- Beranda
- Berita dan Politik
Puisi 'Doa Mengancam Allah' Neno Warisman, MUI Jelaskan Perang Badar
...
TS
Xtyb
Puisi 'Doa Mengancam Allah' Neno Warisman, MUI Jelaskan Perang Badar
Quote:
Heboh doa yang mengancam Allah' yang terselip dalam Puisi Munajat 212 yang dibacakan Neno Warisman di malam Munajat 212 di Monas, dinilai konteksnya tidak tepat.
Isi 'doa yang mengancam Allah' itu adalah "...Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan. Kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu..."
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorum Ni'am, dalam wawancara di program siaran berita sore TvOne menilai isi doa tersebut tidak salah.
Sebab, doa tersebut wirid dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebutkan dalam hadis Bukhari dan Muslim.
Namun 'doa yang mengancam Allah' yang terselip dalam Puisi Munajat 212' yang dibacakan Neno Warisman menjadi bermasalah karena konteksnya tidak tepat.
Asrorum Niam mencontohkan doa hendak masuk kakus atau kamar mandi. Isi doanya bagus meminta perlindungan Allah SWT dari godaan jin laki-laki dan perempuan. Namun doa itu menjadi tidak tepat ketika dibaca saat hendak mengunjungi rumah tetangga.
Sama halnya doa talbiyah manasik haji, doanya bagus, tapi menjadi tidak tepat ketika dibaca di agenda yang lain.
Asrorum Niam menceritakan, 'doa yang mengancam Allah' itu pernah dibacakan oleh Rasulullah Muhammad SAW secara khusuk pada saat hendak Perang Badar.
Perang Badar adalah perang pertama kali yang dilakukan oleh umat Islam melawan orang-orang kafir Qurais.
Saat itu, jumlah paskan Islam 315 orang dan akan melawan pasukan kaum kafir Qurais yang jumlahnya 1.000 orang dengan persenjataan yang lengkap dan pasukan berkuda.
Rasullullah Muhammad SAW dengan keimanannya bahwa Allah SWT akan menolongnya. Dia terus berdoa sampai-sampai selendangnya terjatuh.
Rasulullah Muhammad SAW berdoa agar memenangkan umat Islam dalam perang Badar. Jika umat Islam kalah, maka dia khawatir tidak akan lagi yang menyembah Allah SWT.
"Perang itu dilakukan di tahun kedua Hijriah, jadi umat Islam itu masih sangat sedikit. Maka wajat jika Rasulullah berdoa demikian. Dalam kontek sekarang tentu berbeda," ujarnya.
Saat ini, konteksnya adalah pemilihan presiden atau Pilpres 2019, yakni mencai pemimpin terbaik di antara yang baik.
"Di ini ada ulama, di sana juga ada ulama. Di sini ada pengusaha di sana, juga ada pengusaha. Jangan membuat frame seolah-olah perang Badar, satu menang mengambil semua, dan yang kalah kiamat," ujarnya.
Menurutnya, dalam doa perlu ada niat baik, ketulusan, agar hasilnya menjadi baik.
Dalam Islam, di antara adab berdoa adalah dengan sungguh-sungguh, dan tidak dianjurkan berdoa setengah-setengah atau tidak yakin atas kekuasaan Allah bahwa doa akan dikabulkan.
Berdoa harus sungguh-sungguh itu didasarkan pada hadis Rasulullah Muhammad SAW.
"Janganlah sekali-kali seseorang dari kalian mengatakan; 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau! Ya Allah, kasihanilah aku jika Engkau mau! ' Berdoalah kamu dengan sungguh-sungguh, karena Allah akan berbuat menurut kehendak-Nya tanpa ada yang dapat memaksa-Nya.'"
Tapi apakah doa bernada 'ancaman kepada Allah' seperti dalam doa 'jika tidak dikabulkan, maka kami khawatir tidak ada yang menyembahmu,' adalah seuatu yang wajar.
Ustaz Abdul Wahab Ahmad, peneliti di Aswaja NU Center Jatim, dalam tulisannya di laman nu.or.id, mengatakan, Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan, termasuk dalam doa.
Maka, dalam doa seperti dalam redaksi yang dibacakan Neno Warisman, bermasalah dalam dua sisi, berlebihan dan menganggap hanya kelompok yang berdoa itu saja yang menyembah Allah.
Dia menguti penjelasan Imam Ibnu Abidin yang menyatakan haramberdoa meminta sesuatu yang sevara adat kebiasaan tak mungkin terjadi.
"Termasuk hal yang haram adalah meminta sesuatu yang mustahil secara kebiasaan sedangkan orangnya bukan Nabi atau Waliyullah di saat itu. Misalnya berdoa meminta tak butuh bernafas dengan udara sehingga aman dari kekurangan udara atau berdoa bebas dari sakit seumur hidup sehingga bisa memanfaatkan kekuatan dan indranya selamanya, karena secara adat kebiasaan hal itu tak mungkin terjadi... maka semuanya haram." (Ibnu Abidin, Radd al-Mikhtar, IV, 121)
Ustadz Abdul Wahab Ahmad, mengatakan, redaksi yang mirip doa Neno Warisman, pernah diucapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam perang Badar.
Perang Badar adalah pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazwāt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang Badar adalah perang di mana Allah ingin menunjukan eksisteni umat Islam di kalangan kaum Arab dan dunia. Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah.
"Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim)
Namun, menurutnya, konteks doa yang dipanjatkan Rasulullah Muhammad SAW sangat berbeda dengan keadaan saat ini, ketika umat Islam Indonesia menjadi umat terbesar kedua di dunia.
Pada zaman Rasulullah Muhammad SAW, kaum Muslimin jumlahnya sangat sedikit dibandingkan kaum musyikin yang jumlahnya banyak.
Sehingga wajar Rasulullah bedoa demikian. Konteks tersebut, menurutnya, tidak tepat dengan kondisi sekarang.
http://jabar.tribunnews.com/2019/02/...g-benar?page=4
4
8.3K
Kutip
75
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.9KThread•41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru