Berdasarkan Pancasila dengan sila pertama bangsa ini dilandasi dengan Menyembah Tuhan yang tunggal, namun lambat laun ada pergeseran dengan apa yang disembah dan diagungkan.



Mungkin kita semua bingung apa itu yang kini disembah mengapa bukan Tuhan lagi mereka inilah "Penyembah Agama" waduh bahas masalah begini memang ngeri-ngeri sedap terlebih lagi tanpa dirasa dan harus diakui mungkin saya, anda dan masyarakat yang tak mengerti agama secara detil, lambat laun baik sadar maupun tidak menjadi seorang penyembah agama.

Cap, Bandrol, bahkan Nama agama seakan lebih penting dibandingkan perintah Tuhan itu sendiri, mereka rela untuk mati demi sebuah nama agama namun terkadang menjadi lucu ketika ada yang berdo'a dan mengancam Tuhan. Entah apa yang terjadi ketika Tuhan tidak terlalu penting dibandingkan nama Agamanya, inilah dilema yang terjadi pada umat yang beragama dan menjadi santapan bully bagi mereka yang tak beragama tapi mereka percaya akan adanya kekuatan Tuhan pencipta alam semesta.

Seringkali di tahun yang penuh dengan politisasi saat ini kita mendengar banyak orang berkoar-koar, penuh dengan semangat yang membakar seakan-akan panglima perang di perang badar. Agama pun dengan suka citanya mereka tunggangi demi sebuah kepentingan pribadi, hingga berani mengancam Tuhan yang menciptakan alam semesta hanya untuk sebuah kursi di pemerintah nanti.



Lahhh... Lohhh... Kok bisa begitu !! Memang agama itu berpolitik ya ? Dengan sangat lantang saya jawab "Iya" mau itu agama samawi ataupun yang tidak secara tak langsung ikut dalam politik praktis. Namun yang jadi masalah ketika berkoar-koar dan memecah belah toleransi antar umat itu yang sangat disayangkan.

Bahkan ledekkan cingkrang, Gamis atau sarungan terdengar di media sosial tanpa ada batas, seakan ledekkan tersebut nikmat bila diungkapkan. Oke kita ungkap sedikit, cingkrang identik dengan Salafi, HTI, Wahabi dan lainnya. Sarungan identik dengan NU, dan kaum santri di nusantara pada umumnya.



Cingkrang itu berdasarkan hadist nabi :

"Barangsiapa memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya kelak di hari kiamat.” Kemudian Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarungku melebihi mata kaki, kecuali aku menyingsingkannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Kamu bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong.” (HR. Al-Bukhari dan sebagiannya diriwayatkan Muslim)

Allah tidak akan melihat kepada orang yang menjulurkan sarungnya di bawah mata kaki karena sombong." (Muttafaq 'Alaih)

Nah inilah perlunya berilmu jadi cingkrang atau kain yang digunakan melebihi mata kaki mereka ini takut dengan kesombongan, sebab raja-raja dahulu pakaiannya mengenai tanah dan ia pun sombong dengan singgasananya. Lucu bila ada yang meledek kaum cingkrang yang bergairah dengan pemilu dan melakukan berbagai cara untuk menang, menurut ilmu saya yang dhaif itu keliru mereka tak setuju dengan pemilu bahkan ada yang mengharamkan pemilu, karena pemilihan pemimpin seharusnya tidak dilakukan oleh masyarakat namun oleh musyawarah dan mufakat di antara tetua majlis ulama.



Sedangkan kaum sarungan sendiri mengapa identik dengan kaum nasionalis. Sedikit bicara sejarah dari sarung yang berasal dari Yaman ketika masuk ke nusantara, walau di timur tengah sendiri sarung digunakan untuk selimut bukan pakaian untuk ibadah. Namun di sini sarung erat dengan hal yang sakral, karena di zaman kolonialisme sarung menjadi simbol perlawanan bagi penjajah yang bergaya modern dengan jas, dasi dan celana panjang. Hingga simbol sarung ini pun menjadi identitas bagi mereka yang melawan kaum penjajah terlebih lagi kaum santri. Sungguh dibalik makna sarung ada patriotisme yang sejati.

Untuk itu janganlah suka meledek antara kaum cingkrang dan sarungan, banyak masyarakat yang kurang ilmu hanya ikut-ikutan dan secara tak sadar memecah belah persatuan. Terlebih lagi fanatik buta terhadap agamanya bahkan ajaran dari gurunya hingga rela mengkafirkan yang seiman, padahal perintah Tuhan tidak demikian.



Berhubung ane muslim jadi ini perintah Tuhan untuk umat Islam.

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahah: 8).

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah: 8).

Ingatlah, siapa yang mendzalimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).

“Siapa yang membunuh kafir Mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun” (HR. Bukhari).

Lalu mengapa sekarang ini umat Islam di giring untuk membenci orang lain, digiring untuk membela orang yang sebenarnya politikus sejati yang tak bisa diambil janjinya hingga membawa nama agama ?

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).

Bila mengutip ayat diatas calon pemimpin manakah yang shalatnya rajin dan tekun ? Dua-duanya shalat gan, nah beres... Untuk apa saling bertikai, untuk apa saling menjelekkan, toh dua-duanya menyebut nama Tuhan.



Untuk itu jadilah kaum yang menyembah Tuhan jangan menjadi penyembah agama, sebab agama hanyalah label dan bisa saja berganti nama karena yang disembah hanya Tuhan yang tunggal.

:terimakasih:terimakasih:terimakasih

:nyantai

Serupuutt nyok..

c4punk@2019

Referensi Disini, Disinidan Disini