shochateyoAvatar border
TS
shochateyo
Detective Fibonacci's



#1 Skak Mat.

Ongko adalah seorang montir amatir. Menipu semua orang dengan gayanya yang sok tau segalanya. Berlagak seperti mesin pencari -google- didunia maya. Padahal dia montir magang yang tak tau apa apa selain membual. Ia hanya magang sehari di salah satu bengkel di Surakarta, itupun hanya sehari. Aku tau, dia diusir karena menyebabkan mobil Pajero Sport mbak Sonya wakil direktur salah satu Bank terkemuka di Surakarta, tangkinya bocor. Aku mengetahui cerita itu dari surat kabar jawa post yang memberitakan bahwa mbak Sonya menuntut salah satu bengkel karena mobilnya rusak, sehingga schedule-nya terganggu, ia menderita kerugian besar karena kelalaian montir bengkel.

Tak ada yang spesial dari dirinya. Ongko pun hanyalah suami dari seorang "pramuria" yang sudah tua berusia 52th bernama Ester Nazaretha yang mangkal dipinggir jalan, tepatnya disamping Gereja Hati Kudus, Ilir Timur I.

Kejadian yang menyebabkan Ia seperti sekarang ini adalah karena minatnya akan lintingan ganja, sabu dan minum minuman keras. Dia orang yang ambisius namun tertahan karena materi. Dia terlahir dari keluarga miskin dengan Ayah yang kaki sebelah kirinya harus diamputasi karena diabetes yang parah dan seorang Ibu yang Albino yang kini sudah meninggal dunia. Dia mempunyai 2 saudara lagi, yang satu perempuan bernama Magdalena Yosua dan yang satunya laki laki bernama Petrus Pilatus. Kedua saudaranya mati mengenaskan dalam kecelakaan kereta api Bintaro ditahun 1987. sang kakak, Magdalena ditemukan dengan usus terburai dan tubuh bagian atas terimpit peron dan tubuh dibagian bawah remuk seperti kayu yang digrogoti rayap. Sedangkan Petrus mati berdempet dengan tubuh seorang yang disinyalir "pramuria" didalam kereta. Waktu itu usia Ongko baru 15th, sedangkan masing masing kakaknya berusia 17th dan 19th. Hidupnya yang miskin dan kurang kasih sayang jelas mempengaruhi kepribadiannya.

Postur tubuhnya yang seperti kurcaci gemuk, sekitar 152cm dengan berat 97kg, itu dulu. Sekarang beratnya menurun drastis tidak sampai 50kg dengan wajah yang "Rectangle Shape" dengan rahang yang besar serata brewokan tak terurus sedikit banyak mengingatkan kita akan wajah "Shrek"namun terkena reaksi nuklir. Rambutnya sebahu, sedikit ikal berwarna kecoklatan dengan warna kulit "dark".

Dia sekarang hidup dengan belas kasihan dari istrinya. Sebagaimana seorang pencandu, dia sudah tak bisa mengelak lagi dan tak bisa melepaskan diri dari mengisap ganja dan sabu secara terus-menerus. Sudah genap 10 tahun dia menjadi bak monster menyeramkan yang hanya bisa dijinakkan dengan memberinya sabu.

Aku bisa membayangkan penampilan Ongko saat ini, pastilah bermuka pucat pasi tanpa gairah, kulit yang keriput dimakan asap ngepul dari ganja dan sabu, dengan kelopak mata sayu seperti hidup segan, namun matipun tak mau. Ah, matanya penuh katarak dan rabun pastinya. Belum lagi urat syarafnya jelas bermasalah. Orang yang tak tau dengannya pastilah mencibir dia, tak lain dan tak bukan hanyalah mayat yang dikeraskan ataupun orang orangan sawah. Anak anak kecil disini mengenalnya dengan sebutan "hantu yang hidup".

Ditengah malam yang sunyi, gonggongan anjing dan suara kucing bersaut sautan memecah kesunyian. Selebihnya tak ada aktifitas manusia selain Hesa dan Heca. Dua manusia kembar identik yang sama sama diberkahi Tuhan dengan kejeniusan tingkat tinggi. Satu berjenis kelamin laki laki "Hesa" dan yang satunya perempuan "Heca". Mereka berdua memiliki nama belakang yang sama yaitu Fibonacci. Entahlah, mungkin sang Ayah Asiram Algori yang berdarah Inggris dan jepang menyukai bilangan deret Fibonacci, atau Ibunya Adriani Bayer yang tergila gila dengan deret fibonacci. Dan sepertinya sang Ayah yang mendekati benar dalam hal menyukai fibonacci, mengapa demikian, karena sang Ayah pernah bekerja di proyek HAARP, sedangkan Ibunya adalah PNS di Rumah Sakit di kota Palembang berprofesi sebagai Perawat dibagian Zaal Anak dan tidak ada sangkut pautnya dengan fibonacci.

Hesa dan Heca dikejutkan oleh bunyi bel di rumahnya, maklum ini sudah lewat jam 12 malam, tepatnya pukul 02:08 WIB. Ini pastilah masalah yang rumit, tidaklah mungkin bertamu dijam jam seperti ini. Hesa mendekati pintu dan melihat dari kaca tembus pandang berukuran tapak tangan, yang dibuat Ayahnya. "Untunglah Pintu ini sudah diatur begini," kata Hesa dengan suara yang seperti berbisik.

Tampak wanita separuh baya, dengan mengenakan lingerie putih membalut tubuhnya yang tak kencang lagi. Terlihat polesan make-up tebal diwajahnya dan lipstik berwarna merah terang. Jikalau melihat dari kejauhan pastilah banyak yang mengira ia adalah seorang waria yang operasi dada dan kelamin. Ataupun seorang nenek nenek gila yang stress karena tak ada tempat tinggal.

Bel dibunyikannya lagi dengan sedikit tergesa gesa.

"Siapa?" kata Heca. Hesa menggelengkan kepalanya tanda tak mengenali tamu yang ingin berkunjung kali ini.

"Buka saja pintunya, Sa."

"Kau lihat dulu saja," jawab Hesa sambil membenamkan dirinya disofa disudut kanan ruang tamu.

"Oh my god... God damn shit," ini Nazaret, istri dari Ongko sang pesakitan di Lebak Mulyo.

Heca membuka pintu dan mempersilahkan masuk. Lalu mempersilahkan duduk.

"Maafkan aku, ini bukan waktu yang tepat untuk berkunjung, namun apa boleh buat," katanya, ia duduk disofa tengah berhadapan dengan Heca.

Dia mulai tak bisa menguasai diri, Ia menangis sejadi jadinya hingga raungan demi raungan mengalahkan suara anjing dan kucing yang sedari tadi bersaut sautan.

"Tolonglah aku, ku mohon tolonglah aku!" isak tangisnya semakin menjadi jadi.

"Aku butuh pertolongan kalian. Aku tak tau harus meminta tolong selain kepada kalian."

"Tolonglah aku, sungguh aku mohon."

"Tenangkan dirimu dahulu nona Nazaret, kami pasti membantumu. Tunggulah sebentar, aku ambil air mineral dahulu." Dan dengan singkat Heca telah menghidangkan air untuk sang tamu.

"minumlah air dan tenangkanlah dulu pikiranmu, setelah tenang barulah ceritakan semua yang hendak kau ceritakan."

"Ini menyangkut masalah suamiku Ongko, aku tidak menemukannya dirumah, dia lenyap bak ditelan bumi. Aku sungguh mengkhawatirkannya!, Aku bingung harus bagaimana, harus mencari kemana."

Ini kali pertama dia menceritakan masalah suaminya kepada Hesa dan Heca. Heca menenangkan dan menghiburnya dengan segenap kemampuannya. Hesa hanya diam tanpa suara. Tidak menanggapi sama sekali apa pun perkataan nona Nazaret. Sampai pada titik dimana Heca bertanya "apakah tiap hari ketika kau pulang suamimu biasanya ada dirumah?

Nona Nazaret menarik nafasnya dalam dalam, seolah mengumpulkan semua oksigen didalam ruangan untuk diserap semua olehnya. "Biasanya demikian... aku biasa pulang jam 2 malam, sama seperti malam ini."

Heca melirik jam tangan nona Nazaret dan kemudian berkata "ok fix."

Tanpa membalikkan badannya, Hesa berkata "Apakah benar anda telah mencari disekitar rumah namun tidak menemukan suami anda, Nona?."

Nona Nazaret yang mulai membuka mulutnya untuk menjawab, terdiam kembali ketika Heca berkata bahwa petanyaannya tadi tidak usah dijawab, karena ia akan menguraikan satu persatu.

Hesa menghisap rokoknya lalu menghembuskannya dan kini meneruskan ucapannya. "Seharusnya Ketika kau mencari kesana kemari pastilah dirimu kelelahan, detak jantungmu berdetak cepat, keringatmu pasti bak butiran biji jeruk bali, dan nafasmu pasti terengah engah, serta oksigen didirimu pastilah berkurang drasatis. Dan semua tanda tanda tadi... tidak terlihat satupun pada dirimu, Nona Nazaret.

"Apakah suami anda masih mengkonsumsi narkoba dan minum minuman keras?, Jawabnya pastilah Iya, karena candu telah merogoti syaraf dan semua organnya. Dan seharusnya bila kau memang telah mencari dirumahmu, pastilah aroma itu sedikit banyak merekat di apa yang kau pakai, kau pasti berkeringan bila mencarinya, kau pasti kecapaian, keringatmu pasti menempel dipakaianmu, alkohol dan narkoba semakin pekat bila menempel ditubuh yang basah apalagi berkeringat."

"Dan apakah anda pulang tepat waktu malam ini ?, Jawabannya Tentulah tidak, karena kau belum pulang kerumahmu, tapi langsung menuju rumah kami. Kau tau nona, kenapa aku mengetahuinya? Karena kau tak bawa kendaraan kesini, berarti kau diantar seseorang tepat sebelum gang rumahku. Gereja Hati Kudus jauh dari sini, butuh waktu 5 sampai 8 menit bila tengah malam begini. Dan kau tau nona, rumahmu di lebak mulyo membutuhkan waktu 7 sampai 10 menit sampai kesana. Jadi kesimpulanku adalah... kau belum menginjakkan kaki dirumahmu malam ini!."

"Pastilah kau menyadarinya Ca!, bahwasanya nyata sekali nona Nazaret belum pulang kerumahnya malam ini." Hesa menghidupkan rokok Marlboro putihnya dengan api yang dihasilkan dari zipponya. Ia menghembuskan asap membentuk huruf "bulatan" lalu seolah olah menembak, ia hembuskan lagi asap tepat didalam bulatan itu, lalu berseru "Ala Bambooo... Ala Bambooo..."

"Jelas sekali aku menyadarinya Sa!, begitulah masalahnya, dan tentu saja hanya ada satu jalan untuk menyelesaikannya. Ayolah nona, sebaiknya aku dan Hesa mengantar nona untuk pulang sekarang? Bukankah itu solusi ampuh menghapus kegelisahanmu nona?, aku takut nanti air matamu yang murahan itu kau tumpahkan lagi disini."

Seperti cicak yang gelagapan dikejar kucing, Nona Nazaret lebih parah dari itu. Ia terdiam dan tak berkata apa apa. Seolah Ia disulap oleh dua detective ini untuk memasuki ruang waktu dan telah berpindah terdampar kedinginan di Benua Antartika. Semua ini pastinya diawali dengan ulah Hesa yang dengan menohok, langsung to the point untuk mematahkan alibi nona Nazaret. Terlihat sulit bagi Nona Nazaret untuk menutupi keterkejutannya akan perkataan Fibonacci bersaudara. Nampak jelas pula bahwa sekujur tubuhnya berkeringat dingin, lebih jauh lagi, nona Nazaret terlihat gelisah dan serba salah.

"Aku akan penasihatimu nona, karena aku sama denganmu dalam hal Gender, tapi tidaklah sama dalam masalah pemikiran. Bilamana Hesa yang menasehatimu, Aaah, Aku sangat meyakini engkau nanti jadi ingin cepat cepat mengiris urat nadimu sedalam dalamnya walau hanya menggunakan tali bra-mu, atau menusuk lehermu sendiri dengan high heelmu bertubi tubi, benar benar dramatis nanti jadinya. Jadi aku mau memberimu pemahaman bahwa "apa yang kau lakukan dengan datang ditengah malam kerumah kami sebagai bentuk dari ragam alibi yang akan kau ucapkan nantinya didepan petugas kepolisian adalah salah. Engkau menggali lubangmu sendiri Nona." Ya, sekarang apakah kau mau kami antara pulang? Ataukah mau pulang sendiri sekarang juga?." Heca menunjuk pintu, "silahkan Nona."

"Ku rasa lebih baik aku pergi sendiri. Aku telah salah mendatangi kalian, kalian bukan membantuku tapi malah menuduhku telah berbohong. Berjanjilah jangan berpikir yang macam macam tentang aku dan keluargaku. Kami adalah keluarga yang harmonis namun sedikit kurang beruntung dalam bidang ekonomi. Karena kalian cuma detective rendahan dan biasa biasa saja, jadi masih dini untuk merasa benar dalam segala hal." Sambil berdiri tanpa permisi dan mengucapkan perkataan apa apa lagi, Nona Nazaret keluar dengan muka memerah seakan akan api yang berkobar ada diatas kepalanya.

"ah, aku kira hal yang sangat mendesak... ternyata hanya wanita dungu yang mau mencoba membodoh bodohi kita. Tunggulah beberapa hari kedepan, aku menebak akan ada headline news di surat kabar kita yang akan mengabarkan bahwa "seorang mummy tergantung dibawah pohon jambu."
"Tidak... tidak... seharusnya "seorang zombie ditemukan mati gantung diri" itu yang lebih pas menurutku Sa.

Lelucon Hesa mengantar Heca memasuki kamarnya yang tertata rapi, maklumlah seorang wanita dengan penuh integritas tinggi, perfectionis, dan berotak brilian. Kini rambutnya telah terurai dengan panjang melebihi bahu. Ia biasa memakai tanktop ketat dirumahnya. Kebiasaannya sebelum tidur adalah menyisir rambutnya kembali. Tadinya sewaktu nona Nazaret datang rambutnya masih dikepang dua bak wanita wanita skotlandia dizaman dahulu. kontak lens dilepasnya. Bukan karena ada masalah dimatanya sehingga dia memakai kontak lens, tapi ini hanya masalah gaya. Heca adalah adik dari Hesa, bedanya cuma 10 menit saja. Tinggi Heca lebih beberapa cm dari Hesa sang Kakak. Bertubuh langsing dengan kulit putih khas gen inggris dengan tinggi 168cm. Muka yang oval menambah kecantikan dirinya. Ia mengambil jurusan Fisika di Unsri, sedangkan sang Kakak mengambil jurusan Psikologi juga di Universitas yang sama.

Tak adil bila kita cuma bercerita tentang si adik saja tanpa menceritakan tentang sang kakak. Hesa Fibonacci, tinggi 165cm berat 69kg, berkulit putih berambut kecokelatan, dengan muka yang juga Oval. 10 menit lahir lebih awal dari adiknya. Ia biasa bepergian dengan topi bertuliskan "FBNC,"dibagian depan dan disamping kiri serta kanan berlambangkan singa yang dibentuk dari deret fibonacci. Topi ini dipesan langsung dari Aussie dan di design sendiri olehnya. Mungkin untuk menutupi rambutnya yang botak. Gaya rambutnya ini adalah gaya rambut favoritnya.

Nama Fibonacci bersaudara booming di Palembang karena suatu misteri berdarah di sekolahnya. Dan mereka berdua dengan intelegent dan kegeniusan yang luar biasa, dapat mengungkap misteri dengan sangat mudah. Kasus misteri itu hampir sebulan penuh sempat bercokol di semua harian cetak maupun elektronik dalam membahas kehebatan Fibonacci bersaudara ini.

Kalau kembali kemasa lalu, kejadian itu tepatnya 4th silam ketika fibonacci bersaudara masih terhitung siswa baru salah satu lulusan SMPN 73 Palembang. Misteri itu masih dikenang oleh khalayak ramai dengan nama "Jeritan Tanpa Asal"

Nanti Jeritan Tanpa Asal akan kita masukan jadikan pembahasan tersendiri dan bukan waktu yang tepat untuk membahasnya disini. Dalam 4th terakhir, hanya ada 9 kasus yang diterima oleh Fibonacci bersaudara. Tidak, sebenarnya ada 11 kasus dan 2 kasus ini adalah kasus yang tak sesuai harapan bagi Fibonacci bersaudara.

Beda halnya dengan Heca yang telah tidur, Hesa masih memutar otaknya untuk menggambar sketsa sebuah bangunan. Sudah berbatang batang dengan cepatnya Ia menghabiskan rokok, dihembuskan tanpa dinikmati, dihidupkan namun habis ditergeletak diatas asbak berbentuk tengkorak. Maklum caranya menggambarnya sangatlah unik, terlihat seperti garis garis diberi angka diatas garisnya , bawahnya, kanannya, kirinya dan setiap garis seperti tak boleh bersinggungan sama sekali. Ia menghitung dengan jari jemari tangan digerakkan bak sedang menghitung menggunakan sempoa. Lalu menggunakan Tabel dan memangkatkan bilangkan berdasar bilangan telah disusunnya ditabel. Sesekali Ia termangu, dan bertopang dagu, lalu melanjutkan lagi.

"Ala Bambo... Ala Bambo... Aku mengerti, sungguh mengerti. Tak bisa dibiarkan seperti ini. Oh My God... seharusnya aku sadari sedari tadi.

_____

Heca yang tidur dengan nyenyaknya, kini terbangun dari tidurnya. Ia menatap dalam dalam jam dinding yang terdapat dikamar tidurnya, jam dinding yang berbentuk perahu. Jam itu menunjukkan pukul 9 lewat 15 menit. Ia mulai meregangkan tubuhnya, seperti kucing yang sedang bangun dari tidurnya.

Ia mengambil penjepit rambut, mengumpulkan rambutnya tepat ditengah tengah leher. Ia melihat dikaca, wajahnya yang tetap terlihat cantik dan menggairahkan walau baru terbangun dari tidur. Ia memasuki kamar mandi yang berada tepat disebelah pojok kanan kamar tidurnya. Ia menghidupkan kran air, lalu membasuk tangan dan memenuhi tangannya dengan air lalu kemudian membasahi wajahnya berkali kali. Biasanya selama ini Ia menggunakan wastafel didepan kamar mandinya, karena rusak dan belum sempat diperbaiki. Sebenarnya 3 teknisi sudah dihubungi Hesa supaya datang untuk memperbaiki wastafel yang rusak, entah mengapa mereka tak kunjung hadir.

Heca melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur. Ia mengambil mangkuk dan memecahkan 2 butir telur kedalam mangkuk, lalu ditambahnya lada, garam, merica, bawang serta susu cair secukupnya. Ia mengocok ngocok telur hingga rata dan memasukan telur yang sudah bercampur bahan lain itu kedalam wajan yang berisi minyak goreng panas. Yah beginilah Heca, Ia biasa membuat sarapannya sendiri. Kali ini Ia membuat Omelet telur kesukaan Kakaknya.

2 buah piring berisi omelet telur yang telah dibagikan setengah potongan pada setiap piring berada diatas meja. Heca berjalan bergegas menuju kamar kakaknya dilantai atas. Mengetuk pintu dan mengucapkan salam, namun tak ada balasan dari dalam. Mungkin masih tidur, duga Heca dalam hati. Ia menggenggam handle pintu dan mengarahkan kebawah, pintu terbuka perlahan, memberi jarak 1cm saja diantara kepala Heca yang Ia masukkan untuk melihat apakah kakaknya masih terlelap tidur.

Heca tidak menemukan kakaknya diatas ranjang maupun diatas kursi yang biasa digunakan Kakaknya untuk menganalisa ataupun sekedar menghabiskan kopi dan merokok. Ia masuk kedalam dan memperhatikan setiap sudut kamar. Terakhir ia mencari didalam kamar mandi, namun tetap jua tak ada terlihat batang hidup kakaknya.

Ia lalu mencoba mencari petunjuk dari meja tempat kakaknya bisa "bersemedi". Ia hanya menemukan puntungan rokok didalam asbak dan sebuah sketsa. Ia berpikir sejenak... Lalu berkata sendiri dengan nada puas "penyidikan dirumah Nazaret. Sketsa rumah ini sketsa rumah Nazaret dan jelas Zippo beserta rokok kesayangan Ia bawa".

_____

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.