- Beranda
- Berita dan Politik
Kenapa Tenaga Kerja Asal Jawa Barat Kurang Diminati Pengusaha?
...
TS
UcilMikimos
Kenapa Tenaga Kerja Asal Jawa Barat Kurang Diminati Pengusaha?
Cikampek, (Tagar 18/2/2019) - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum melakukan kunjungan ke acara peresmian pabrik PT Asahimas Flat Glass Tbk di Cikampaek, Kabupaten Karawang.
Dalam kesempatan ini Uu Ruzhanul Ulum menyatakan kekecewaan setelah mengetahui tenaga kerja yang bekerja di perusahaan pabrik kaca tersebut lebih banyak dari daerah lain. Padahal perusahaan tersebut beroperasi di Jabar sehingga idealnya tenaga kerja yang digunakan lebih banyak diambil dari penduduk setempat atau asli Jabar.
“Iya sangat disayangkan saja, PT Asahimas Flat Glass Tbk kan beroperasi di Jabar tetapi ini tenaga kerjanya tidak banyak merekrut penduduk setempat,” tutur Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, Cikampek, Senin (18/2).
Menurut Uu, saat dirinya meminta penjelasan kepada Direktur PT Asahimas Flat Glass Tbk atas kondisi tersebut Direktur PT Asahimas Flat Glass Tbk, Rusli Pranadi menjelaskan alasannya kenapa perusahaannya tidak menggunakan tenaga kerja penduduk setempat atau asli Jabar karena tenaga kerja asal Jabar dinilai kurang disiplin dan cenderung malas ditambah dengan kurang keahlian sebagaimana yang diperlukan perusahaan. Sehingga akan mengganggu proses produksi.
“Mereka (PT Asahimas Flat Glass Tbk) menilai tenaga kerja asal Jabar kebanyakan tidak memiliki keahlian yang diperlukan perusahaan ditambah dengan karakter kurang disiplin dan malas, yang akhirnya mereka memilih mengambil tenaga kerja di luar Jabar,” keluh Uu.
Kedepannya terang Uu, pihaknya sangat berharap PT Asahimas Flat Glass Tbk bisa mengubah kebijakan tersebut. Karena perusahaan yang melantai di bursa efek dengan nama AMFG ini beroperasi di Jabar dengan kemudahan perizinan dan proses ekspor. Eloknya bisa sejalan dengan program Pemerintah Jabar dalam mengurangi pengangguran dengan cara lebih banyak menggunakan tenaga kerja penduduk asli setempat (asli Jabar atau Sunda).
“Kan soal karakter disiplin dan malas atau moral bisa mudah dibentuk atau diperbaiki. Apalagi keahlian yang dibutuhkan bisa dibentuk dengan perbanyak kesempatan pelatihan. Ini hanya kemauan perusahaan saja yang seharusnya bisa lebih banyak menggunakan tenaga kerja penduduk setempat,” tegas Uu.
Teknisnya kata Uu, PT AMFG bisa mempekerjakan tenaga kerja penduduk setempat untuk bagian-bagian yang memang tidak memerlukan keahlian. Seperti satpam, office boy dan bagian lainnya. Sehingga tidak perlu semua bagian diisi oleh tenaga kerja dari luar daerah Jabar.
Menuju Industri 4.0
Mengingat kondisi tenaga kerja asal Jabar kurang diminati padahal di satu sisi Indonesia menuju industri 4.0 yang semuanya berbasis teknologi. Uu mengakui, apabila Jawa Barat masih banyak pekerjaan agar bisa siap menghadapi industri 4.0, dan ini perlu langkah dan upaya segera untuk mempersiapkannya.
“Mengubah karakter orang Sunda (warga Jabar) yang tadinya katanya malas dan tidak disiplin harus segera diubah. Begitu juga dengan pendidikan warga Jabar yang banyak tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan harus segera diperbaiki. Bagaimana sekolah-sekolah kejuruan bisa menangkap masalah ini dan segera berbenah,” pungkas Uu.
Untuk itu, Pemprov Jabar akan meminta OPD yang terkait untuk harus segera mengatasi permasalahan ini. Agar Jabar siap menghadapi industri 4.0, terutama aspek tenaga kerjanya yang harus siap bersaing di tengah ketatnya persaingan.
“Di samping itu, eloknya perusahaan-perusahaan pun memberikan akses kemudahan bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan dalam bekerja dengan pendidikan atau pelatihan gratis yang bisa saja dibiayai dari CSR-nya atau bekerja sama dengan pihak lain,” tutup Uu.
Di tempat yang berbeda Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, Ferry Sofyan membenarkan atas kondisi dimana banyak tenaga kerja asal Jabar kurang diminati perusahaan-perusahan. Salah satunya PT Asahimas Flat Glass Tbk yang memang tidak banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat.
Menurutnya, hal ini kembali kepada persyaratan yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Jadi balik lagi kepada persoalan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan PT AMFG ini. Sehingga sebenarnya kebijakannya yang tidak banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat tidak salah juga karena secara aturan soal kuota tenaga kerja asli daerah yang pernah dimiliki Pemkab Karawang sudah dicabut Kementerian Tenaga Kerja RI karena dinilai tidak sejalan dengan asas kesempatan yang sama bagi semua pihak.
“Tetapi ya, dalam kasus ini diperlukan kebijakan yang lebih bijak. PT AMFG ini memang sebaiknya lebih banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat atau warga Jabar asli. Kan bisa untuk bagian yang memang tidak perlu keahlian yang tinggi kalau memang tenaga kerja asli penduduk setempat tidak tersedia,” imbau Ferry.
Seperti tenaga kerja untuk satpam dan jenis pekerjaan lainnya yang sebenarnya bisa diisi oleh tenaga kerja dari penduduk setempat. Jadi tidak perlu mendatangkan dari Jawa Tengah atau Jawa Timur dan daerah lainnya.
“Sedangkan untuk tenaga asli bisa kita maklumi apabila PT AMFG mengambil dari luar daerah atau yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan. Misalkan, untuk tenaga ahli kimianya atau permesinannya.
Ke depannya tambah Ferry, mengingat banyaknya tenaga kerja asal Jabar yang kurang diminati perusahaan karena kurang keahlian. Hal ini menjadi PR bersama, Disnaker, Dinas Pendidikan Jabar agar mencari solusi bagaimana mengubah kurikulum yang selama ini digunakan nyatanya lulusannya tidak siap atau tidak banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan.
“Kita akan mengevaluasi kurikulum yang selama ini digunakan di SMK. Agar daya saing lulusannya bisa bersaing, minimal bisa siap bekerja di perusahaan. Tentu ini pun harus didorong oleh Pemprov Jabar (Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar),” ujar dia. []
https://www.tagar.id/kenapa-tenaga-kerja-asal-jawa-barat-kurang-diminati-pengusaha
Kata siapa? Kalau ada orderan demo mereka paling diminati kok
Dalam kesempatan ini Uu Ruzhanul Ulum menyatakan kekecewaan setelah mengetahui tenaga kerja yang bekerja di perusahaan pabrik kaca tersebut lebih banyak dari daerah lain. Padahal perusahaan tersebut beroperasi di Jabar sehingga idealnya tenaga kerja yang digunakan lebih banyak diambil dari penduduk setempat atau asli Jabar.
“Iya sangat disayangkan saja, PT Asahimas Flat Glass Tbk kan beroperasi di Jabar tetapi ini tenaga kerjanya tidak banyak merekrut penduduk setempat,” tutur Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, Cikampek, Senin (18/2).
Menurut Uu, saat dirinya meminta penjelasan kepada Direktur PT Asahimas Flat Glass Tbk atas kondisi tersebut Direktur PT Asahimas Flat Glass Tbk, Rusli Pranadi menjelaskan alasannya kenapa perusahaannya tidak menggunakan tenaga kerja penduduk setempat atau asli Jabar karena tenaga kerja asal Jabar dinilai kurang disiplin dan cenderung malas ditambah dengan kurang keahlian sebagaimana yang diperlukan perusahaan. Sehingga akan mengganggu proses produksi.
“Mereka (PT Asahimas Flat Glass Tbk) menilai tenaga kerja asal Jabar kebanyakan tidak memiliki keahlian yang diperlukan perusahaan ditambah dengan karakter kurang disiplin dan malas, yang akhirnya mereka memilih mengambil tenaga kerja di luar Jabar,” keluh Uu.
Kedepannya terang Uu, pihaknya sangat berharap PT Asahimas Flat Glass Tbk bisa mengubah kebijakan tersebut. Karena perusahaan yang melantai di bursa efek dengan nama AMFG ini beroperasi di Jabar dengan kemudahan perizinan dan proses ekspor. Eloknya bisa sejalan dengan program Pemerintah Jabar dalam mengurangi pengangguran dengan cara lebih banyak menggunakan tenaga kerja penduduk asli setempat (asli Jabar atau Sunda).
“Kan soal karakter disiplin dan malas atau moral bisa mudah dibentuk atau diperbaiki. Apalagi keahlian yang dibutuhkan bisa dibentuk dengan perbanyak kesempatan pelatihan. Ini hanya kemauan perusahaan saja yang seharusnya bisa lebih banyak menggunakan tenaga kerja penduduk setempat,” tegas Uu.
Teknisnya kata Uu, PT AMFG bisa mempekerjakan tenaga kerja penduduk setempat untuk bagian-bagian yang memang tidak memerlukan keahlian. Seperti satpam, office boy dan bagian lainnya. Sehingga tidak perlu semua bagian diisi oleh tenaga kerja dari luar daerah Jabar.
Menuju Industri 4.0
Mengingat kondisi tenaga kerja asal Jabar kurang diminati padahal di satu sisi Indonesia menuju industri 4.0 yang semuanya berbasis teknologi. Uu mengakui, apabila Jawa Barat masih banyak pekerjaan agar bisa siap menghadapi industri 4.0, dan ini perlu langkah dan upaya segera untuk mempersiapkannya.
“Mengubah karakter orang Sunda (warga Jabar) yang tadinya katanya malas dan tidak disiplin harus segera diubah. Begitu juga dengan pendidikan warga Jabar yang banyak tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan harus segera diperbaiki. Bagaimana sekolah-sekolah kejuruan bisa menangkap masalah ini dan segera berbenah,” pungkas Uu.
Untuk itu, Pemprov Jabar akan meminta OPD yang terkait untuk harus segera mengatasi permasalahan ini. Agar Jabar siap menghadapi industri 4.0, terutama aspek tenaga kerjanya yang harus siap bersaing di tengah ketatnya persaingan.
“Di samping itu, eloknya perusahaan-perusahaan pun memberikan akses kemudahan bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan dalam bekerja dengan pendidikan atau pelatihan gratis yang bisa saja dibiayai dari CSR-nya atau bekerja sama dengan pihak lain,” tutup Uu.
Di tempat yang berbeda Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, Ferry Sofyan membenarkan atas kondisi dimana banyak tenaga kerja asal Jabar kurang diminati perusahaan-perusahan. Salah satunya PT Asahimas Flat Glass Tbk yang memang tidak banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat.
Menurutnya, hal ini kembali kepada persyaratan yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Jadi balik lagi kepada persoalan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan PT AMFG ini. Sehingga sebenarnya kebijakannya yang tidak banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat tidak salah juga karena secara aturan soal kuota tenaga kerja asli daerah yang pernah dimiliki Pemkab Karawang sudah dicabut Kementerian Tenaga Kerja RI karena dinilai tidak sejalan dengan asas kesempatan yang sama bagi semua pihak.
“Tetapi ya, dalam kasus ini diperlukan kebijakan yang lebih bijak. PT AMFG ini memang sebaiknya lebih banyak memperkerjakan tenaga kerja asli penduduk setempat atau warga Jabar asli. Kan bisa untuk bagian yang memang tidak perlu keahlian yang tinggi kalau memang tenaga kerja asli penduduk setempat tidak tersedia,” imbau Ferry.
Seperti tenaga kerja untuk satpam dan jenis pekerjaan lainnya yang sebenarnya bisa diisi oleh tenaga kerja dari penduduk setempat. Jadi tidak perlu mendatangkan dari Jawa Tengah atau Jawa Timur dan daerah lainnya.
“Sedangkan untuk tenaga asli bisa kita maklumi apabila PT AMFG mengambil dari luar daerah atau yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan. Misalkan, untuk tenaga ahli kimianya atau permesinannya.
Ke depannya tambah Ferry, mengingat banyaknya tenaga kerja asal Jabar yang kurang diminati perusahaan karena kurang keahlian. Hal ini menjadi PR bersama, Disnaker, Dinas Pendidikan Jabar agar mencari solusi bagaimana mengubah kurikulum yang selama ini digunakan nyatanya lulusannya tidak siap atau tidak banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan.
“Kita akan mengevaluasi kurikulum yang selama ini digunakan di SMK. Agar daya saing lulusannya bisa bersaing, minimal bisa siap bekerja di perusahaan. Tentu ini pun harus didorong oleh Pemprov Jabar (Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar),” ujar dia. []
https://www.tagar.id/kenapa-tenaga-kerja-asal-jawa-barat-kurang-diminati-pengusaha
Kata siapa? Kalau ada orderan demo mereka paling diminati kok
26
18.8K
246
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.3KThread•48.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya