Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

londo.046Avatar border
TS
londo.046
Mengerek Elektabilitas
Mengerek Elektabilitas

Pemilu 17 April bukan hanya soal memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu bulan depan juga menjadi pertaruhan bagi partai-partai politik untuk tetap eksis di Indonesia. Ambang batas 4% menjadi monster yang menakutkan bagi partai-partai peserta pemilu tahun ini. Tidak heran, jika partai politik mulai berhitung dengan peluang mereka. Jauh hari, sebenarnya partai politik sudah mempunyai cara untuk mengerek elektabilitas mereka.

Mengerek Elektabilitas

Menggandeng artis, adalah cara konvensional dan mudah bagi partai politik untuk meraup suara. Suka tidak suka, artis mempunyai latar fans yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Keuntungan elektoral inilah yang coba diambil oleh partai politik. Soal kompetensi? Nanti dulu. Saya tidak meremehkan kepintaran seorang artis. Tapi akan lebih baik jika ada semacam test terbuka untuk semua calon anggota legislatif. Sekali lagi, tidak ada aturan yang membatasi seseorang untuk mencalonkan diri asal semua syarat terpenuhi.

Mengerek Elektabilitas

Strategi "unik" lainnya adalah memasang tokoh dengan karakter kuat di daerah lumbung suara lawan. Sebagai contoh, saya ambil Daerah Pemilihan Jatim VII. Pada pemilu 2014 yang lalu, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, memperoleh suara tertinggi di sini. Putra kedua SBY tersebut memperoleh 243.747 suara. Jauh meninggalkan Sirmadi Tjondropragolo dari PDIP yang ada di urutan kedua dengan 77.100 suara.

Mengerek Elektabilitas


Raihan suara Ibas 5 tahun lalu, sepertinya membuat PDIP berfikir ulang tentang strategi pemenangan di Dapil Jatim VII. Untuk menandingi popularitas Ibas di sana, PDIP menempatkan kader populernya di Dpil Jatim VII. Yang pertama, mantan juru bicara KPK Johan Budi SP. Dan yang kedua, Budiman Sudjatmiko. Mereka seolah mendapat "misi khusus" untuk merusak, menggerogoti dan merebut suara Ibas yang memang luar biasa di sana. Bisakah? Tergantung konstelasi yang terjadi menjelang hari pencoblosan.

Mengerek Elektabilitas


Satu hal yang pasti, dua nama yang PDIP keluarkan untuk menjadi lawan Ibas bukanlah tokoh kemarin sore. Kita semua tahu bagaimana reputasi seorang Johan Budi. Sebagai mantan juru bicara KPK, wajahnya sering nongol di TV. Memberikan informasi komprehensif tentang operasi yang dilakukan oleh KPK. Di benak khalayak umum, rakyat, sudah pasti akan terbentuk stigma kalau Johan Budi anti korupsi dan Johan Budi orang baik..

Budiman pun sama. Sebagai mantan aktivis era orde baru, pengalaman nya menggalang masa sudah tidak diragukan lagi. Saat Soeharto masih berkuasa dan sedang kuat-kuatnya saja dia bisa mengorganisasi petani di Cipari untuk berunjuk rasa di Jakarta, meski akhirnya tertangkap tentara (baca buku Anak-Anak Revolusi) apalagi di jaman terbuka seperti saat ini. Dimana kebebasan berekspresi sangat diakui selama tidak melanggar UU.

Mengerek Elektabilitas


Well, apapun cara untuk mengerek elektabilitas itu sah selama tidak melanggar aturan, membohongi rakyat dengan janji tak masuk akal, menyebarkan hoax dan fitnah, apalagi bersandiwara. Jangan!Bertarung dan berkompetisilah dengan jujur. Pun dengan rakyat, jangan mau lah dibodohi dengan janji surga dan omong kosong belaka. Orang baik, akan fokus dengan apa yang akan dilakukannya, bukan menyerang kepada lawannya, untuk menutupi ketidak bisaan dan kebodohannya. Salam Damai.


Merdeka!


Sumber Referensi : sini, sini
Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini, sini, sini
Diubah oleh londo.046 12-03-2019 06:16
15
6.8K
76
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.