Sumber gambar Pixabay

Oleh Erina Purba


Deburan ombak silih berganti menghempas berkejar-kejaran
Hitungan detik menit jam
Semua di hempaskan
Tak ada aba-aba
Semua seperti malaikat maut
Datang tiba-tiba
Menghancurkan semua
Tak ada pilihan maut atau lari dari maut
Yang tak punya kekuatan hanya pasrah
Menerima semua yang terjadi
Tak bisa lari

Apakah semua orang sudah lenyap aku dimana? Kulihat sekelilingku semua serba putih. Ini dimana? Aku bertanya-tanya dalam hati. Tak berapa lama muncul bayangan baju putih. Semakin dekat bayangan itu ternyata seorang perawat berwajah manis, cantik dan bersinar lembut raut wajahnya.
"Anda sudah sadar? Maaf nama anda kami tidak tahu. Anda korban tsunami di Donggala beberapa hari yang lalu. Anda tidak sadar sudah seminggu. Kata perawat itu nyerocos saja seperti rel kereta api. Tak tahu apa aku baru sadar.
"Maaf boleh tahu nama anda siapa? Kata perawat yang bernama Sofiana tertulis di nametagnya.
"Aku namanya Zulkifli Hasan," kataku masih suara lemah.
"Mas Hasan badannya pelan-pelan digerakkan ya." Kata perawat itu dengan senyum manis.
"Terima kasih mbak," ujarku.


****
Seminggu sudah berlalu.
Kesehatanku berangsur-angsur sudah membaik. Aku sudah bisa berjalan seperti biasanya. Selama di Rumah Sakit tak ada satupun keluarga yang menjengukku. Apa mereka tidak tahu bahwa aku masih hidup.
Masih kuingat kejadian itu, air bah tiba-tiba menerjang. Kebetulan aku pulang melewati daerah pantai. Tak terduga air bah muncul. Bleppp aku bersama motorku hanyut terbawa arus air. Motor itu kupegang erat-erat.

Untung ada motor itu jadi aku bisa berpegangan kuat-kuat kemana arus air membawaku. Banyak yang menjadi korban. Semua berteriak minta tolong termasuk aku. Tiba-tiba motor yang aku pegang lepas karena tenagaku sudah habis dan aku kedinginan.

Kemudian aku tak sadarkan diri, tiba-tiba sadar berada di Rumah Sakit.
Bertemu dengan seorang perawat yang manis dan cantik, serta telaten merawatku. Tak henti-hentinya Sofiana mengajakku mengobrol ketika aku koma. Aku mendengar semuanya, alam bawah sadarku bekerja.
"Hai ganteng kok masih tidur, yuk bangun aku mau bercerita denganmu. Kau tahu tadi aku berangkat kerja Si Pussy ngekor, wah terpaksa aku balik lagi ngantar dia ke rumah. Aku kunci pintu rumah biar dia tidak bisa mengikuti aku. " Ujar Sofiana selalu ada saja cerita yang disampaikan. Banyak kisah-kisah yang dia sampaikan padaku, ketika aku koma. Aku jatuh cinta pada suara nan syahdu itu.

Ternyata ketika aku sadar wajah itu cantik dan sederhana.
Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Sofiana gadis cantik dan sederhana memberikan cintanya untukku.