Ku ucapkan salam dari hati yang paling bening. hati yang terbuat dari sekumpulan kaca yang mudah pecah, juga hati yang mudah retak. kau mungkin begitu akrab denganku, tapi kau tak pernah mau mengenalku. Kau sangat membenciku padahal aku tak pernah membencimu. Kau lebih memilih menjauh dariku, padahal aku selalu berusaha mendekatimu.

Aku selalu melihatmu tapi kau tak pernah melihatku, kau berharap agar aku begitu jauh darimu padahal aku berharap agar aku begitu dekat denganmu . aku selalu bersamamu tapi kau selalu merasa sendiri. Aku selalu berusaha menghiburmu tapi kau lebih memilih menangis.

Aku banyak melihat, mendengar, dan merasakan tentangmu. Tapi kau tak pernah sedikitpun mau mengerti. apakah kehilangan telah mengajarkanmu rasa takut yang berlebihan?, rasa takut yang memalingkan wajahmu dari wajahku. Sungguh Jangan kau palingkan wajahmu, sayang. aku begitu rindu keindahan matamu. Keindahan yang membawa napas surgawi pada setiap hembusnya. Keindahan yang mampu menghilangkan daya gravitasi dari setiap jengkal tubuhku.

sejak cinta lahir dalam hatiku, aku percaya, kau adalah semesta kecil yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hariku. Seperti hawa yang tercipta untuk adam, seperti Juliet yang terlahir untuk Romeo, juga Eliose yang hidup untuk Abelard. Mungkin juga aku terlahir untuk melengkapi kesempurnaanmu.

tapi aku tak pernah berharap lebih dari apa yang aku ingin, aku hanya berharap kau mau melihatku, itu saja. Sebab aku sepenuhnya memahami, bahwa aku tak pernah mampu menjadi bagian dari hari-harimu. Kau mau melihatku saja itu sudah lebih dari cukup. Sebab aku menyadari bahwa keinginan memilikimu adalah suatu hal yang kekanak-kanakan. Tuhan pun akan mentertawakan keinginan yang semacam ini. Memiliki adalah hal yang paling egois. Semua orang berhak atas kemerdekaannya, begitu juga kamu. Kau berhak atas kebebasanmu.maka aku tak perlu memilikimu.

Biarlah aku mencintaimu tanpa pernah tahu memilikimu. Biarlah aku mengagumimu tanpa kau harus mengagumiku. Biarlah aku menunggumu tanpa pernah tahu kapan kau akan datang.

dalam air mata yang jatuh dengan hening, aku merangkum kata-kata, lalu menjadikannya seikat aksara yang ku balut dalam doa-doa panjang. Ku doakan kebahagiaanmu dan keselamatanmu, juga segala kebaikan untukmu.

aku masih aku yang dulu, yang merindukanmu tanpa tahu berhenti. aku masih aku yang dulu, yang mencintaimu tanpa pernah mengenal selesai apalagi usai.

Guntur Rendi Guntoro
16 Januari 2015