• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Mending Nonton 'Alita: Battle Angel' di IMAX atau 4DX? Ini Pengalaman Gue!

ronzstagramAvatar border
TS
ronzstagram
Mending Nonton 'Alita: Battle Angel' di IMAX atau 4DX? Ini Pengalaman Gue!

Foto: imdb


Beberapa bulan yang lalu KASKUS pernah diundang oleh 20th Century Fox Indonesia untuk menyaksikan cuplikan beberapa film terbaru mereka yang akan dirilis sepanjang sisa tahun 2018 dan awal 2019. Termasuk di antaranya Bohemian Rhapsody dan Alita: Battle Angel. Sayangnya gue nggak sempat nonton Bohemian Rhapsody di bioskop dan cukup puas membaca review dari orang-orang tentang filmnya. Ada yang bilang bagus banget, ada yang bilang ceritanya palsu, ada yang bilang biasa aja. Gue memang nggak terlalu suka sih film-film biopik kayak gitu jadi enggak terlalu tertarik buat nonton. Tapi Alita: Battle Angel nggak akan gue lewatkan. Karena dari cuplikannya aja gue udah tahu kalau gue akan suka film ini.

Di satu sisi memang karena film ini adalah salah satu karya terbaru dari James Cameron yang kita sama-sama tahu sangat sukses dengan Titanic dan Avatar. Tapi di sisi lain gue tertarik karena film hybrid antara animasi CGI dan manusia ini pasti punya efek visual yang akan sangat memanjakan mata banget. Alita: Battle Angel tayang dalam format 2D reguler, IMAX dan 4DX (khusus bioskop CGV). Di thread kali ini gue akan membandingkan pengalaman menonton Alita: Battle Angel dalam format IMAX dan 4DX. Dan yah, sedikit review lah ya supaya sekalian gitu. Semoga enggak terlalu spoiler.

Jagoan kita namanya Alita (bukan nama sebenarnya) yang diperankan oleh Rosa Salazar. Semua bagian tubuh Alita adalah 100% CGI tapi di film ini kita nggak akan merasa bahwa Alita adalah karakter animasi. Asli, nggak nyangka juga sih bisa kayak gini! Sepanjang menyaksikan film ini, ketika Alita berinteraksi dengan karakter manusia lain dalam film, gue sama sekali menyangka bahwa dia manusia betulan. Bukan manusia hasil animasi CGI. Sosok Alita terlihat sangat nyata meski penampilannya enggak seperti manusia pada umumnya yang ada di dalam film. Semisal matanya yang besar banget untuk ukuran manusia normal. James Cameron mempertahankan sosok Alita dalam komiknya ke film ini sekaligus sebagai tribute buat sang mangaka, Yukito Kishiro, yang memberi lisensi produksi film Alita: Battle Angel ke layar lebar. 


Foto: imdb


Alita adalah cyborg yang ditemukan Dr. Dyson Ido (diperankan oleh Christoph Waltz) di tempat rongsokan yang ada di bawah kota langit bernama Zalem. Kota impian para "rakyat jelata" untuk ditinggali. Tapi enggak mudah buat bisa ke situ karena harus punya banyak uang dulu dan koneksi tingkat tinggi. Ido sendiri hidup di Iron City (Kota Besi) sebagai seorang dokter sekaligus teknisi yang bisa memperbaiki robot-robot yang rusak. Orang-orang di Kota Besi banyak yang bekerja untuk Zalem. Kota Besi juga dihuni oleh manusia dari berbagai belahan dunia yang bicara tak hanya Bahasa Inggris. Tapi tenang aja semua karakter utama dan sampingan di Alita: Battle Angel bicara Bahasa Inggris kok hihihii. Salah satu penghuni Kota Besi yang menarik perhatian di hari pertamanya berjalan lagi dengan tubuh baru adalah Hugo (diperankan oleh Keean Johnson).

Alita nggak tahu siapa dirinya dan dari mana dia berasal. Ketika Ido menemukan potongan tubuhnya (dada ke atas), dia masih "hidup" tapi semua memorinya lenyap pasca Kejatuhan (The Fall). Oh iya, cerita Alita setting-nya di abad ke-26. Ada jeda sekitar 300 tahun antara sebelum The Fall dan kejadian di cerita film Alita: Battle Angel ini. Lewat Hugo akhirnya Alita mendapat sedikit demi sedikit informasi tentang dirinya. Alita juga belajar banyak tentang masa lalunya dari insiden-insiden yang mengancam keselamatannya. Di suatu pagi di hari pertamanya berjalan dengan tubuh baru, dia juga baru tahu kalau ternyata dia punya kemampuan bela diri yang sangat mengagumkan. Nah pelan-pelan kita diajak untuk tahu tentang masa lalu Alita dan jati diri dari cyborg perempuan berambut pendek yang mendadak jadi pusat perhatian di Kota Besi ini. Berita soal Alita pun akhirnya sampai ke telinga Vector (diperankan oleh Mahershala Ali), sosok ambisius yang menguasai liga Motorball.

Motorball ini kalau di dunia Harry Potter mirip-mirip Quidditch. Sebuah permainan bola yang luar biasa brutal. Kalau di Harry Potter mungkin nggak sampai ada pemain yang mati terbunuh, tapi di Motorball ini pemainnya bisa beneran ancur. Pemainnya memang cyborg semua dan seperti halnya permainan olahraga di dunia nyata, semua orang suka menyaksikannya. Efek visual yang benar-benar keren banget ditampilkan dalam permainan ini. Alita juga menunjukkan sisi badass-nya di atas lintasan Motorball dengan sepatu roda yang khusus dibuat Ido untuknya. Arena Motorball jadi salah satu konflik penting dalam film ini. Yap, salah satu. Karena Alita: Battle Angel punya sederet konflik yang datang dari satu orang yang sama dan berujung pada satu tujuan hidup Alita sebelum The Fall.


Foto: imdb


Walaupun durasi film ini sangat panjang, tapi gue sangat menikmati konflik demi konflik yang pada akhirnya membuat karakter Alita jadi semakin berkembang dan semakin kuat. Ceritanya (yang diambil dari empat komik pertama) jelas dan tujuan Alita di kehidupan keduanya ini juga jelas. Gue suka banget setiap adegan berantem dalam film ini karena di sinilah biasanya efek-efek 3D dan CGI-nya jadi semakin terasa. Apalagi ketika nonton di IMAX. Ada adegan-adegan berantem yang sengaja di-slow motion tapi enggak maksa. Tapi enggak melulu berantem walaupun judulnya 'Battle Angel'. Ada drama yang sangat kuat di film ini yang terbentuk dari hubungan antara Alita dan Hugo serta Alita dan Ido.

Hugo adalah Jake Sully dari Avatar dan Jake Dawson dari Titanic di sini. Seorang laki-laki yang membuat Alita jatuh cinta. Tapi apakah manusia boleh mencintai cyborg? Ido menjawabnya dengan bijak: selama cyborg itu mencintai si manusia juga, ya kenapa enggak? Mengutip kalimat Hugo buat Alita yang ada di trailer: Kau adalah sosok yang paling manusiawi yang pernah kukenal. Jadi ya boleh kalau cyborg mau jatuh cinta sama manusia. But anyway, mungkin akan ada yang merasa kalau drama di Alita: Battle Angel ini malah bikin ceritanya jadi dragging. Tapi tenang aja kok, meskipun ada elemen cinta-cintaan di film ini, nggak akan seperti Jack dan Rose. Walaupun ada sih adegan yang akan mengingatkan kalian pada adegan terakhir Jack dan Rose di Titanic. Gue agak lupa sama cerita Avatar jadi enggak bisa menyambung-nyambungkan keduanya hihihi.

Selain Hugo dan Alita, gue juga suka bagaimana hubungan emosional antara Ido dan Alita. Ido sudah menganggap Alita sebagai anaknya sendiri tetapi Alita nggak mau diperlakukan seperti anak perempuan Ido. Karena Alita merasa ada sesuatu yang lebih hebat di luar sana yang menunggunya. Dia merasa bahwa dia memang bukan anak perempuan biasa. Tapi di sisi lain, Ido belajar bagaimana punya kesempatan kedua menjadi seorang ayah dengan merawat dan menyayangi Alita. Pelan-pelan konflik di antara keduanya pun jadi lebih cair dan lama-lama menguap.

Alita: Battle Angel sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak 5 Februari 2019. Nah, kembali ke topik awal nih, jadinya mending nonton IMAX atau 4DX?


Foto: imdb


IMAX menjanjikan sudut pandang dan gambar 20% lebih banyak dari layar bioskop biasa. Itu artinya Kota Besi lebih hidup, arena Motorball juga jadi lebih breathtaking. Alita: Battle Angel tayang dalam format IMAX 3D yang membuat efek visual di setiap adegannya terasa banget men! Pas kemarin gue nonton, gue beneran kagum deh sama film ini terutama di adegan-adegan berantem dan motorball. Walaupun nggak ada efek yang sampai keluar-keluar layar gitu kayak pas gue nonton 'Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald' tapi pengalaman menontonnya extraordinary. Dari sisi audio juga IMAX bikin setiap adegan jadi jauh lebih terasa feel-nya. Dramanya jadi lebih drama. Keselnya jadi lebih kesel. Dan adrenalinnya jadi lebih terpacu. Bener-bener bikin kita seperti ada di dalam filmnya. Efek visual yang ditawarkan Alita: Battle Angel di IMAX lebih terasa bagus bangetnya. Tapi bagus bangetnya nggak pake wow. Kalau di-rating ya mungkin 8/10 untuk pengalaman nonton di IMAX.

4DX di sisi lain layarnya lebih kecil walaupun sama-sama 3D. Gue nggak tahu kenapa ya, CGV belakangan ini studionya kayak kurang maksimal deh. Waktu nonton 'SpiderVerse' gue dapat studio yang kecil, nonton agak depan layar, dan suara di studionya jelek banget. Kayak ada speaker yang mati gitu. Nah itu juga yang kemarin gue alami waktu nonton 4DX. Audio di studio 4DX-nya CGV beneran nggak maksimal. Efek-efek 4DX yang ditawarkan juga nggak terlalu klimaks menurut gue. Beda banget dengan Ready Player One waktu itu yang sampai ada air-air dan kilatan cahaya. Gerakan kursinya juga beneran sampai gue bilangnya berlebihan deh tapi masih dalam kategori positif berlebihannya. Nah Alita: Battle Angel di 4DX ini agak kurang. Ada beberapa degan yang melibatkan air di layar tapi enggak ada efek semprotan airnya di kursi. Angin-anginnya juga kurang kenceng dan kurang berasa. Ada efek-efek kilatan cahaya tapi enggak terlalu sampai di kursi gue, jadi gue kayak harus ngintip di sudut kanan mata buat ngeliat efek ini. Ada juga efek-efek asap yang enggak maksimal. Entah karena memang gue nontonnya di hari pertama atau gimana jadi belum disiapkan banget efeknya nggak tahu deh. Yang jelas gue kecewa banget sih sama 4DX-nya Alita: Battle Angel di CGV pas nonton 5 Februari kemarin. Skornya 6/10.

Jadi mending IMAX atau 4DX? 

Gue akan milih IMAX. Lebih maksimal. Lebih affordable. Lebih puas.

4DX biasanya bagus tapi yang kali ini enggak banget.

Spoiler for Reference:


4
15.2K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.