Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

XinHua.NewsAvatar border
TS
XinHua.News
Jejaring Peternak China di Kawasan Gunung Padang
butuh waktu setidaknya satu jam perjalanan dari Kota Cianjur menuju Desa Cibokor di kawasan Gunung Padang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dari Kota Cianjur, desa itu berjarak kurang-lebih 30 kilometer ke arah selatan. Kendaraan harus melewati medan perbukitan yang cukup menantang.

Beruntung, sejak Gunung Padang terkenal karena berita misteri piramida di dalam gunung tersebut pada 2011, jalan ke Cibokor diperhalus. Sebab, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik mengunjungi Gunung Padang.

Cibokor hanya 1,5 kilometer dari Gunung Padang. Di desa itulah, persisnya di Dusun Ciduyun, Guohui Chen, seorang warga negara China, membangun usaha peternakan ayam petelur sejak 2017. Peternakan dengan bendera PT Indah Tunggal Alami itu menempati lahan seluas 2 hektare.

Dari jalan, peternakan milik Chen berjarak sekitar 200 meter. Jalan masuk ke peternakan masih berupa bebatuan. Sebelum masuk ke area peternakan, sebuah gerbang berwarna biru menyambut. Di gerbang itu tertempel segel ‘Dalam Pengawasan’ dari Satpol PP Kabupaten Cianjur.

Segel itu terkait dengan pelanggaran Perda Nomor 14 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung. Ditengarai izin kandang ayam itu bermasalah. Peternakan Chen juga dianggap melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).

Penindakan itu merupakan buntut dari sidak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Cianjur. Sidak pada 13 Februari 2019 itu pulalah yang membuat nama Chen moncer. Sebab, saat disidak Chen bukan menunjukkan dokumen-dokumen ketenagakerjaan dan perizinan usaha, melainkan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) untuk warga negara asing, paspor, dan kartu izin tinggal tetap (Kitap) di Indonesia.

Foto e-KTP Chen yang mirip dengan e-KTP warga negara Indonesia pada umumnya segera viral di media sosial. Bahkan muncul kasus nomor induk kependudukan (NIK) pada KTP Chen terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 di Cianjur. KPU telah mengakui terjadinya kesalahan input data NIK Chen.

Meski muncul masalah itu, peternakan Chen tetap beroperasi seperti biasa. Ada sekitar 60 ribu ekor ayam petelur yang ditampung di kandang-kandang berukuran besar. Telur-telur seharga Rp 20 ribu per kilogram itu dilempar ke agen-agen pemasaran di Cianjur dan Sukabumi. Setidaknya begitu pengakuan seorang karyawan Chen.

Karyawan itu bilang Chen mempekerjakan sekitar 30 warga setempat sebagai buruh. Mereka masuk pagi dan sore hari untuk memberi makan ayam, mengambil telur, membersihkan kandang, serta mengangkut telur ke kota dengan truk. “Koh Chen bisa bahasa Indonesia, tapi belum lancar,” katanya.

Chen setiap hari ke kandang ayam. Namun sejak fotonya muncul di televisi, ini ia belum ke lokasi. Saat detikX menyambangi peternakan itu pada Kamis, 28 Februari, yang nongol justru pria keturunan China bernama Ho Kok Liang. Ia baru datang hari itu untuk menjaga peternakan Chen. “Nggak tahu (Chen) di mana. Pas gajian lagi ini,” katanya.

Liang, yang sudah menjadi WNI, mengaku mengenal Chen. Sebab, Chen adalah kawan baik bosnya, seorang pengusaha asal China yang juga punya peternakan ayam petelur di Desa Cintaasih, Cibeber. Namun keduanya berbeda perusahaan. “Koh Chen juga sering main ke sana (Cintaasih),” kata Liang. Bosnya itu pulalah yang menyuruhnya pergi ke peternakan Chen untuk melakukan pengawasan.

Menurut dia, bukan hanya dua peternakan ini yang dimiliki pengusaha dari China. Tak jauh dari kandang ayam Chen, berdiri peternakan besar bernama Ekaria Farm, persisnya di Desa Kanoman. Peternakan itu punya seorang warga asal China yang biasa disapa Koh Ang. Baik bosnya maupun Chen juga berkawan dengan Koh Ang. “Ya, kadang saling pinjam barang,” kata Liang.

Menurut seorang warga Desa Kanoman, Koh Ang membuka peternakan ayam di desanya sejak 18 tahun lalu. Lahan untuk peternakan ayam seluas 12 hektare dibeli Koh Ang dari para penduduk setempat. “Waktu itu dia beli tanah dengan harga Rp 6.000 per meter persegi,” kata warga tersebut kepada detikX di Desa Kanoman, Kamis, 28 Februari.

detikX mencoba mendatangi Ekaria Farm yang terletak di atas perbukitan Kanoman. Dari jalan raya, peternakan itu berjarak sekitar 3 kilometer dengan jalan menanjak dan sedikit rusak. Kompleks peternakan milik Koh Ang dilingkari pagar tembok tinggi. Sebuah gerbang di depan menjadi pintu utama ke area peternakan.

Di dekat gerbang, terdapat beberapa gudang dan garasi tempat memarkir truk-truk operasional. Menjelang petang itu, Koh Ang terlihat sedang menutup pintu gudang. Ketika detikX mendekat, ia menanyakan apa keperluannya. Saat dijawab ingin wawancara seputar bisnisnya, laki-laki berkacamata itu menolak. “Cari yang lain saja,” katanya sambil berlalu.

Menurut seorang karyawan Ekaria Farm, Koh Ang mempekerjakan 150 warga sekitar menjadi buruh ayam petelur. Ia mengaku selama ini tidak pernah melihat tenaga kerja asing di peternakan itu. “Kalau Koh Ang sendiri sudah jadi WNI. Sehari-hari tinggal di rumah yang berada di dalam,” katanya.

Koh Ang boleh dibilang salah satu pengusaha ternak ayam petelur paling awal di Cibeber. Lambat laun jaringan para pengusaha China ini mulai meluas hingga banyak peternakan ayam berdiri di Cibeber. Di Desa Kanoman saja, setidaknya ada delapan kandang ayam milik pengusaha asal China. “Ada satu itu di atas. Yang punya Koh Ali namanya,” kata karyawan Ekaria Farm.

Kontur daerah yang merupakan perbukitan dan masih jarangnya permukiman membuat pengusaha-pengusaha peternakan itu leluasa membangun usaha mereka. Selain warga asal China, di berbagai tempat Cibeber dan Campaka, yang juga dekat dengan Gunung Padang, juga ada peternakan milik warga Korea.

Selain menjadi direktur di PT Indah Tunggal Alami, Chen sendiri menjabat direktur keuangan di PT Saudara Makmur, perusahaan milik orang keturunan China, A Wei, yang kabarnya juga berekspansi bisnis peternakan ayam di Cianjur. Dari salinan akta pendirian PT Indah Tunggal Alami yang dilihat detikX, Chen mendirikan perusahaan peternakan itu dengan modal awal Rp 5 miliar. Chen adalah pemegang saham mayoritas. Di bawahnya ada beberapa orang warga negara China yang duduk di kursi direksi.

Peternakan ayam yang dikelola pengusaha asal China atau keturunan juga mudah dijumpai di Cianjur bagian utara, terutama di Kecamatan Cikalong. Salah satu peternakan itu adalah Hana Farm, milik pengusaha Heru Djadi. Peternakan ini sudah berusia 30 tahun. “Sudah turun-temurun,” kata Heru di kepada detikX, Rabu, 27 Februari.

Menurut Heru, Hana Farm menampung 120 ribu ayam petelur di kandang dengan lahan seluas 4 hektare. Dalam sehari, ia bisa mengirimkan sekitar 3 ton telur ke Jakarta. “Di sini ayam banyak jenis perusahaannya,” katanya. Ia menambahkan, di sekitar Cikalong banyak peternakan ayam yang dimiliki pengusaha China, seperti Grup Krida dan Manggis.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Sukabumi Nurudin mengakui WNA asal China di Cianjur sebagian merupakan bos-bos perusahaan, khususnya peternakan itu. "Ada yang kerja di peternakan, perusahaan, jadi dirut, komisaris dan direktur kuangan," katanya.

Nurudin menegaskan WNA China yang berada di wilayahnya legal. Kantor Imigrasi memiliki tim yang terus mengawasi pergerakan WNA tersebut, baik di Cianjur maupun Sukabumi. "Iyalah (legal). Kalau nggak legal, nggak mungkin diberi Kitap. Kita punya tim gabungan yang sifatnya fungsional yang mengkoordinasikan pengawasan WNA,” katanya.

https://x.detik.com/detail/investiga...Gunung-Padang/

ternak gan
0
2.9K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.