londo.046Avatar border
TS
londo.046
Anda Dapat Apa?


Masih soal pemilu dan segala hal yang mengikutinya. Kadang, saya bertanya dalam hati, apa sih yang kita dapatkan dengan membela mati-matian tokoh, atau partai politik pilihan kita? Saya tidak sedang membahas kader, makelar politik atau semua yang terlibat langsung dalam pemenangan tokoh dan partai saya. Tapi saya ingin mengambil sudut pandang orang biasa. Manusia normal, Warga Negara Indonesia yang tidak terkontaminasi kepentingan politik praktis.



Dalam konteks pemilihan Presiden, saya mencoba netral dan melihat dengan jernih kedua pasangan. Meskipun di salah satu pasangan, berkumpul tokoh-tokoh dan organisasi yang kurang saya suka, karena ideologinya. Saya mencari program unggulan apa saja yang mereka jual untuk bekal mereka memikat rakyat. Dari situ akan muncul penilaian saya, program ini berguna tidak untuk saya dan lingkungan saya. Kedua, mungkin tidak program ini terealisasi? Selanjutnya, bagaimana cara merealisasikan program yang diajukan itu.



Dari situ munculah kelakuan lucu para peserta pemilu. Ada yang mengatakan, bahwa harga kebutuhan pokok di pasar tradisional itu mahal. OK, saya terima dulu. Lalu sang calon menjanjikan akan menurunkan harga kebutuhan pokok di pasar. Wah hebat! Gimana caranya? Itulah yang masih menjadi misteri. Karena sang calon tidak kunjung memberi tahukan solusinya. Apa perlu saya ikut kampanye mereka dan menanyakan itu langsung kepada mereka? Jika iya, mungkin akan saya lakukan.



Di sisi lain, saat bertemu dengan petani, calon yang sama berlaga prihatin dengan harga panen yang dibeli murah. Lho, kok bisa? Kan harga di pasar tadi tinggi. Kok di petani bisa dibeli murah? Adakah mis di sini? Saya mencoba menunggu. Apakah pasangan ini akan membuka sebuah skandal kartel, mafia besar yang bermain di produk-produk pertanian dan kebutuhan pangan. Nyatanya, sampai detik ini tidak ada. Jadi? Saya mulai ragu dengan pasangan ini.



Pada kubu sebelahnya ada juga gebrakan kontroversial. Apa itu? Soal pengangguran yang konon katanya akan digaji!Maaf saja, buat saya ini kebijakan bodoh! Dengan basic seorang pengusaha, masak hal sepele tentang prinsip kail dan ikan tidak pahan? Tapi track record sang penyembur ide ini cukup kejam! Lha berani hapus berbagai subsidi untuk modal kerja bangun infrastuktur dan usaha produktif lainnya untuk menyerap banyak tenaga kerja kok. Baik, mari kita cari apa maunya.



Cari-cari info, akhirnya dapatlah penjelasan soal pengangguran yang digaji ini berdasarkan keterangan Menteri Tenaga Kerja.Intinya adalah, akan diterbitkan kartu pra kerja. Pemilik dari kartu tersebut, akan diberikan pelatihan untuk siap kerja. Selama pelatihan, pemegang kartu akan mendapatkan insentif (gaji). Tapi hal ini masih akan dikaji. Di sini kan terbuka ruang untuk diskusi ya. Logika saja, pengangguran punya duit buat transport tidak? Mungkin honornya bisa dipakai untuk transport.

Pengalaman di Kudus yang memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai, BLK alias Balai Latihan Kerja juga membagikan alat-alat untuk kerja produktif setelah si peserta lulus dari sana. Jadi yang mengambil keterampilan menjahit, akan dapat satu set peralatan jahit. Yang ikut latihan kerja memasak, akan dapat alat-alat masak, mulai dari kompor sampai oven, setelah mereka menyelesaikan pelatihan dengan kehadiran yang memenuhi syarat. Tapi, soal honor, sepertinya tidak ada. Dan memang sebaiknya tidak ada, atau kalaupun ada, hanya sebagai pengganti uang transport tadi.



Di atas adalah cara saya melihat dengan jernih. Lalu di mana posisi anda? Jika anda seorang pengangguran bermartabat, carilah calon yang bisa membawa anda ke jalan yang lebih baik. Apa itu? Calon yang bisa menciptakan lapangan kerja yang real dan nyata. Kalau anda seorang pengusasha hitam, hehehe. tentu akan mencari yang enak diajak main belakang. Sama, jika anda PNS malas kerja, tentu malas milih pemimpin yang gila kerja. Enakan yang slow, santai, tapi duit lancar.

Yang mengherankan, sudah tidak jelas akan mendapat manfaat apa dari calon yang didukung, tapi mati-matian mendukung. Nah, makhluk seperti inilah yang tidak bisa saya pahami. Malas mencari informasi, tapi paling getol menebar narasi. Kalau narasinya benar, tidak pelintiran, OK. Tapi gimana jika narasinya penuh ilusi? Ini yang bahaya. So, mari tetap waras, tetap egois untuk kepentingan dasar kita (sejahtera) dan selalu gunakan akal, hati dan nurani untuk memberi nilai. Salam Damai.


Merdeka!

Sumber referensi : sini
Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini, sini, sini, sini
32
8.2K
121
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.