiadakan)


Jadi kalau ketiadaan dengan label (ketiadaan meja) atau embel-embel meja / variabel, itu masih mungkin atau itulah logisnya emoticon-Smilie


1 adalah sebagai awal, bukan 0. Mendeskripsikan 0 sebagai awal adalah salah karena 0 itu bukan bagian dari satu.

Jika anda membuat sebuah meja, apakah sebelum anda membuat, bisa disebut sebagai awal dari meja? atau bagian dari meja? atau yang menyebabkan meja?
Tentu bukan, tetapi meja itu berasal dari kerja tangan anda.

Ketiadaan (variabel) (0) adalah sebuah "sesuatu" yg diciptakan Allah supaya makhluk-Nya mengenal filosofi diri makhluk itu sendiri. Karena alam semesta juga adalah diri anda, realitas kesadaran anda. Maka manusia yang paling mengetahui dirinya adalah paling mengenal Yang Maha Ada.

Ketiadaan (variabel) adalah dimana Allah s.w.t tidak atau belum Menciptakan sesuatu yang setelah sesuatu itu tercipta maka ketiadaan (variabel) tersebut menjadi dinafikan (sama seperti ketika otak anda belum pernah mendapati tidak adanya meja).
Apakah sama bagi anda tidak ada meja dengan ada meja di depan anda?
Ketika anda mengenal meja di depan anda, maka anda menafikan ketiadaan dari meja.
Jadi, ketiadaan (variabel) tidak perlu dibesar-besarkan, dan ketiadaan mutlak itu tidak mungkin dan tidak akan ADA atau terjadi. emoticon-Smilie




Setelah membahas ada tiada, kesimpulannya adalah:

Ada itu tak dapat dibagi, diukur, bahkan diartikan

KARENA:
ADA itu:

Besar, yang sudah pasti adalah Tak Terjangkau dan Satu / Tunggal / Tak Terbagi
Tak terimajinasikan dalam perspektif ruang waktu.

jelas ADA, tak dapat diartikan
Wujud, terdapati oleh objek, oleh kita. Maujud, ada tanpa harus ada pengamat, ada sendirinya.

Tak Berawal dan Tak Berakhir maka dari itu Dia Terdahulu, Awal / Selalu Mengawali "bersitan pikiran kita"), Akhir / Selalu Mengakhiri
Asumsi ketiadaan mutlak membuktikan bahwa ternyata ADA masih menguasai/mendominasi, bahkan diluar perspektif waktu sekalipun.

Tidak Serupa dengan apapun
Karena realitanya hanya Yang ADA, maka Dia Unik, Tak Ada Yang Menyerupai)

Berdiri Sendiri
Karena tidak ada yang menopangNya, tidak ruang waktu energi, tidak pula ketiadaan mutlak)


https://www.forum.or.id/threads/filo...tuhanan.64232/
Dipost pada 4 Apr 2009, 10 tahun lalu emoticon-Smilie
Diubah oleh thenothingness 08-04-2019 16:38
Bakanai
orthodoxlicious
orthodoxlicious dan Bakanai memberi reputasi
0
11.4K
471
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.