Halo, agan-agan travelers!!
Thread travel kali ini bercerita tentang pengalaman trip yang membawa saya ke (almost) perbatasan China - Korea Utara. Tepatnya winter 2018 lalu saya melakukan perjalanan ke
Manchuria (timur laut China)untuk mengeksplorasi beberapa wisata terkenal pada musim tersebut. Saya mampir ke 3 provinsi, namun di thread ini khusus membahas sebuah situs wisata yang menjadi icon utama ibu kota provinsi Heilongjiang, Harbin.
Situs ini adalah sebuah gereja katedral yang bernama
Cathedral of the Holy Wisdom of God atau lebih dikenal dengan nama
Saint Sophia Cathedral.
Quote:
"I don't just tell travel story, I LIVE it!"
Quote:
Quote:
Suasana kawasan turis Harbin, Zhong Yang Da Jie (Central Street)
Harbin.... sebuah kota besar yang berlokasi di kawasan Manchuria (timur laut China), merupakan ibu kota provinsi Heilongjiang yang di mana provinsi ini berbatasan langsung dengan region Far East milik Russia. Mungkin ada agan-agan di sini yang belum pernah mendengar namanya
. Memang Harbin belum setenar kota-kota lainnya seperti Beijing, Shanghai, Shenzhen, Guangzhou yang telah duluan jadi primadona para turis sebagai destinasi travel. Namun kini perlahan-lahan namanya kian terdengar di beberapa kalangan travelers Indonesia sebagai tujuan wisata saat musim dingin.
Sebenarnya saya sendiri sudah tau Harbin sejak lama. Potensi wisatanya sangat mengagumkan yang membuat kota ini layak masuk dalam
bucket-list: MUST-SEE PLACES. Setelah penantian cukup lama (cari waktu dan kumpulin budget), Januari kemarin akhirnya saya sempatin ke salah satu "Mecca" versi saya.
Quote:
Arsitektur bergaya Eropa dan Russian Cyrillic (abjad Russia) terpampang di plang toko-toko di persimpangan Central Street
Karena bertetanggaan dengan negeri Putin, Harbin memiliki atmosfer yang serupa dengan Russia. Terlihat banyak sekali arsitektur peninggalan Russia di jalanan pedestrian kawasan turisnya yang telah berubah fungsi menjadi toko, cafe, dan restoran. Termasuk pula salah satu katedral yang menjadi icon utama Harbin, yaitu Saint Sophia Cathedral.
Quote:
Sedikit share cerita,
pagi itu saya baru saja tiba di Harbin dengan kereta malam dari Beijing. Begitu turun dari gerbong kereta, saya disambut hembusan angin yang menyayat kulit wajah dan menghujam jiwa. Dingin puwaraaaahhhh!!
Sebenarnya sudah cukup antisipasi dengan memakai jaket tebal dan baju 3 lapis + celana 2 lapis + kaos kaki tebal 2 lapis. Namun, ternyata dinginnya benar-benar parah!!! Bulan-bulan tersebut wilayah Manchuria sedang kebagian jatah angin kencang dan dingin dari Siberia, makanya tak heran bila dinginnya tak karuan. Bayangin aja, cuma dalam semenit tangan bisa mati rasa kalo lepas sarung tangan!! Bayangin lagi tangan agan dimasukin ke freezer kulkas, lalu taruh tangan di hembusan angin freezernya. Itu aja masih kalah dingin daripada angin di Harbin sini.
Mungkin kalian ada yang pernah ke Iceland, Scandinavia, Canada, atau negara dingin lainnya pas musim dingin. Jangan salah... suhu Harbin justru malah jauh lebih dingin daripada kota-kota besar di wilayah Eropa Utara. Suhu rata-rata Iceland saat winter saja cuma sekitar -10°C. Bandingkan dengan Harbin dengan rata-rata sekitar -15°C di siang hari!
Rekor ketika saya di sana -32°C malam hari!!! Belum ditambah angin kencangnya, semriwiiing~
.
.
.
.
.
Singkat cerita, saya tiba di hostel untuk konfirmasi booking dahulu. Namun, karena masih terlalu pagi dan jam check-innya siang, jadi saya titip tas besar saja di sini, lalu keluar jalan-jalan sekitar sambil cari bahan foto. Tujuan pertama saya langsung menuju icon utama kota ini, yaitu Saint Sophia Cathedral, yang berada tak jauh dari hostel. Hanya sekitar 1.5 km jalan kaki ke arah timur.
Quote:
Church facade (tampak depan bangunan gereja)
Menemukan gereja ini tidaklah sulit karena menara kubahnya yang tinggi membuat bangunannya terlihat dari kejauhan. Berdiri megah di alun-alun besar di tengah hiruk-pikuk jalan raya kota. Tampak ratusan turis berfoto di segala sisi bangunan ini karena arsitekturnya sangatlah unik dan berseni. Bangunan bergaya Byzantine ini pertama kali dibangun pada tahun 1907, namun sejak tahun 1997 dialih fungsikan menjadi gallery museum.
Katedral ini pun sempat mendapat gelar karya seni monumental yang agung dan juga sebagai gereja Orthodox terbesar di Far East (wilayah Asia Timur).
Sebelumnya saya cuma bisa lihat foto-foto dan cari infonya saja di Google, tapi kini bisa mengagumi keindahannya dari jarak dekat. Saking kagumnya, saya sampai ga sadar udah mengelilingi gedung ini 3x demi ambil foto dari setiap sudut.
Quote:
Quote:
Meski agan tidak begitu ngerti seni atau pecinta sejarah, kemegahan arsitektur gereja ini tak bisa dipungkiri siapa pun juga. Ga cuma bagian eksteriornya aja, interiornya pun juga tak kalah menarik untuk dilihat. Dengan RMB 15, turis bisa masuk ke dalam museum untuk mempelajari sejarah gereja dan kota ini lewat teks dan foto-foto yang ditampilkan.
Sayangnya sebagian besar teks dalam bahasa Mandarin. Namun, kita tetap bisa koleksi galeri lainnya, seperti lukisan religi Orthodox, menara lonceng, dan ornamen mural yang keindahannya patut diapresiasi.
Quote:
Quote:
Daya tarik lainnya ada di luar gereja, tepatnya di sebelah kanan gedung. Bagian ini selalu aja terlihat ramai oleh sekumpulan turis yang dengan sabarnya menunggu giliran demi berfoto dengan puluhan burung merpati. Tentu ada triknya supaya kita bisa berfoto dengan mereka, yaitu dengan beli pakan burung dari bapak pawang yang berjaga di situ.
Tuang pakan ke tangan; julurkan tangan ke merpati terdekat; tunggu sampai ada yang hinggap di tangan agan; siapkan kamera dan siap berpose; foto social media kalian pun siap diupdate.
Salah satu momen terkeren di sini ialah saat puluhan merpati terbang mengelilingi menara gereja dengan anggunnya. Butuh kesabaran dan kesigapan untuk mendapatkan foto momen ini, karena kita tidak akan pernah tahu kapan kawanan burung itu akan terbang.
Quote:
Quote:
Semakin malam, rupa katedral ini makin spektakuler. Saya sengaja ke sini lagi untuk mengambil foto versi malam harinya.
Museum tutup sekitar jam 5 sore, jadi hanya bisa menikmati bagian luarnya saja. Lampu-lampu kuning temaram mulai menyala begitu gelap turun. Atmosfer terasa lebih tenang di sekitar alun-alun ini karena volume turis tidak sepadat siang hari. Justru kawasan turis di Harbin lebih "hidup" saat malam hari. Ornamen lampu menghiasi jalan utama membuat suasana di kawasan ini semakin meriah.
Quote:
Untuk memotret di malam hari, dibutuhkan teknik long exposure karena kurangnya cahaya. Ini justru yang menjadi problem utama bagi para fotografer ketika winter. Angin dingin membuat tangan jadi mati rasa cuma dalam semenit, belum lagi besi tripod yang terasa sangat dingin ketika dipegang...
Menunggu kamera memproses shutter beberapa detik pun juga bukanlah hal yang mudah di tengah suhu -30°C. Pasti maunya buru-buru beranjak dari tempat berdiri, karena kalau diam saja tubuh ini benar-benar tersiksa. Tahap menggigil mah udah lewat.
Quote:
Cara ke Saint Sophia Cathedral
Untuk mencapai gereja ini tidak sulit karena lokasinya masih dekat dengan kawasan turis Central Street (Zhong Yang Da Jie). Jadi sangat disarankan untuk mencari penginapan di sekitar wilayah tersebut. Kunjungan lalu, saya stay di Harbin Kazy International Youth Hostel, terletak di Tongjiang Street, hanya berjarak 1 blok dari Central Street.
Cara ke Harbin
*Cara ke Harbin
*Naik apa ke Harbin
Sayangnya belum ada direct flight dari Indonesia ke Harbin Taiping Airport. Namun, ada beberapa pilihan cara:
- Cara cepat: Flight Jakarta - Beijing melalui Singapore menggunakan Garuda atau Singapore Airlines. Transit di Singapore sekitar 2 jam, lalu lanjut terbang lagi ke Beijing. Tiba di Beijing pagi hari, dilanjutkan dengan terbang menggunakan pesawat domestik untuk ke Harbin. Cara ini cepat, namun mahal di biaya.
- Cara murah (cara saya): Flight Jakarta - Beijing (Air Asia) mampir di Malaysia (KLIA 2). Transit sekitar 4 jam, lalu malamnya terbang ke Beijing (connecting flight) hingga tiba di Beijing pagi harinya. Begitu tiba di Beijing bisa naik kereta cepat menuju Harbin. Namun, saya lebih memilih jalan-jalan dulu di ibu kota sekitar 12 jam.
Tas saya titip di Beijing Railway Station, kemudian saya jalan keliling pusat kota sampai malam hari. Begitu malam, badan udah lumayan rontok, saya menuju ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan ke Harbin menggunakan kereta malam.
Bagi yang jatah cuti/liburnya sedikit mungkin ga bisa pake cara ini. Namun jika berminat mencoba, saya jamin pengalaman yang didapat jauh lebih berkesan.
Tambahan dari gan junoon:
Quote:
Original Posted By junoon►
Nambahin alternatif kalo dari Jakarta mau ke Harbin:
Bisa pake pesawat China Southern (transit Guangzhou) atau Xiamen Air (transit Xiamen). Cuma 1x transit terus nyampe deh di Harbin.
Tambahan lagi:
Quote:
Original Posted By junoon►
Nambahin info lagi:
Ternyata sudah ada penerbangan SCOOT dari Singapore ke Harbin.
Cuma belum tiap hari, cuma setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Bisa naik Scoot dari Jakarta, Surabaya, Bali, Pekanbaru, Palembang.
Transit di Singapore.
Perlu diingat!! Jika ingin naik kereta, jangan pesan tiket mepet hari-H!
Saya pesan tiket kereta via online di ctrip.com. Biasanya tiket kereta online China available sekitar 30 hari sebelum jadwal keberangkatan.
Jangan pernah coba-coba pesan tiket langsung di loket stasiun pada hari-H! Never do that!
Selain mungkin kendala bahasa, jumlah penumpang sungguh terlalu banyaknya dan jangan remehin musim liburan China.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Quote:
Quote:
THREAD ROAD LESS TRAVELED
Quote:
Quote:
"It's not just about destination, but the journey"