Manusia memang makhluk yang diciptakan sempurna, punya akal dan memiliki hati, tapi sayangnya bagi manusia akal dan hati tidak akan berjalan dengan baik jika urusan perut dan kantong tidak terpenuhi dengan baik.



Bukti mirisnya manusia adalah dengan kasus yang terjadi di ruas jalan di trenggalek hingga di tulung agung. Pohon sonokeling yang menjadi korban keganasan manusia, pohon sonokeling yang memiliki status rentan terhadap kepunahan merupakan pohon yang digunakan di ruas jalan, untuk melindungi ruas jalan, memperindah jalan dan membersihkan udara.



Bayangkan agan dan sistah, kayu sonokeling yang ditebang di ruas jalan provinsi dan nasional ini berjumlah puluhan batang hingga ratusan batang. Dengan harga jual yang dimulai dari 15 juta rupiah hingga 50 juta rupiah. Hingga saat ini menurut data yang tercatat jumlah pohon yang hilang dan ditebang secara liar adalah 90 batang. Bayangkan berapa kerugian yang dialami oleh pemerintah.



Dalam melakukan aksi pembalakan liar, sang pelaku menggunakan cara yang sangat amat bersih, dimulai dengan menghilangkan ranting - ranting bekas penebangan, membersihkan sisa sisa penebangan hingga ada yang mencabut pohonya dengan akar - akarmya dan bagian tanah yang berlubang ditutupi dengan tanah.



Pembalakan liar ini dilakukan secara bertahap supaya tidak ketahuan oleh aparat, dan agar aksi mereka tidak mencolok bagi masyarakat, terkadang mereka melakukan penebangan dengan alasan perampingan ranting dan dahan pohon dijalanan.

Hasil penebangan itu diduga dijual kembali ke masyarakat atau pengrajin kayu dan industri kayu, karena kayu sonokeling terkenal sebagai kayu yang keras dan sangat bagus untuk pembuatan mebel.



Namanya juga kebutuhan perut dan dompet maka pasti ada saja yang berusaha untuk mencuri, bahkan bohlam lampu disekolah ane saja sering hilang dan diambil, apalagi kayu yang nilainya jutaan rupiah ya. Giliran terjadi musibah bisanya menyalahkan orang lain, serta pemerintah dan jika terjadi bencana tidak pernah intropeksi diri sendiri.



Tulisan : pemikiran TS
Gambar : google
Referensi : ini