Fenomena Nota Kosong adalah masalah yang sangat klasik dan mainstream dalam dunia perdagangan. Hampir setiap kali Ane belanja di pasar atau di toko, terdengar seseorang ngomong gini: “Minta Nota Kosong aja!”

Sangking jamaknya peristiwa ini, seolah-olah Nota Kosong adalah bagian dari jual beli itu sendiri, yang tak punya dampak hukum, atau mempengaruhi kelancaran bisnis. Padahal ada lho dampaknya.

Awalnya Ane sendiri tidak mengerti apa maksud dan tujuan Nota Kosong tersebut. Sampai suatu ketika Ane diminta teman membantunya membeli peralatan Sound Systemuntuk inventaris kantor. Begitu transaksi selesai, teman Ane bilang: “Notanya dikosongin aja!”

Dalam perjalanan pulang Ane nanya: “Buat apa Nota Kosong itu?”

“Yah lumayanlah kalo bisa dapat seratus dua ratus ribu, sebagai pengganti uang transport dan makan,” sahutnya tanpa menjelaskan darimana bisa dapat uang tersebut. Namun Ane mikir, “Oh mungkin dengan pakai make up, opsss, mark up kamsudnya.

Di lain waktu, Ane diminta sendirian membeli Wireless Microfon untuk melengkapi Sound System tersebut. Ia berpesan, “Jangan lupa Nota Kosongnya!”

Setelah terjadi ‘perang batin’ karena udah tau untuk apa Nota Kosong tersebut, Ane memutuskan untuk melaksanakan permintaannya. Ane pikir, tuh bukan Ane juga yang tanggung jawab jika terjadi sesuatu.

Rupanya ‘dewa kebaikan’ lagi berpihak pada Ane. Saat Ane bilang ‘minta nota kosong’, sang pemilik toko dengan tegas menjawab: “Maaf, kami tidak memberi Nota Kosong. Kalau mau, minta di toko lain aja!”

Sungguh Ane sangat kaget, karena sebelumnya tak pernah Ane tahu ada toko yang menolak memberikan Nota Kosong. Meski Ane sudah menyampaikan beberapa alasan, toko itu tetap tak mau memberikannya. Ya udah, berarti Ane selamat dari ‘percobaan kejahatan’.
***
Lalu, apa sih dampak (kerugian) akibat Nota Kosong, khususnya bagi pedagang? Kompas, (23/07/12) menjelaskan dampak negatif yang mungkin dialami pedagang adalah sebagai berikut:


1. Bisa Terlibat Kasus Korupsi

‘Terlibat’ meski bukan sebagai tersangka, setidaknya menjadi saksi dalam kasus korupsi. Bagi seorang pedagang, waktu adalah uang. Berapa waktu yang terbuang jika harus beberapa kali menghadiri sidang andai dijadikan saksi apalagi sebagai tersangka.

Loh, apa hubungannya Nota Kosong dengan Korupsi? Ya, karena Mark Up harga. Misalnya harga barang yang sebenarnya Rp. 1.000,- pada nota ditulis Rp.1.500,- Jika yang melakukan itu adalah seorang Abdi Negara, ada kemungkinan setiap harga yang tertera di nota itu akan dicek oleh KPK atau BPK, ke toko yang memberikan nota tersebut. Hal ini pernah dialami oleh Rumah makan Pak Ndut, di Ungaran Jawa Tengah. Pemilik toko ditelpon oleh suatu instansi pemerintah, menanyakan kebenaran harga yang tertera pada nota yang diberikannya kepada pembeli. Maka sejak itu, toko Pak Endut memasang tulisan tegas, “Pemberian Nota sesuai dengan nilai transaksi asli.”

Pada toko lain, pernah Ane baca tulisannya: “Maaf, tidak memberikan nota kosong.”


2. Merusak Image Toko

Kalaupun tidak terlibat kasus hukum, setidaknya Nota Kosong dapat merusak image toko. Misalnya, sebuah toko yang sebenarnya menjual harga cukup murah, namun konsumen pernah membaca harga yang tertera pada Nota Palsu harganya lebih mahal dari toko lain, tentu konsumen akan beralih ke toko lain.

Selain itu, toko yang gampang memberikan Nota Kosong, terkesan sebagai toko ‘murahan’, tidak profesional dalam manajemen bisnis.


3. Membina Mental Karyawan

Toko yang tegas menolak Nota Kosong akan menjadi pelajaran bagi semua karyawan toko untuk jujur dan disiplin. Sebaliknya, jika memberikan Nota Kosong, seolah mengajari para karyawan untuk berlaku curang, atau memanipulasi data. Ini sangat berbahaya bagi sebuah perusahaan/toko, jika ada sebagian saja anak buah yang tidak jujur.
***
So, sedapat mungkin hindari ya meminta atau memberi Nota Kosong, apalagi Cek Kosong. (*)