Jeli sisir filum ctenophora tidak memiliki sel menyengat dan memiliki sistem reproduksi yang lebih sederhana daripada kebanyakan jeli. | Lagunatics /Shutterstock
Makhluk primitif yang disebut jeli sisir berkutil tidak memiliki lubang permanen untuk mengeluarkan kotoran.
Penelitian baru dari Amerika Serikat yang dipublikasikan di jurnal
Invertebrate Biology ini menunjukkan bahwa makhluk laut transparan itu mampu memunculkan anus baru setiap kali mereka buang air besar. Ketika mereka selesai dengan aktivitas membuang hajat, anus yang baru terbentuk menghilang tanpa jejak.
Sistem pencernaan pada dasarnya adalah proses yang bertanggung jawab atas bagaimana hewan mendapatkan nutrisi dari makanan. Proses ini biasanya melibatkan cara agar makanan masuk ke dalam tubuh hewan, cara agar kotoran keluar, dan mekanisme untuk mengekstrak kebaikan di tengah proses.
Kerajaan hewan memiliki beragam teknik dan pengaturan yang sangat beragam di mana spesies-spesies telah berevolusi secara independen untuk memaksimalkan nutrisi mereka.
Organisme sederhana kerap memiliki tabung tunggal yang menghubungkan mulut ke anus dan nutrisi sederhana
berdifusi ke dalam tubuhnya. Lainnya, hewan yang lebih kompleks, memiliki proses yang lebih aktif dan beberapa tahap.
Anus sementara dari jeli sisir berkutil dianggap unik di dunia hewan.
"Tidak ada dokumentasi anus sementara pada hewan lain yang saya tahu," kata Sidney Tamm, penulis studi baru dan ahli biologi di Marine Biological Laboratory di Woods Hole, Massachusetts, kepada
New Scientist (5/3).
Jeli sisir berkutil (
Mnemiopsis leidyi) atau kenari laut termasuk dalam kelompok makhluk mirip ubur-ubur yang disebut
ctenophora. Penghuni samudra ini berasal dari salah satu garis keturunan hewan tertua dan memiliki nenek moyang yang hidup di periode Kambria sekitar 525 juta tahun yang lalu.
Tidak seperti ubur-ubur sejati yang memiliki lubang usus tunggal yang berfungsi sebagai mulut dan anus secara bersamaan,
ctenophora memiliki usus yang sangat baik dengan sejumlah spesies bahkan cukup beruntung untuk melakukan beberapa peluncuran kotoran.
Dalam kasus kenari laut, Tamm berjuang untuk melacak keberadaan anus. "Anus tidak terlihat ketika hewan itu tidak buang kotoran," kata Tamm. "Tidak ada jejak di bawah mikroskop. Lubang itu tidak terlihat oleh saya."
Jeli itu melahap
krustasea kecil dan bayi ikan melalui celah yang dapat kita anggap sebagai mulut dengan bibir. Dari sana, makanan melewati tenggorokan dan menuruni kerongkongan yang menggiling makanan, dan akhirnya ke perut berbentuk corong.
Setiap komponen besar yang tidak dapat dicerna dikirim kembali dan keluar dari mulut. Sementara sisanya memasuki jaringan percabangan kanal yang mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh.
Tahap terakhir dari perjalanan makanan melibatkan dua kanal yang masing-masing berakhir di “jalan buntu” berbentuk Y. Selalu diasumsikan bahwa ada semacam lubang di masing-masing darinya untuk potongan makanan yang diolah. Keberadaan lubang inilah yang tidak dapat ditemukan Tamm.
Dengan menggunakan mikroskop video, Tamm dapat mengamati rutinitas buang air besar yang unik dari jeli sisir. Saat limbah menumpuk di usus hewan (atau gastrodermis), ia membengkak hingga menyentuh lapisan luar yang disebut epidermis. Sesampai di sana, gastrodermis dan epidermis bergabung untuk membentuk lubang anal yang menutup setelah ekskresi.
Oleh karena usus dan epidermis hanya setebal sel tunggal, prosesnya cukup cepat. Larva jeli sisir berkutil menumbuhkan anus setiap sepuluh menit. Sementara yang sudah dewasa, yang panjangnya lima sentimeter, tetap rutin setiap jam.
Tamm percaya bahwa penemuan baru ini dapat membantu kita lebih memahami bagaimana organisme lubang tunggal membuat transisi ke usus. Anus jeli sisir yang muncul dan hilang dapat mewakili dasar evolusi yang memunculkan saluran pencernaan modern dan sistem saraf.