Oke ini tentang aku dan dia. Pacar ku saat ini. Aku tau aku sudah dewasa dan aku masih belum bisa terbuka tentang hubungan percintaan ku pada semua orang. Entah kapan aku akan bisa mengatakan dengan gamblang bahawa aku sudah berpacaran dan dia adalah pacarku. Atau istilahnya go public.
Dia dia laki laki yang baik perhatian atau bahkan sangat perhatian. Dalam hal perlakuan dia adalah laki laki yang wanita mau. Dia bisa memperlakukan wanita dengan amat sangat baik. Dan ya aku berbicara seperti ini karena itu benar yang kurasakan. Dia sangat perduli dengan ku bahkan dalam hal kecil sekalipun. Dia sangat perduli jika aku kedinginan. Dia sangat perduli jika aku kehausan. Dia akan sangat perduli jika aku merasa tidak nyaman. Dia akan mengalah. Dia akan meminta maaf jika ada perselisihan diantara kita.
Tidak ada gading yang tak retak. Maka tidak ada hal yang sepenuhnya sempurna
Dia seperti yang lainya dia juga punya kekurangan. Dia mahasiswa. Semester tua yang tidak juga lulus. Ipk nya jelek dan banyak mata kuliah yang wajib di ulang. Dia bilang gampang SP aja. Aku tidak suka dengan caranya yang seperti itu. Karena kurasa itu akan sangat memperlambat kelulusanya. Dan itu membuatku kawatir. Aku kawatir dia akan lebih lama lagi kuliah. Maksudku aku mencintainya dan aku ingin dia menjadi suami ku nantinya. Lalu jika dia tidak juga lulus, kapan dia akan bekerja dan menikahiku. Karena kurasa aku bukan wanita yang muda lagi. Usiaku sudah memasuki 24 tahun apkah aku cukup kuat jika masih harus menunggunya lebih lama lagi. Jika dia membutuhkan waktu 3 tahun untuk lulus dan bekerja. apakah aku akun menunggunya dan menikah di usia 27 tahun. Bagaimana jika ketika aku yakin menunggu namun dia menjadi tidak menyukai ku. Itu aku juga takut.
Diq karena aku sangat mencintainya sehingga aku sangat membutuhkan perhatianya. Aku sering sakit hati dengan kesalahan kecil yang dia lakukan. Aku tidak pernah merasakan itu pada kekasihku sebelum"nya. Kadang hal ini membuatku takut. Takut jika dia tidak lagi menyukai ku karena sikap ku ini. Jadi aku menyembunyikan rasa marah ku agar kita bisa tetap baik baik saja. Kadang jika rasa marah yang ku sembunyikan sudah menumpuk dan penuh. Aku mengalah. Aku berfikir bisa mengiklaskan dia dan berfikir lebih baik kita berpisah dan tak ada kesakitan yang berlanjut lagi. Tidak perlu menyembunyikan amarah lagi. Karena dia buka lagi pacarku dan aku tidak perlu lagi memikirkanya. Sebenarnya jika aku sudah sangat marah aku mulai belajar untuk mengiklas kan dirinya. Meyakinkan diri, aku akan baik baik saja tanpa dia di hidupku. Atau bahkan aku pernah berpikir setelah aku mengiklaskanya aku akan menikah. Dengan siapa saja orang yang pantas dengan ku walau tapan ada rasa cinta padanya. Atau karena aku sudah tidak percaya cinta lagi.
Dia entah pantas tidak aku membahas ini. Tapi itu sebenarnya juga sesuatu yang sering kupikirkan. Dia dia mahasiswa dan aku seorang pekerja. Dalam sebuah hubungan seperti pacaran maka kita akan berkencan. Pergi kesuatu tempat. Menonton atau makan. Dalam hal itu aku lah yang sering mengeluarkan uang. Aku yang lebih banyak membayar tagihan atau tiket jika kita sedang berkwncan atu berpergian. Aku tidak tau apakah aku perhutungan atau seperti apa . Jika di persentase dari 100%, 20% dia akan membayar tagihan atau tiket sisanya aku yang akan membayar. Sebenarnya kukira aku tidak seharusnya membahas ini. Tapi dengan jujur ku katakan hal ini cukup menggangu pikiran ku

Selanjutnya aku takut untuk berencana tentang hubungan ku dengan dia kedepanya. Aku merasa aku masih belum bisa melihat kejelasan disana. Jadi aku suka bilang jalanin aja deh. Dan dia segera mengiyakan usulku. Sebenarnya ketika dia mengiyakan untuk menjalani hubungan ini tanpa rencana. Itu cukup menyakitiku. Tapi bagaimana lagi aku tidak akan bisa menuntut dan marah.
Dan beginilah ceritaku. Aku tidak minta saran dari kalian tapi aku meminta komentar kalian. Kalian boleh menyalahkan . Dan juga boleh memberikan saran. Trimakasih.