“Gimana kalo yang dipecahkan itu keperawanan seorang gadis?” Ya harus tanggung jawab dong dengan menikahinya dan memberikan maskimpoi yang layak untuknya.

Tapi bukan khusus itu maksud quote di atas, melainkan tanggung jawab secara umum, terhadap suatu kerusakan barang milik orang lain akibat kelalaian apalagi kesengajaan kita.

Saat ini, tanggung jawab sepertinya sudah sering diabaikan orang, seperti tabrak lari, utang tak dibayar (padahal sudah mampu), atau tak mau menikahi setelah mencicipi.

Karena itu, sifat tanggung jawab ini harus ditanamkan pada anak sejak usia dini. Sifat bertanggung jawab merupakan salah satu pilar dari 18 nilai pendidikan karakter.

Jika seseorang sudah terbiasa bertanggung jawab terhadap hal-hal yang kecil, maka ia akan bertanggung jawab pula dengan hal yang lebih besar.
***
Baru-baru ini viral foto dan berita, bagaimana seorang bocah berusia 6 tahun, menunjukkan sifat tanggung jawabnya, padahal dia hanya melakukan kesalahan kecil, dan itu pun bukan karena kesengajaan.

Dengan ekspresi penyesalan yang mendalam, anak laki-laki itu pergi ke Rumah Sakit, membawa uang Rp.2.000,- serta ‘korban’ yang ditabraknya.

Bocah itu bernama Derek C Lalchhanhima dari Sairang, India. Tidak diketahui apakah cerita itu asli atau cuma rekayasa. Yang jelas ia langsung meminta bantuan medis, setelah menabrak seekor anak ayam dengan sepedanya.


Inilah yang membuat cerita ini bikin ngakak. Masa terhadap anak ayam saja sampai segitunya. Orang dewasa saja kalo nabrak kambing atau hewan piaraan lainnya yang lebih berharga, kalo masih bisa kabur, ya ngacir.

Tapi sifat tanggung jawabnya itu yang mengundang kita kagum padanya.

Ceritanya, siang itu si anak main-main dengan sepedanya. Tiba-tiba tanpa sengaja ia menabrak anak ayam tetangganya, hingga mati.

Mengetahui hal itu, ia kaget dan langsung berlari pulang ke rumahnya untuk minta izin kepada ayahnya, untuk membawa anak ayam itu ke RS.

Setelah diizinkan, ia segera berjalan ke RS membawa anak ayam itu, dan uang 2000 rupiah.

Begitu tiba RS, ia segera memohon kepada dokter untuk menyelamatkan anak ayam itu sambil menyodorkan uang yang dibawanya.

Tentu saja sang dokter menolak, karena selain ia bukan dokter hewan, anak ayam itu juga sudah mati.

Penolakan itu membuatnya semakin sedih, sehingga akhirnya ia menangis terisak-isak. Melihat keunikan perilakunya itu, tenaga medis lainnya langsung mengambil foto anak itu.

Dia semakin terisak, karena selain tidak dibantu, malahan para medis yang lain justru asyik mengambil foto dirinya.

Mungkin karena ia berpikiran biaya pengobatannya kurang sehingga ditolak RS, anak itu segera berlari pulang untuk mengambil lebih banyak uang. Tapi ayahnya segera memberikannya pengertian, bahwa ayam itu sudah mati, tak mungkin bisa dihidupkan kembali.

Sang ayah pun akhirnya takjub dan bangga dengan sifat tanggung jawab dan kasih sayang terhadap hewan yang dimiliki anaknya tersebut.
***
Duh bangganya para orang tua, andai mempunyai anak-anak yang punya sifat sepertinya bocah itu.

Dan Ane rasanya pengen nikah lagi, siapa tahu dari istri kedua, bisa lahir anak seperti itu. (*) Ref