trifatoyahAvatar border
TS
trifatoyah
Ketulusan Hati
Ketulusan Hati



Menjadi tukang sapu jalanan bukanlah impianku. Apalagi cita-cita, tapi apalah daya aku yang terlahir dari seorang penyapu jalanan, tak punya pilihan lain. Mungkin benar, buah takkan jatuh jauh dari pohonnya. Walaupun berkali-kali kupatahkan pepatah itu, nyatanya aku tak berhasil. Ketika Bapak sakit, tak ada yang menggantikan tugasnya.

Rasanya ingin menjerit sekeras-kerasnya, guna menghilangkan gundah dihati. Untuk menghindar dari tugas ini, rasanya tak mungkin, akulah anak tertua bapak dan ibu. Sementara tiga adikku masih kecil-kecil. Butuh biaya banyak untuk dapat menyambung hidup.

"Ibu tahu, Ning betapa beratnya kamu menjalankan tugas itu, kamu seorang mahasiswa, harus menyapu jalanan tiap pagi, tapi harus bagaimana lagi, sejak Bapak diserempet mobil dua Minggu yang lalu, kaki Bapak sulit untuk digerakkan."

"Ini memang sudah kewajibanku, Bu. Jadi ibu tak perlu khawatir, InsyaAllah, aku kuat dan bisa menggantikan Bapak."

Berusaha kuyakinkan ibu, agar tidak sedih berlarut-larut. Yang aku tak bisa terima, mengapa orang yang membuat Bapak sakit, tidak bertanggungjawab?

Setelah pamit dengan mencium punggung tangan, ibu dan bapak. Kulajukan motor Honda butut pinjaman Paman Bandi, adik dari bapak, dengan kecepatan sedang. Tak lama kemudian sampailah aku di depan kecamatan. Tak ada yang mengenaliku, karena masker yang menutup muka kecuali mata.

Ketika sedang menyapu, sebuah mobil menderu dengan kecepatan kencang, genangan sisa air hujan langsung terciprat ke muka dan seluruh badanku. Buliran bening tak dapat kutahan, sakit rasanya. Baju dan muka basah, tapi tak sebasah hatiku yang merasakan nelangsa sebagai orang kecil.

"Nyetir begajulan! Dasar orang kaya tidak tahu diri," umpatku dalam hati.

"Tukang sapu baru ya?" tanya cowok tinggi kurus, yang juga memegang sapu. Aku mengangguk, kemudian melanjutkan menyapu dengan gerakan cepat, berharap sebentar lagi pekerjaan selesai.

"Bajumu basah, sebaiknya kamu pulang saja, biar aku yang mengerjakannya."

"Terimakasih, tapi ini tugasku."

"Apa kamu anak Pak sadiqin?" tanyanya lagi, dengan mengumpulkan daun-daun serta sampah yang berserakan. Kujawab pertanyaannya dengan anggukan.

"Besok kamu tidak usah nyapu, biar aku saja."

"Memang kenapa?"

"Apa, bapakmu tidak cerita, kalau aku akan melamarmu?"

Bumi tempatku berpijak seakan goyang, tak bisa kaki ini menapak sempurna, goncangan dahsyat begitu terasa. Tidak mungkin, masa iya aku anak tukang sapu, harus bersuamikan tukang sapu juga, yang benar saja!

***

Rasanya ingin marah tapi dia bapakku, melihat tak berdaya di pembaringan, membuat rasa marahku hilang. Apa berarti aku harus menerima lamaran si Bejo. Bagaimana dengan cita-citaku?

Hanya karena hutang bapak pada si Bejo, sebesar satu juta, aku harus mau menikah dengannya, begitu murah kah harga diri wanita miskin? Aku tidak boleh menyerah, besok pagi harus mencari kerja yang lebih layak, diri ini tidak membenci pekerjaan tukang sapu, tapi kalau masih menyapu berarti pertemuan dengan si Bejo itu tak bisa dihindarkan.

"Ning, percayalah setelah setelah kesusahan, pasti ada kemudahan."

Kata-kata ibu terngiang-ngiang di telinga. Benar juga, akhirnya aku diterima bekerja di klinik Dokter Galih. Pekerjaan apapun yang diperintahkan dokter penuh wibawa itu aku lakukan, semua ini demi masa depanku.

Bapak bisa berobat gratis dengan dokter Galih, sedikit-demi sedikit kakinya mulai dapat digerakkan. Ucap syukur tak henti-hentinya kami ucapkan. Yakin sekali pada Allah, kalau pertolongan Allah begitu dekat.

Baru saja bapak keluar dari ruang periksa, dengan tongkat pemberian dokter Galih, tiba-tiba bapak berteriak.

"Dia! Laki-laki itu yang telah membuat Bapak jadi begini!"

Aku menoleh, alangkah terkejutnya, dada ini gemuruh tak karuan, nafasku memburu cepat, tidak percaya, kalau orang yang telah membuat bapak celaka adalah Mas Wisnu, anak dokter Galih yang selama ini baik padaku.

***

Aku tidak tahu rahasia dalam hidup ini. Kejadian demi kejadian yang kualami, adalah ujian yang harus dilewati dengan ikhlas. Karena Allah tidak akan lupa dengan janjinya. Satu tahun kemudian, Mas Wisnu resmi menjadi suamiku. Kami hidup bahagia dengan dua putri kecil yang cantik-cantik.
swiitdebby
kanekimv
kanekimv dan swiitdebby memberi reputasi
9
2.1K
35
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThreadā€¢41.6KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.