Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Siapa disini yang belum pernah sekalipun mencicipi renyahnya kulit ayam goreng krispi? Saya kok yakin semua orang yang doyan ayam pasti pernah mencicipinya, kecuali yang memang nggak mau. Kenapa bisa begitu? Karena kalau dulu, ayam goreng krispi hanya "dimonopoli" oleh pemain besar berskala internasional dan hanya bisa ditemui di kota - kota besar, kini menu makanan yang satu ini bahkan bisa kita jumpai di gerai - gerai pinggir jalan yang ada di kampung.

Dari sisi bisnis, pemain - pemain lokal kini banyak bermain di bisnis penjualan ayam goreng ala - ala wong londoini. Ada yang konsep penjualan dan gerainya njiplak plek seperti pemain ayam goreng internasional, ada pula yang memadukannya dengan kearifan dan rasa lokal. Kesemuanya itu tentunya disesuaikan dengan target pasar yang ingin disasarnya. Bagi pemain besar dengan modal milyaran, gerai di mall dengan konsep ala londo menyasar konsumen kelas atas. Sebaliknya, pemain dengan modal cupet menyasar kalangan menengah ke bawah.


Dengan banyaknya gerai ayam krispi yang ada, tentu makanan ini tak lagi jadi monopoli horang kayah. Orang dengan pendapatan dibawah UMR pun bisa menikmatinya. Bahkan, beberapa gerai menawarkan paket yang benar - benar gila. Kenapa gila? Karena kelewat murah, bahkan jika dibanding dengan nasi warteg sekalipun. Bayangkan saja, ada sebuah gerai fried chicken didekat tempat tinggal saya yang hanya membandrol Rp. 8.000,- untuk sebuah paket yang berisi nasi, ayam krispi sayap dan sudah termasuk es teh manis satu gelas. Bagaimana, termasuk murah bukan?

Bahkan saking murahnya saya sampai tak habis pikir, apa iya bisa balik modal menjual paket dengan harga segitu, padahal dari segi rasa juga sebelas duabelas dengan fried chicken dari gerai lain yang harganya jauh lebih mahal, yang artinya bisa jadi kualitas bahan - bahannya pun tak jauh berbeda. Atau jangan - jangan mereka menerapkan subsidi silang dalam menjalankan bisnisnya. Harga paket yang murah tersebut sebenarnya hanya digunakan sebagai sarana promosi terselubung ditengah panasnya persaingan bisnis ini.


Bisa jadi pula mereka membatasi jumlah paket murah ini dengan kuota tertentu. Jadi seandainya kuota tersebut telah habis, maka konsumen akan ditawari paket dengan harga yang tentu lebih mahal. Seperti yang kita ketahui, beberapa tahun belakangan bisnis ayam krispi ini tumbuh subur bak jamur dimusim penghujan. Bahkan tak jarang gerai mereka saling dempet - dempetan bak duo minimarket, Domar dan Alpa.

Akibat persaingan inilah, membuat mereka harus menerapkan strategi promosi yang jitu agar jualannya dilirik pelanggan. Dan seperti yang kita ketahui, harga adalah salah satu komponen yang sering dipelotototi konsumen Indonesia sebelum memutuskan membeli sesuatu, termasuk makanan, selain rasanya tentunya. Namun kalau ingin tetap bertahan di bisnis ini tentu rasa adalah yang utama, agar konsumen mau repeat order kembali, tak hanya sekedar mencoba untuk kemudian tak kembali lagi.







Disclaimer : Asli tulisan TS
Sumur Gambar : Dok. Pribadi